Kepanikan

136 15 0
                                    

Dua puluh menit berlalu...

Dugaaan demi dugaan kian bermunculan diruangan besar yang dipenuhi banyak orang ini. Orang orang itu adalah para bodyguard, Zio sendiri yang mengumpulkan mereka disini. Tujuan Zio mengumpulkan 46 orang disatu tempat adalah untuk mengetahui siapa pelaku penembakan kemarin. Dan asumsi para bodyguard, pelakunya adalah orang dalam.

Tidak hanya sekedar asumsi. Dengan fakta bahwa keamanan yang diterapkan kemarin adalah keamanan yang super ketat, itu semakin menguatkan dugaan mereka. Bisa saja pelakunya sedang ikut berunding disini, tertawa dalam hati merutuki betapa bodohnya Zio beserta seluruh anak buahnya.

"Haish!" Zio mengacak acak rambutnya. Baru kali ini dia betah ditempat yang sama selama lebih dari tujuh menit selain kamarnya. Dia juga begitu saksama memperhatikan setiap kata kata orang yang memberinya masukan. Ini lebih menyedot perhatiannya daripada rapat perusahaan yang sering ia lakukan.

Sebenarnya awal mula dikumpulkannya para bodyguard, keadaan aula begitu mencekam. Zio masuk dengan tatapan mautnya, lalu tiba tiba menampar salah satu yang berbaris paling depan. Dia memerintahkan orang yang barusaja ia tampar, untuk menampar orang disebelahnya. Begitu terus, sampai semua merasakan rasanya ditampar dan menampar. Zio juga meminta orang terakhir yang menerima tamparan dari temannya, untuk menamparnya. Dia juga harus kena tampar bukan?

Ya setelah bernegosiasi dengan salah satu bodyguard yang tidak mau menamparnya itu, Akhirnya Zio berteriak kencang didepan wajah sang bodyguard, dia memaki diri sendiri dengan berkata bahwa Zio bodoh, tidak becus, sangat lemah, tidak pantas menjadi ayah. Bodyguard didepannya mulai muak, dia tidak menyukai bosnya dalam posisi seperti ini. Maka diapun melakukan apa yang diperintahkan Zio sebelumnya. Ya, Bodyguard itu menampar Zio. Bahkan sangat keras sampai suaranya terdengar diseluruh sudut aula.

Setelahnya apa?

Zio tertawa. Dia sangat senang jika ada yang melukainya disaat seperti sekarang. Kenapa? Karena Zio tidak ingin baik baik saja disaat anaknya tidak dalam keadaan baik juga.

Adegan menegangkan itu hanya berlangsung sekitar 10 menit awal. Sisanya Zio meminta para bodyguard untuk menemukan pelakunya, dan berfikir bagaimana cara menangkap dia. Zio memang yang terbaik dalam mengubah emosinya, dari yang sangat marah, hingga kembali kekeadaan biasanya.

"Askar bilang dia sempat melihat pelakunya pak" Raka, dengan pakian yang sama dengan para bodyguard lain memberi suatu pernyataan. Bahasa yang digunakan begitu formal, tidak seperti Raka pada biasanya.

Semua bodyguard terlihat kembali bersemangat. Nampaknya pencarian mereka akan ketahap yang lebih dekat untuk menangkap pelakunya. Askar tau, maka semuanya akan lebih mudah.

"Tapi pandangannya saat itu terkendala jarak dan pencahayaan taman yang minim. Wajah pelaku yang tidak jelas terlihat, bisa buat dia salah mengenali orang. Itu akan merugikan jika benar benar terjadi, pelaku asli akan tetap bebas, sedangkan yang tidak bersalah malah menanggung hal yang tak pernah ia buat"

"Tapi apa salahnya jika dicoba? Bisa saja yang bernama Askar itu langsung mengenali si pelaku. Dia tau pakaian dan postur badannya. Itu sangat berguna" Salah satu polisi yang ditugaskan menyelidiki kasus inipun ikut berkomentar.

Sebenarnya pencarian pelaku sudah dilakukan sejak sejam setelah Ken dilarikan kerumah sakit. Para detektif begitu cepat bertindak, namun sayangnya pelaku sama sekali tidak meninggalkan jejak. Baik itu jejak sepatu, sidik jari, serpihan peluru dan lainnya. Mereka juga bertanya kepada Zio, siapa yang dia curigai. Namun Zio menyebutkan terlalu banyak orang yang ia curigai. Itu membuat polisi makin bingung menemukan pelakunya. Untuk m.r Roland, memang dialah orang terakhir yang membuatnya terusik, namun dia tidak berada di Indonesia. Itu tidak cukup kuat untuk membuatnya menjadi tersangka.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang