BK 2

114 17 0
                                    

Dava memasuki sebuah ruangan saat ketukannya tadi disahut seseorang dari dalam. Saat pertama kali masuk, matanya langsung menatap seorang guru laki laki yang tengah duduk berhadapan dengan adiknya.

Ken disana hanya menunduk. Dan Dava tau, itu tandanya Ken melakukan sesuatu yang ia sesali. Ada apa? Apa Ken ikut tauran antar pelajar?

Dava akui dia anak nakal saat disekolah dulu. Tapi senakal nakalnya dia, dia tidak pernah terlibat tauran apalagi masuk daftar murid bermasalah. Nakalnya dia hanya sebatas kenakalan yang wajar. Yaitu 'maling pulpen temen'. Udah. Hanya itu. Dan itu ia lakukan di SD. Kalo SMP, SMA, lain cerita.

"Anda walinya Kenzo?" Guru yang berada didekat Ken bertanya kepada Dava. Dan langsung Dava angguki.

"Silahkan duduk" Lagi, guru itu berkonotasi sangat ramah.

Dava mengambil duduk disebelah adiknya. Saat baru duduk, Dava langsung memasang ekpresi 'Ada apa nih?' kepada Ken. Lah, dia tiba tiba ditelpon pihak sekolah tanpa diberitahu apa tujuannya. Mana adiknya juga tidak bercerita apa apa tentang sekolahnya. Bagaimana Dava bisa tau?

"Sebentar, kami masih harus menunggu orang yang bersangkutan lainnya sebelum obrolan ini dimulai"

Dava tersenyum mengiyahkan. Dia bersikap selayaknya wali pada umumnya, sopan santun, nurut aja apa kata orang didepannya.

Ditengah kecanggungan yang melanda antara Ken, Dava dan Kepala guru BK, terdengar sebuah ketukan pintu disusul decitan kecil yang menandakan pintu terbuka.

Masuklah empat remaja laki laki berseragam Gazala. Salah satunya Dava kenal. Dia adalah orang yang beberapa menit lalu menelponnya. Ranggit. Salah satu bagian Hob yang identitasnya hanya anggota Ura yang tahu. Apa urusannya dengan Ken?

"Nah, datang juga kalian. Orang tua kamu mana Git?" Bapak BK itu sudah menyuruh Ranggit menelpon orang tuanya karena Ranggit sendiri yang meminta. Tapi orang tuanya sama sekali tidak ada.

"Gaakan datang pak. Lupa, kalo mereka punya anak" Ranggit tersenyum miring.

Bapak BK itu awalnya mengernyitkan dahi. Namun pada akhirnya menyuruh semuanya duduk di kursi yang tersedia. Lagian yang menjadi tersangka disini adalah Ken, guru BK jelas lebih berkepentingan dengan walinya.

"Jadi gini A, ..."

Bapak BK itupun menceritakan sebuah kejadian yang barusaja kemarin terjadi antar Ken dan Ranggit. Sebuah perkelahian yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Dava mendengarkan semuanya. Bahkan dia ditunjukkan sebuah video yang direkam salah satu teman Ranggit itu. Dava tidak kaget. Dia percaya adiknya bisa melakukan seperti itu meskipun video itu tidak diputar. Dava jelas tau kemampuan adiknya dalam berkelahi. Ken tidak selemah itu, dia sama dengannya. Di didik oleh orang tua yang sama, dan diberi pengajaran yang sama. Ayahnya melatih kedua putranya berkelahi dengan baik. Itu semata mata untuk menjaga diri.

"Apa alasan kalian ribut kaya gitu?" Bapak BK menatap Ken lalu beralih kearah Ranggit.

"Nah" Dava menyetujui pertanyaan yang dilontarkan si bapak BK itu. Dia juga mau bertanya, eh tapi sudah keduluan.

"Saya gasuka Ken jadian dengan perempuan yang saya suka" Dengan seluruh keberaniannya Ranggit berkata jujur. Yang ada didepannya ini bukan hanya sekedar wali dari lawannya, namun juga seorang ketua yang ia hormati di kumpulannya.

"Dasar anak muda zaman sekarang. Ributnya tuh ga jauh karna pasangan. Coba kalian berfikir lebih cerdas, apa pantas hal sekecil itu diributkan seperti ini?"

"Cinta bukan hal yang kecil pak" Ranggit membela. Dia jelas merasakan guna atau tidaknya cinta dihidupnya. Dia pastikan, jika keluarganya harmoni, dia tidak akan terlibat kenakalan remaja yang selama ini ia lakukan.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang