syukuran 4

93 15 0
                                    

"Rey lo gak mau bagi bagi? Makan mulu kerjaannya, tapi ngga ada niat buat bagi temen. Pelit lo Rey, orang pelit kuburannya sempit." Ardan yang duduk dihadapan Kirey yang sedang makan keripik ma icih pun tiba tiba merasa tergoda untuk memakannya. Ia sampai membuka mulutnya mengharap keripik itu tiba tiba sudah termakan. Aduh, Ardan benar benar ngiler kali ini! Bagaimana tidak? Kirey yang badannya kecil aja udah bisa selahap itu. Apalagi dia? Apakah keripik ma icih begitu lezat hingga membuat Ardan seperti ibu ibu hamil ngidam begini?

Kirey hanya berdecih, lalu kembali memakan keripik itu lagi tanpa menghiraukan Ardan yang sudah memelas. Kirey sudah menjawab pertanyaan Ardan sedari tadi dengan jawaban 'ngga boleh, ini tuh spesial dari bundanya Ken kasih ke aku. Ini pake racikan cinta, kalau kamu makan kamu mau jadi jatuh cinta sama Ken? Ngga kan? Kalau kamu mau, kamu beli aja. Mampu kan?'

Bless

Sakit namun tak berdarah. Ardan mendengus mendengar jawaban Kirey. Enak saja ia dibilang tidak mampu! Bahkan Ardan bisa beli sama toko tokonya kalau mau. Dan untuk perkataan Kirey yang pakai racikan cinta itu Ardan tidak percaya. Makanya ia terus melakukan aksinya agar diberi keripik oleh Kirey.

Disamping kiri Kirey ada Askar yang sedang bermain game dan tidak bisa diganggu. Askar sedikit pendiam hari ini. Entah mengapa, sedari tadi ia hanya makan, minum, dan main game. Entahlah apa yang sedang dialaminya saat ini. Tidak ada yang peduli juga. Kalau ada yang bertanya pun pasti di jawab 'mungkin lagi PMS, Askar kan cowok jadi jadian.' Hm.. jahat sekali ya hidup ini..

Acara syukuran memang belum dimulai. Dikarenakan waktu yang memang belum pas untuk teng jam 8 dan beberapa tamu yang belum datang membuat acara belum dimulai. Makanya, dari tadi disini sudah ribut oleh suara anak anak yang sedang berlari karena keasikan dikasih lahan untuk berlari lari, suara ibu ibu yang sedang bergosip ria dengan bapak bapaknya saling membicarakan bisnis. Dan juga suara anak anak muda seperti Ken dan kawan kawan yang sedari tadi ribut tidak jelas.

"Assalamu'alaikum! Maaf kan kami yang baru datang ini! Dikarenakan terlalu terlena dengan keindahan hutan di depan kita jadi keasikan berselfi ria dulu hingga lupa waktu hehe."

"Pih malu malu in ih, pulang lagi sana."

"Kamu tega ngusir papih sya? Kamu mau papih kutuk jadi batu?" Tiba tiba sebuah suara keributan dari arah pintu masuk yang sengaja dibuka (agar insiden ken tidak terjadi lagi) terdengar membuat orang orang di rumah hening sejenak, namun setelahnya mereka asik lagi tanpa menghiraukan mereka. Tamu tamu yang memang sudah kenal pun hanya memaklumi. Mereka sudah sering melihat pertengkaran anak dan ayah itu. Dimanapun dan kapanpun.

Sean dan Fasya. Orangtua gaul dengan anak generasi micin ini ikut di undang keacara ini, karena Fasya adalah teman wanita terdekat Kirey. Ken sengaja mengundang semua teman yang dekat dengannya dan juga, Kirey. Seperti Fasya dan Rachel. Ken berfikir mengajak mereka untuk menemani Kirey dirumahnya. Takutnya kan Kirey bosan kalau cuma ngumpul ngumpul sama laki doang. Kurang pengertian apa lagi Ken ini?.

Sama halnya dengan Ken. Dava pun mengundang teman temannya. Hanya saja, tidak terlalu banyak. Teman temannya terlalu sibuk dengan kegiatan mereka masing masing.

Semua anak remaja disini tahu siapa Dava dan teman temannya. Mereka hanya tutup mulut dan diam memerhatikan apa yang dilakukan geng itu. Mengapa tidak ada orang tua yang menegur? Mereka tidak tahu. Mereka tidak menyadari, jika sebenarnya yang sedang berkumpul itu adalah geng paling berbahaya dikota ini. Mereka tidak tahu karena mereka hanya tahu nama saja, tanpa tahu muka asli mereka. Biasalah, faktor usia. Pernah liat tapi lupa liat dimana.

"Sya, cepet masuk, dingin nih." Suara Rachel menghentikan perdebatan mereka. Rachel memang ikut bersama Fasya dan juga Sean. Mereka bertemu saat Fasya dan Sean sedang berfoto tadi. Rachel yang naik taksi dan harus berjalan pun bertemu mereka merasa sangat bersyukur. Rachel tidak datang bersama orangtuanya karena mereka memang begitu. Selalu sibuk tanpa memikirkan anaknya. Rachel kadang iri dengan Ken yang orang tuanya super sibuk namun bisa menyempatkan berkumpul dirumah. Mereka pun masih bisa menyempatkan untuk membuat syukuran besar seperti ini. Mengapa orang tuanya tidak? Rachel jadi sedih.

"Hehe maaf ya Chel, kalau ribut sama Fasya bapak bawaannya suka pengen nerusin hehe. Yaudah ayo kita masuk. Kasian kamu kedinginan ya Chel." Rachel hanya mengangguk dan mereka pun mengucap ulang salam yang tadi tidak terdengar jawaban.

"Waalaikumsalam. Pak Sean makin ganteng aja. Silakan duduk pak."

"Bun!." Niken yang mendapat pelototan dari suaminya pun hanya terkekeh pelan saat pinggangnya terasa dililit lengan kekar dengan posesif. Niken tidak malu, karena sudah terlalu terbiasa menerima sikap posesif suaminya.

"Becanda elah yah, cemburuan ae!."

"Biarin, cemburu tuh tanda sayang." Para tamu undangan hanya menggeleng pelan. Niken dan Zio memang pasangan yang paling romantis disini. Eh tapi siapa bilang? Ken dan Kirey lah yang paling romantis. Yakan?. Emak emak kayak Niken mah, kelewat romantisnya sama pasangan kelewat polos yang bikin gemes.

"Pah aku ke Kirey dulu ya." Fasya berpamitan pada Sean untuk sekedar mempertahankan image di depan para orang tua agar terlihat sopan. Namun Fasya yakin, Ayahnya itu akan menggagalkan rencananya dalam hitungan detik.

"Yaudah sana, papa udah gak butuh kamu lagi kok." Semua tertawa mendengar ucapan Sean. Fasya hanya mendengus pelan dan berjalan meninggalkan mereka dengan diikuti Rachel.

"Ngomong ngomong.. istri bapak kemana? Kok gak ikut?." Semua langsung diam setelah Niken bertanya. Rumah menjadi hening dengan wajah Sean yang terlihat tersenyum kecut. Pertanyaan yang sangat sensitif. Setelah bertahun tahun lamanya tidak ada yang mengungkit, kini tiba tiba ada yang menanyakan padanya. Membuat sesak itu kini terasa lagi. Namun bagaimana pun juga, ia harus tetap bahagia seperti apa yang istrinya bilang dahulu.

"Hahaha, kok jadi hening gini sih? Ayo biasa lagi aja, lanjutin kegiatan kalian lagi." Sean memandang sekelilihngnya dangan anggukan dan senyumannya.

"Pah.."

"Apa Fasya? Katanya mau ke Kirey? Kok kalian malah diem aja sih? Anak anak zaman now kan gak mau diem biasanya." Fasya menghampiri Sean dan memeluknya. Ia menangis di dada bidang Sean. Sean mengusap kepala Fasya.

"Ma.. af.. pak.." Niken berujar pelan dengan kepala yang ditundukkan. Ia merasa sangat sangat bersalah telah menanyakan hal sesensitif ini pada Sean. Sean tersenyum lebar.

"Gapapa buk, lagian saya biasa aja kok. Anak saya emang kadang masih cengeng kalau inget ibunya. Ya siapa yang gak sedih sih waktu kehilangan ibunya? Jadi ya maklum aja ya." Ucapan tegar Sean membuat semua orang disini ikut terharu. Bagaimana tidak? Setelah bertahun tahun ditinggalkan sang istri ke alam yang berbeda masih kuat tanpa menikah lagi hingga sekarang? Bahkan mengurus anaknya dengan penuh kasih sayang hingga sekarang. Ternyata sikap humoris adalah salah satu tameng Sean untuk tetap tegar dalam menghadapi kehidupan. Sean memang papah paling the best lah!.

"Om.." tiba tiba suara rengekan dan disusul pelukan itupun membuat Sean tertawa.

"Hahaha tuhkan bu, anak manja saya jadi nambah satu. Rey kamu jangan ikut nangis dong. Nanti om abis di tebas papih kamu. Hahaha." Semua orang tertawa dengan air mata yang mengalir di sudut mata. Sean memang orang tua menyebalkan yang sangat tangguh. Patut dicontoh sebagai kepala sekolah.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang