Peringatan Dava

188 19 0
                                    

Setelah mengantarkan teman atau siapanya adiknya itu pulang, Dava langsung mengemudikan kembali motornya keluar gerbang komplek. Raka mengemudikan motor pak satpam ke arah yang berbeda, dia harus mengembalikan itu pada orangnya. Adik dari sahabatnya ini begitu menyusahkan!

Dan dengan waktu yang terbilang singkat, Dava telah memastikan, bahwa Ken kembali kerumah dalam keadaan selamat. Bukannya mengebut atau teleportasi yah_ tapi memang karena jarak rumah Kirey yang dekat dengan tempat tinggalnya, membuat waktu yang dibutuhkanpun juga hanya sebentar.

Dava biasa menyimpan motornya itu didalam rumah. Tepatnya di ruang tamu. Hal pertama yang menjadi penyebab adalah, Dava takut ada anggota kumpulan lain yang berstatus musuh BD melintas di depan rumahnya. Bisa bisa, bukan hanya motornya saja yang dikorbankan untuk dimacam macamin, rumahnyapun bisa ikut terbawa jika seperti itu ceritanya. Untuk problem kedua, Ya standar anak perkampunganlahh, jika rumah tidak memiliki gerbang, ya motor harus dimasukan ke ruang tamu agar tidak di curi para bangsat yang berkeliaran.

"Turun! Ini udah sampe nih. Bahkan lo bisa langsung loncat noh ke kursi"

"Abang belum pernah ajak aku jalan jalan lohh"

"Terusss"

"Gamau sekarang bang? Mumpung kita belom turun nihh"

Setelah Dava menstandarkan motornya. Dia buru buru turun yang membuat Ken kini duduk sendirian di atas motor.

"Gue udah turun nih"

Tanpa memberi tahupun juga Ken sudah tahu! Ih, abangnya ini memang begitu menyebalkan!

Ken memasang wajah bete sambil turun dari motor berwarna biru tua itu. Dia langsung duduk kembali di kursi dan melemparkan tasnya ke kursi yang lain.

Inilah Ken. Tidak hanya polos, sebenarnya dia juga sangat manja kepada kakak, ayah dan bundanya. Hanya saja, Ken sedikit menyisakan rasa malu untuk mempublikasikan kemanjaannya ke khalayak umum.

"Bukannya abang ga mau dek. Tapi sekarang itu keadaannya kurang bagus untuk berpergian" Terlebih untuk adiknya. Dava sangat mengerti jika adiknya dijadikan umpan untuk memancingnya agar mau melawan. Semenjak dua tahun lalu, Dava tidak pernah memukul siapapun, jelas Abril sudah sangat merindukannya bukan?

Dava ikut menyusul Ken. Dia juga duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan kursi yang diduduki oleh adiknya itu. Sambil melepaskan sepatunya, Dava mulai memikirkan nasib adiknya yang mulai terancam saat ini.

"Dek, jangan pernah datang lagi ke tempat sepi. Lo ga tau, ada bahaya apa disana yang menunggu"

Ken menatap serius abangnya. Tapi Dava, dia masih sibuk dengan tali sepatu yang belum terbuka.

"Kalo gaada Kirey disana, aku gaakan datang"

Dava akhirnya mengangkat wajah. Dia balas menatap adik semata goleknya itu juga dengan tatapan yang serius.

"Harus senekad itu? Ngendarain motor ke jalan raya untuk pertama kalinya. Ga pake Helm pula. Gimana kalo lo celaka? Jatoh masih mending, kalo ketabrak bis gimana?"

"Bang! Sadis amat omongannya" Ken kaget. Ya jelas, itu yang bicara abangnya. Dia takut ucapan itu malah menjadi sebuah doa yang diijabah oleh Allah.

"Jangan kaya gitu lagi. Kalo lo ngerasa ga bisa, minta bantuan ke orang"

Ken hanya menunduk sambil memanyunkan bibirnya. Semua yang dikatakan Abangnya benar. Dia tadi terlalu nekad dengan mengendarai motor ke jalan raya. Padahal sebelumnya Ken sama sekali tidak pernah berkendara. Ken harus tetap bersyukur, dia saat ini masih hidup setelah kelakuan nekadnya itu.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang