"Cantik"
"Cantik"
"Cantik"
Kirey mendongakkan kepalanya saat mendengar suara suara yang tidak terlalu jelas memanggilnya cantik. Dan terlihat lah burung burung indah yang sedang beterbangan di atas kepalanya. Dan soal panggilan tadi, ternyata ada lima burung beo yang sedang bertengger di pohon tinggi yang memiliki daun lebat. Sama seperti pohon orange, pohon ini pun bersinar. Ada lampu menerangi di dalamnya. Kirey menghampiri burung tersebut. Pintar sekali burung ini tahu Kirey cantik.
"Kamu panggilin aku kan?" Burung itu hanya diam, kemudian kembali menyebut cantik. Kirey langsung melompat antusias. Ia bertepuk tangan.
"Aku emang cantik, kamu tau dari mana?" Burung itu kembali mengucap cantik. Kirey memanyunkan bibirnya.
"Kamu gak asik. Bilang cantik mulu." Kirey pun berjongkok mengusap kelinci putih berbulu tebal yang sedaritadi diam di dekat kakinya. Namun ia terkejut, bahkan hingga terduduk di rumput luas itu saat tiba tiba burung beo tadi menghampirinya dan diam ditangannya yang masih mengusap kelinci. Untung saja rumputnya tidak basah, hanya membuat Kirey kotor oleh tanah kering.
"Astagfirullah, burung, kamu ngagetin aku."
"Cantik." Burung itu terbang menjauhi Kirey. Kirey mengedikkan bahunya. Ia kira burung beonya merasa bersalah. Namun hanya ingin menghampirinya. Kirey pun kembali mengusap usap kelinci tadi saat sudah bangkit.
"Aku bosen. Aku pulang dulu deh ya, kasian Askar nunggu. Dadah temen temen." Kirey pun membalikkan tubuhnya menghadap jalanan. Ia langsung melotot saat tidak mendapati mobil kuning di hadapannya.
"Askar kemana? Aduh.. aku ditinggalin? Askar!! Askarr!!" Kirey berlari ke jalanan. Melirik ke kanan kiri untuk memastikan jika Askar masih ada.
Namun takdir berkehendak lain. Ah elah keyak berduka cita aja, segala pake kehendak lain. Ya pokonya gitu deh. Mobil Askar sudah tidak terlihat. Artinya ia sudah ditinggalkan. Walaupun jalanan ini begitu terang, tetap saja disini sepi. Rumah pun belum terlihat, artinya perjalanan ini masih jauh. Bagaimana ini? Kirey tidak mau sendirian.
"Mamih.. hiks.."
"Askar jahat, ninggalin Kirey hiks."
"Papih.. hiks.. kirey takut.." Kirey menangis berjongkok dengan telapak tangannya yang menutup wajah seluruh wajah.
Sedangkan diujung jalan, seorang laki laki dengan motor besarnya terkejut melihat Kirey yang sedang berjongkok ditengah jalan. Awalnya ia biasa saja dan mau melanjut perjalanannya menuju warung yang tertunda. Ia tak mengenal perempuan itu menurutnya. Tapi saat melihat rambut berwarna kecoklatan alami terkuncir rapih itupun ia langsung turun. Ia langsung berjalan tergesa menghampiri Kirey.
"Hey.."
"Bang Dava?" Benar dugaannya. Perempuan ini adalah kekasih adiknya. Tapi... Mengapa bisa ada disini? Mengapa tidak bersama Ken? Apa ini penyebab Ken terlihat galau hingga ia langsung keluar mencarikan makanan apapun untuk Ken saat Ken tak bisa dibujuk?.
"Kamu ngapain disini Rey?" Kirey berdiri dan langsung memeluk Dava hingga Dava memundurkan langkahnya karena terkejut.
"Bang Dava.. Kirey di tinggalin mamih sama Askar hiks.." Kirey menangis di dalam pelukan Dava. Dava dengan sigap mengusap kepala Kirey. Ia sedikit ragu jika Ken tahu Kirey memeluknya gimana? Tapi ya mau bagaimana lagi, Kirey membutuhkannya bukan?. Bilang saja Kirey yang memeluknya duluan, kan enak modus di waktu yang tepat. Hehe.
"Yaudah kalau gitu, biar abang anter aja." Mendengar ucapan Dava Kirey melepaskan pelukannya.
"Oh iya, abang kok bisa ada disini? Abang juga di undang temen mamih yah? Temennya mamih abang, temennya mamih juga ya?" Dava terkekeh pelan mendengar pertanyaan Kirey. Kirey ini bawel, bawel banget malah. Darimana saja dia dari tadi? Baru menyadari Dava ada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Подростковая литература[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...