Breaking News!!!

122 15 0
                                    

Jam istirahat pertama yang selalu digunakan rakyat republik sekolah merdeka untuk makan siang telah tiba.

Seperti hari hari biasanya, ibu kantin berhasil meraup banyak keuntungan berkat perut perut karet yang dimiliki siswa siswi disini. Apalagi beberapa kelompok yang memang terdiri dari anak anak yang selalu kelaparan setiap waktu. Mereka penyumbang penghasilan terbanyak bagi para pedagang disini. Yaitu Askar Cs dan Ranggit Cs.

Uniknya, makan siang mereka kini ditemani pembicaraan yang sama mekipun meja, dan makanan yang mereka pesan itu sangat jauh berbeda.

"Nyokap gue tau kalo mantan istri pimpinan yayasan nikah sama pemilik mall. Tapi gue ga pernah nyangka, kalo yang dinikahin mamahnya Kirey tuh bapaknya si Askar. Anjir." Marco meminum jus alpukatnya saat selesai berbicara.

"Hadeuh, hidupnya si Kirey udah terjamin banget dah ituh. Anak semata wayang pipinanan yayasan Gazala, anak tiri dari pemilik mall yang tersebar di seluruh Indonesia, calon istri anak kedua konglomerat pula. Sadis bener dunia sama orang gak punya." Milo berusaha menerima kenyataan. Tak ada gunanya dia menyombongkan lagi kekayaan keluarganya jika disekitarnya masih ada Kirey. Malu yang ada.

"Anak konglomerat sih iya, tapi seluruh saham Ald bahkan Veen Hotel kan diturunin ke Dava semua. Ken bisa apasih? Hidupnya bakal tergantung terus sama Dava, Kirey ga pantes buat dia." Ranggit menunjuk layar televisi disalah satu warung kantin menggunakan sumpit mie ayam yang tengah ia gunakan. Televisi itu sedang menayangkan berita tentang agenda latihan Timnas u-16 di Vietnam, dan Kebetulan ada wajah Ken yang melintas saat Ranggit sedang membicarakannya.

"Weish, Jadi lo udah ikhlasin Kirey apa belum nih sebenernya?" Marco bertanya.

"Gue udah suka Rachel. Cuma ga salah dong, kalo gue kasih pendapat buat temen. Kirey tuh istimewa, dia harus dapet pasangan yang paling berpengaruh dikeluarganya, biar ibu mertuanya ga semena mena sama dia."

"Pemikiran lo panjang benerrr."

Ranggit tertawa membalas Milo. Ia terlalu banyak menonton film tentang realita kehidupan.

Disisi kantin yang berbeda, Askar dan Fasya memisahkan diri layaknya amoeba dari kelompok biasanya saat makan siang. Sudah Askar bilang, dia akan lebih perhatian terhadap Fasya untuk membangun hubungan yang normal. Tidak seperti musuh yang berada disatu meja makan.

Fasya sempat menolak, karena dia tak ingin dicap 'berubah' setelah memiliki pacar oleh teman temannya, namun malah teman temannya yang mengusir Fasya dan Askar agar jauh dari meja mereka. Katanya hari ini meja yang mereka duduki khusus untuk para jomblo meskipun ada Kirey didalamnya. Namun, Kirey kan sedang dalam fase LDR-an, jadi anggap saja dia juga jomblo.

"Pengumuman Askar pagi tadi buat aku sibuk tauk. Pertanyaan temen temen aku banyak banget, mereka pengen tau lebih jelas hubungan aku sama Askar." Kirey mencurahkan isi hatinya saat Askar dan Fasya sudah jauh dari meja mereka.

"Emangnya lo doang. Kita berdua juga gitu kali." Ardan melahap nuget yang ia pesan dengan cepat. Kesibukan yang mendera membuat dia lapar tingkat nirwana.

"Gue ga nyangka fakta hubungan lo sama Askar pas keungkap bakal booming kek gini. Padahal ga niat disembunyiin juga yak!? Cuma emang ga diumumin aja, yakan!?"

"Gausah ngacret lo kalo ngomong." Ardan langsung menyumpel mulut Elvan dengan gumpalan tisu yang baru ia gunakan untuk mengelap mulutnya.

Hujan lokal yang Elvan ciptakan membuat Ardan tambah makin kesal dengan hari ini.

"Yah.. yah.. yah, kena firus rabies deh aing!" Elvan membuang tissu itu ke mangkok baso miliknya sendiri. Dia sudah tidak berselera makan, lebih tepatnya basonya itu tidak layak makan karena saat Elvan menuangkan sambel, tutup tempat sambelnya longgar sehingga semuanya tumpah kedalam mangkuk miliknya. Dia tak mau kena penyakit usus buntu seperti Kirey dulu, menyeramkan sekali jika dia harus masuk ruang oprasi. Lebih baik Elvan tidak memakannya sama sekali.

"Ih Elvannnn. Basonya kan mau aku makan. Kok tissunya dibuang kesitu sihh!?" Kirey meronta meminta penjelasan.

"Sengaja! Kalo ga gue buang kesono lo nekad makan baso gue. Siapa ntar yang disalahin pas lo sakit perut? Udah, makan aja tuh nasi goreng lu." Elvan menyelipkan sendok yang tergeletak dipiring ketangan Kirey.

Kirey menatap bolak balik, antara Elvan dan piring nasi gorengnya yang sudah kosong. "Apa yang harus aku makan vaann?"

"Oi. Sejak kapan ini abis? Piring lo bolong apa gimana?" Elvan yang baru menyadari piring Kirey yang kosong berpura pura mencari nasi goreng itu dibawah meja.

"Ngeselin!!!" Kirey menggebrak meja lalu beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" Ardan bertanya.

"Aku mau marah sama Elvan! Bayarin nasi goreng aku! Bye!!!" Kirey berjalan meninggalkan meja, dia menghentakkan kakinya sepanjang langkah yang ia buat.

"Yeeee, pake alesan marah lagih. Bilang aja lo pengen ditraktir!"

Kirey menjulurkan lidahnya mengejek Elvan. Lalu setelah itu iya benar benar menghilang dari padangan Elvan maupun Ardan.

"Kapan coba tuh anak berubah? Ga gampang ngambek, ga manja, ga ngeselin kek gini?" Elvan membayangkan kapan waktu itu datang. Apa harus menunggu sampai Kirey lulus sekolah? Atau sampai Kirey mempunyai anak? Atau jangan jangan, waktu itu tidak pernah ada?

"Van. Anjir van!!"

Bersamaan dengan Ardan yang tiba tiba memanggilnya, keadaan kantin menjadi lebih ramai dari sebelumnya.

Bukan karena orang orang disana bertambah dan memadati kantin. Namun karena mulut mereka yang serentak berbicara tentang berita baru yang juga muncul secara tiba tiba.

"Liat Tv nohhh" Ardan menunjuk TV yang sedang menayangkan berita maha dasyat jilid kedua.

'PUTRA SULUNG RADAVEEN ALDRYAN MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN SECARA TERTUTUP'

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang