Persiapan Tour

103 15 0
                                    

Hujan kembali turun hari ini.

Alam seperti tau apa yang sedang Askar rasakan. Menyimpan perasaan bukanlah hal yang baru untuknya, namun kenapa sekarang Askar begitu sedih tidak bisa jujur tentang perasaannya untuk Fasya?

Askar melihat foto foto digalerinya. Kebanyakan adalah foto Kirey. Namun dia tidak sendiri dalam foto itu, selalu ada Fasya disebelahnya. Dan itulah alasan kenapa Askar menyimpan itu semua.

Askar suka Fasya. Jauh sebelum mereka bermusuhan.

"A! Umi manggil tuh"

Askar menoleh. Dibalik pintu kepala Danesh muncul sekejap, setelah menyampaikan pesannya, adiknya itu langsung hilang kembali.

Askar sempatkan melihat foto Fasya dalam handphonenya sekali lagi. Dia tersenyum, kapan keberanian itu datang?

Askar menyimpan handphonenya diatas kasur. Dia melangkah keluar dan segera menemui uminya dilantai dasar.

Besok adalah hari keberangkatannya dan murid Gazala lain ke Singapore. Uminya pasti tak jauh akan menanyakan persiapan Askar.

"A. Kok lemes gitu sihh"

Askar memang sedang tak bersemangat. Apalagi saat bangun tidur tadi ia menemukan foto Fasya dengan laki laki asing di Instagramnya. Menyakitkan sekali.

"Kalo sakit. Gausah ikut ke singapore" Umi mencoba mengecek suhu badan Askar. Dia tidak menemukan ada yang salah.

"Cuma lagi males doang miii, Aa capek semaleman gadang"

"Kamu ini" Umi menggeleng gelengkan kepalanya. Padahal ia tau, bukan itu alasan sebenarnya. Bukankah Askar memang terbiasa bergadang?

"Persiapan Kirey udah lengkap mii?" Askar teringat adik perempuannya. Sepulang dari cfd kemarin, Askar belum bertemu Kirey lagi.

"Udahh. Ini umi tinggal ngecek yang kamu"

"Aku gabawa banyak baju mi. Gaperlu pake koper" Askar memberi tahu uminya karena dia melihat koper di sebelah meja bar dapurnya.

"Lohh, seminggu itu lama"

"Aku beda sama Kirey mii" Askar tersenyum. Dia selalu menyamakan kebutuhan kedua anaknya yang kebetulan sebaya itu. Untung Kirey menyukai warna kuning, jadi Askar tidak terlalu malu jika memiliki kaos berwarna itu yang dibelikan uminya. Coba jika Pink. Lucu kayanya.

"Aku kerumah Elvan dulu ya, ada barang aku yang lupa dia balikin"

Umi mengangguk. Rumah Elvan disebelah ini. Kenapa harus tidak ia izinkan?

Askar melangkah keluar rumah. Hujan deras langsung menyambutnya. Disebrang sana, lima belas meter dari pandangannya, Askar melihat Fasya. Perempuan itu tengah menikmati coklat panas sambil membaca sebuah buku. Pemandangan biasa yang selalu Askar suka.

Saat tiba tiba mata mereka bertemu, Askar langsung berlari menerobos hujan. Dia bergegas masuk kedalam rumah Elvan yang ada disamping rumahnya. Entah hujan deras itu membantu menyamarkan pandangan Fasya kearahnya atau tidak, Askar tetap tidak berani menatapnya lebih lama.

"Skar" Mamah Elvan ternyata sedang ada diruang tamu. Dia langsung menyapa saat Askar barusaja menutup pintu setelah masuk rumah.

"Hay Mael(Mama Elvan)" Askar tersenyum kuda. Tertangkap basah dia masuk tanpa ketuk pintu dan ucap salam. Jika uminya tau, apalagi abinya, Askar sudah pasti langsung di hukum mati. Wehh dikira keluarganya psykopat? Becandaaa

"Ga pake payung kamu kesini?"

Askar menggeleng. "Orang deket kok ma"

"Yaampun. Udah tau hujan besar. Kelakuanmu itu yaaa" Mama Elvan menggeleng sambil tersenyum. "Sanah ke dapur. Elvan sama Ardan lagi melakukan eksperiment mereka" Lanjut mama Elvan.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang