Dava

582 25 1
                                    

Kenzie Radava Aldryan

Kakak dari Ken inilah sosok yang paling ditakutkan. Tidak pernah terbayang, membantu seseorang bisa menjebak dia dalam sebuah masalah besar. Dava tau, dia sudah terlanjur berada di lingkaran kesalahan, memperumit keadaan yang sejak dulu telah berantakan.

Tugas Dava terasa mudah diawal. Hanya melindungi sahabatnya agar tidak ikut terancam karena kesalahannya. Cara Dava melindungi sahabatnya adalah, memperumit identitas dari Raka. Yah, Raka adalah nama yang dia buat sendiri untuk memanggil sahabatnya. Nama itu jugalah yang diketahui oleh orang orang sebagai teman serumahnya. Sedangkan nama asli Raka adalah Raqiel Kanza Halikan. Tidak ada yang mengiranya bahwa Raka berada di universitas yang sama, sampai akhirnya Gilang dan Tian menemukannya.

Tapi kini tanggung jawab Dava tidak hanya pada Raka. Kehadiran adiknya membuat dia harus makin berhati hati. Ken berbeda dengan Raka. Raka jelas tahu dalam keadaan apa dia berada. Tetapi Ken, dia sama sekali tidak mengerti tentang apa yang akan terjadi jika di keramaian dia dekat dengan kakaknya sendiri.

"Gue rasa kali ini lo harus angkat teleponnya deh Dav"
Secangkir kopi menemani si pria berbaju hitam yang barusaja datang.

Dava melirik Raka. Tatapannya seolah bertanya. Kenapa dia harus mengangkat panggilan dari orang tidak penting yang sudah bergulir 3 menit itu?

"Ken udah terekspos. Sebaiknya lo pastiin dulu, kalo Abril ga coba celakain adik lo" Raka menyeruput kopi susunya dengan begitu santai. Seolah ucapannya itu tak berarti apa apa.

Dava dengan cepat mengangkat teleponnya dan menerima panggilan dari Abril. Sapaan ramah Abril tak ia gubris. Dava tak cukup minat untuk saling bertegur sapa di senin pagi ini.

'Pertemuan terakhir kita adalah di tempat rongsokan yang biasa anggota lo pake ngumpul kan?' 

Dava masih diam. Raka juga mendengar segala kata yang diucapkan seseorang di handphone sahabatnya, karena Dava sengaja meloudspeakerkan panggilannya.

'Oke. Kayanya lo udah gasabar pengen tau berita yang gue bawa. Haha__

Dava begitu malas mendengar tawanya. Mungkin ini jugalah yang dirasakan orang, saat musuhnya meremehkan dia dengan sebuah tawa.

'Akhirnya gue punya hari yang tepat buat balas dendam. Edgar, Dama, Tolib dan, Keanu, akan gue suruh mereka celakain adik lo. Untuk ini, gue rasa lo gaakan bisa selamatin Ken. Tapi jika lo sedikit gunain otak lo, lo bisa waspada dihari yang gue maksud'

Dava langsung melihat layar handphonenya karena setelah Abril berbicara, tidak ada lagi suara yang terdengar.

"Hh_" Dava tertawa tak percaya.

"Dia cuma main main. Kalo bener dia mau celakain Ken, harusnya dia biarin aja kita kebingungan. Bukan malah kasih teka teki penguji kepintaran. Yoi ga?" Lanjut Dava setelah dia selesai tertawa.

"Teka tekinya dimana?"

"Ya diucapannya si Abril tadi lah, Emul!"

"Bawa bawa partai lo!"

Dava tertawa. Terkadang sebuah pertemanan diuji oleh adegan saling memanggil nama orang tua.

"Eh, tapi kita harus tetep siaga. Kira kira hari yang dimaksudnya itu, hari apa yah?" Setelah berbicara, Raka langsung mengerjakan otaknya untuk berpikir.

Lagi lagi Dava tertawa. Namun kali ini dengan tawa yang jenaka. Raka tidak tahu, apa ada lagi yang lucu kah dimata Dava?

"Eling sia teh Dav. Istigfar! (Sadar kamu Dav. Istigfar!)" Raka menepuk nepuk punggung Dava dengan kencang.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang