syukuran 5

96 14 0
                                    

"Ken gue pengen keliling keliling dong dirumah gedong lo ini. Di depan aja gue udah terlena sama hiasan yang kreatif itu. Apalagi di dalem, ayolah.." Ardan memang banyak maunya. Rusuh mulu kerjaanya emang! Minta ini itu dari tadi. Dasar gak tau malu! Untung Ken baik. Kalau tidak, Ardan sudah ditendang ke afrika.

"Gak. Rumah aku bukan museum. Kalau mau keliling keliling di museum aja. Banyak kan museum diindonesia? Disini gak ada tempat bersejarah, dan gaada juru bicara buat nyeritain kisah rumah ini. Jadi gak usah aja." Ardan mendengus pelan. Ia kesal dengan jawaban Ken yang menyebalkan itu.

"Ah elah, pelit lu mah, gue kan cuma pengen tau aja. Siapa tau gue bisa bangun rumah kaya gini." Mendengar ucapan Ardan. Kirey yang sedang duduk dan memeluk Ken karena sudah galau galau manjah pun langsung terduduk tegap dengan mata berbinar.

"Ken.. aku juga pengen punya rumah kayak gini.. ayo keliling.. aku pengen keliling.." kirey merengek rengek dengan muka super duper mengenaskan yang membuat Ken langsung mengangguk menyetujui. Membuat Ardan yang melihatnya geram.

"Tuh kan! Dasar biadab! Gue yang ngajak mah di tolak, giliran ceweknya yang ngajak langsung diiyain. Bangsul." Ardan mencak mencak tak jelas. Untung saja acara sudah selesai. Jadi tidak terlalu mengganggu tamu. Selama acara, Kirey yang habis menangis sudah terkantuk kantuk. Ia bahkan beberapa kali ditegur umi karena hampir terlelap. Tapi lihatlah kini sudah biasa lagi. Sudah loncat loncat kegirangan di atas sofa.

"Rey itu sofa orang!" Fasya yang sedari tadi diam mengingatkan. Dasar anak balita siapa ini? Kok nyatunya sama anak anak sma? Anak hilang yang terlupakan. Malangnya..

"Ehehe iya iya.." kirey berhenti meloncat, namun masih berdiri di atas sofa. Ia melirik Askar yang sedari tadi diam memerhatikan. Ia tersenyum lebar. Senyuman yang tersirat sesuatu...

"Aa.."

"Ada maunya nih pasti. Gak denger gue.." Askar langsung menutup telinganya degan tangan. Ia bergeser menjauh dari Kirey.

"Ayo, katanya mau keliling. Kita keatas dulunya.." Askar pun mendahului dengan berjalan lebih dulu meaniki anak tangga.

"Askar mah jahat! Ken.. kamu baik kan sama aku?" Ken mengangguk pelan.

"Kenapa emang Key? Kamu mau keripik ma icih lagi?" Kierey menggeleng pelan. Membuat rambutnya yang berkuncir kuda itu sedikit bergoyang. Kirey mengulurkan kedua tangannya.

"Gendonggg..." semua orang memutar bolamata malas. Kecuali Ken yang langsung menghadapkan punggungnya didepan Kirey. Tentu saja Kirey senang. Ia langsung melingkarkan tangannya di leher Ken.

"Gue duluan deh.. males liat beginian." Fasya pun menyusul Askar diikuti yang lainnya.

"Jomblo sih lo sya, jadi mengenaskan. Hahaha." Semua tertawa menyetujui ucapan Elvan. Elvan kalau ngomong emang nyelekit. Gak usah ngomong lah mending.

"Bangsat." Fasya yang marah pun langsung bejalan lebih cepat menuju lantai dua.

"Ken awas, Kirey kebanyakan dosa jadi berat. Gue duluan ya, gak sabar liat apa di atas." Ardan menepuk pelan pundak Ken lalu sedikit berlari untuk melepas rasa penasarannya.

"Berat apanya, kaya kapas gini."

***

"Ken, enak ya ruang keluarga lo. Makanan udah banyak stok begini. Duh gue kalau jadi lo bakalan betah deh di rumah." Bukan Ardan yang kembali berbicara kini. Ardan tengah sibuk melihat lihat hiasan yang begitu menarik perhatiannya. Dan digantikan oleh Fasya yang memang darisananya banyak komen. Fasya tengah mencicipi makanan yang tersedia di lemari kayu tanpa kaca atau penutup lainnya yang terlihat sangat indah dan rapi. Jika terlihat dari jauh, lemari itu seperti batang batang pohon yang menempel didinding. Dan toples toplesnya terlihat seperti hiasan warna warni tanpa diketahui jika isinya adalah makanan makanan ringan. Sungguh menabjubkan. Seperti rumah impian.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang