TC

92 14 0
                                    

Harus Ken akui, cuaca Lombok sangatlah baik saat ini. Tidak terlalu panas, juga tidak menandakan akan turunnya hujan. Dia kini tengah mengikuti TC disalah satu stadion di Lombok. Bersama dengan para pemuda seusianya yang sudah lebih dulu ada di timnas U-16.

Status Ken saat ini bisa dibilang 'anak baru'. Benar benar baru. Tidak satupun orang di dalam tim, yang pernah ia temui sebelumnya. Banyak dari mereka yang sudah mempunyai club, sedangkan Ken hanya sebatas starter di tim sekolahnya. Itu membuat hampir seluruh orang kecuali jajaran pelatih, menanyakan kelayakan Ken dalam timnas ini.

"Sorry bangeett kalo pertanyaan gue rada kasar. Tapi gue udah masuk tim ini sejak usia gue 14 tahun, gue bener bener gapernah liat lo di seleksi, juga gapernah tau tentang lo dari saluran berita manapun saat ini."

Tyo. Kapten plus gelandang serang andalan Timnas u16 yang hampir saja membawa Indonesia lolos kualifikasi Piala Dunia u-16 tahun lalu. Sebelumnya dia bertanya kepada Ken, apakah Ken benar anak dari pengusaha bla bla bla, dilanjutkan dengan sebuah dugaan, bahwa Ken bisa masuk Timnas karena status keluarganya yang terpandang. Tyo hanya ingin memastikan. Dia tidak mau kerja kerasnya untuk masuk timnas, jadi tidak berharga karena satu anak yang memiliki orang tua terpandang bisa dengan mudah sebanding dengannya.

"Iya aku anak Ayah Zio, pimpinan ALD. Tapi dugaan kamu tentang aku yang bisa masuk timnas karna pengaruh orang tua, itu salah. Keahlian aku bener bener ada di sepak bola. Kamu bisa nilai aku setelah latihannya selesai." Ken tersenyum hangat. Dia menepuk pundak Tyo lalu melenggang bergabung dengan teman setim lainnya yang akan melakukan doa sebelum memulai kegiatan.

Sebenarnya Kenpun masih bingung, kenapa dia bisa masuk Timnas tanpa mengikuti seleksi? Mengapa head Coach begitu mempercayainya padahal hanya satu kali dia melihat penampilan Ken. Untuk dugaan bahwa keluarganya yang mempermudah, itu tidaklah mungkin. Sebanyak apapun uang yang keluarganya punya, tidak akan pernah digunakan untuk hal semacam ini. Benar benar aneh bukan?

Baiklah. Pemanasan telah dilakukan para anggota tim. Kini mereka menerima beberapa materi latihan yang akan coba diperagakan. Tiga kiper dipisahkan dari yang lainnya, mereka memiliki bahan latihan yang berbeda. Ken, dia nampaknya sudah memiliki teman disana. Terlihat sangat nyaman berada ditengah orang orang yang baru dia temui saat ini. Mungkin juga karena sifat Ken yang gampang akrab, itu membuat yang lain senang akan keberadaannya.

Ken kini tengah melakukan dribling bola, dia menggiringnya melewati corn-corn yang sudah dipasang pelatih. Begitu gampang, karna ini materi dasar.

Ditengah tengah, saat Ken masih meliuk liuk melewati corn, ada perasaan aneh yang Ken rasakan. Timbul rasa sakit didalam dadanya, yang kian lama kian terasa.

Ken membusungkan dadanya kedepan, dia berusaha tetap berdiri tegak dan menyelesaikan tantangan yang belum ia selesaikan. Namun sakit dadanya makin parah, rasanya seperti ada yang menyengat jantungnya didalam sana.

"Argh!" Ken memegang dadanya. Berhenti berlari dan langsung berlutut tak mampu lagi untuk berdiri.

Semua yang mendengar ringisannya langsung mendekat. Mengerumuni Ken dan bertanya tentang keadaannya.

Mata Ken terpejam. Wajahnya begitu menunjukkan bahwa dia sedang menahan sakit yang luar biasa saat ini.

Dua bodyguard berlari dari pinggir lapangan. Menghampiri tuan mereka dan langsung mengambil tindakan. Satu orang menggendong Ken. Satunya lagi meminta izin untuk membawanya pergi saat ini. Jajaran pelatih yang benar benar kebingungan, hanya bisa mengangguk mengiyahkan. Karna mungkin hanya bodyguardnya yang tau, mengapa Ken tiba tiba seperti itu.

"Tunggu!" Head coach menghentikan lari para bodyguard yang akan menuju gerbang keluar stadion.

"Cepat bawa dia pergi. Biar saya yang urus ini" Salah satu bodyguard memerintah temannya.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang