Kali ini setelah tujuh bulan bagi Ken dan ± 9 bulan bagi Dava, untuk pertama kalinya mereka makan malam bersama di meja makan. Saat dirumah yang kemarin, Ken, Dava dan Raka tidak pernah makan di meja makan, karena memang tidak ada. Paling jika makan bersama, mereka memilih ruang tamu sebagai tempat terbaik. Jika makan masing masing, Ken lebih memilih meja belajar dikamarnya. Dan dulu, saat mereka tinggal terpisah dari Zio dan Niken, Davalah chef handal dirumah itu. Meskipun jika dibandingkan masakannya dengan Bunda, itu akan sangat jelas jauh berbeda.
"Bang, si adek udah bisa apa aja? Gaul kaga dia disini? Punya temen kan?"
Zio yang baru menyuapkan sesendok nasi pada mulutnya langsung membuka obrolan dimeja makan.
"Udah bisa semuanya dia. Jangankan temen, pacar aja dia udah punya!" Dengan santainya Dava menjawab.
Terkejut Zio dan Niken terheran heran karena... Masa iya sih!?
Keterkejoedan itu diakibatkan karena Ken dimata kedua orang tuanya hanyalah seonggok anak kecil. Mereka selalu dan selalu saja menganggap Ken seperti itu. Polos, lemah, dan tak tau apa apa. Padahal umur Ken kini sudah 15 otewe 16 tahun.
Orang tua memang selalu mengharapkan anaknya tetap menjadi anak kecil yang selalu butuh perlindungan mama papa nya.
"Ah serius!? Emang ada yang suka?"
Ken langsung melemparkan gumpalan Tissu kearah ayahnya. Ini adegan tidak sopan, tapi keluarga ini tidak menganggapnya begitu. Selagi bukan jamuan formal, mereka asik asik saja. Lagi pula, Zio malah senang dianggap teman oleh anak anaknya. Dengan begitu, tidak ada kecanggungan dikeluarganya untuk bisa saling berbagi cerita. Kecuali jika Zio sedang dalam mode marah. Suasana mungkin bukan lagi canggung, namun menjadi menyeramkan.
"Ada lah! Buktinya aku punya pacar" Ken menjawab tegas.
"Cantik lagi" Dava asal ceplos saja. Toh itu memang kenyataannya. Namun ucapan Dava ini malah memancing kecemburuan Ken, dia juga melemparkan gumpalan tissu, namun besertakan dengan tempatnya.
"Anjiir! Santai napa!"
"Yang boleh bilang dia cantik, cuma aku!"
"Emaknya aja seneng kalo ada yang muji anaknya. Kok lo repott sih?" Dava melemparkan kembali tempat tissu itu kearah Ken. Tidak sakit. Karena jarak mereka hanya setengah meter.
"Secantik apa sih? Pengen tau gue. Kalo bener cantik, emaknya juga berarti cantikk"
Ucapan Zio itu ternyata membuat sebuah prahara rumah tangga muncul kepermukaan bumi. Niken yang mendengarkan itu mengeraskan rahangnya sambil memasang mata tajam kearah suaminya.
"Ken! Bunda butuh tempat tissu!"
Mimik wajah Zio langsung berubah. Disebrangnya Dava menggerakkan bibir mengucapkan kata 'Mapussshh'. Anak Durjanahhh! Dan Ken dengan perlahan tapi pasti memberikan tempat tissu itu kearah bundanya.
"Siksa dunia!" Tanpa memperdulikan kedua orang tuanya lagi, Ken langsung melanjutkan makan malamnya.
Keluarga kecil ini jika sedang bersama selalu heboh sendiri. Bahkan jika diluar rumah sekalipun. Zio yang genit, Niken yang pecemburu, ditambah kedua anaknya yang memiliki sifat jahil membuat keluarga mereka tak henti menemukan kebahagiaan.
***
Dapur utama kini sedang ramai. Ini adalah jam dimana para pegawai, menikmati makan malam. Tidak semuanya berada di dapur utama, mereka harus tetap berjaga jaga setiap waktu, jikalau tiba tiba majikan mereka membutuhkan sesuatu.
Waktu berkumpul ini dimanfaatkan para pegawai untuk saling bertukar informasi tentang keluarga yang menjadi majikan mereka kini. Terutama bagi pegawai baru, informasi itu sangatlah penting agar suatu saat mereka tidak melakukan kesalahan yang membuat mereka kehilangan pekerjaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Teen Fiction[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...