Jenguk Gilang

132 16 0
                                    

Ken mengerjapkan matanya beberapa kali. Cahaya lampu begitu terang, dia masih harus berusaha menyesuaikan.

Ken teringat saat pertama kali ia membuka mata setelah lima tahun buta. Saat itu hal pertama yang ia lihat adalah langit langit ruangan. Kedua adalah Bunda, lalu ayah, abang, dokter, suster dan jendela keluar.

Namun saat ini hal pertama yang Ken lihat adalah wajah abangnya yang tegang.

"Bang" Ken memanggil.

Dava tidak sedang melihat Ken. Dia tengah menatap kosong objek didepannya. Yaitu pintu ruangan.

Dava menoleh. Saat melihat Ken dengan mata terbuka, Dava langsung melepaskan nafasnya dengan lega. Dia tidak tahu Ken kenapa, dia tiba tiba pingsan dan tak sadarkan diri selama dua hari. Bagaimana Dava tidak cemas? Tidak ada yang memberinya kepastian kapan Ken akan bangun. Dokter juga sulit menjelaskan keadaan Ken kemarin. Bagaimana Ken tak sadarkan diri lebih lama lagi? Bagaimana jika ayahnya tau? Ah sudahlah, yang terpenting semua fikiran negatif itu sudah hilang saat Ken membuka mata saat ini.

"Alhamdulillah lo bangun. Lo kenapa sih anjir?"

Dava memeriksa badan Ken. Mulai dari suhu tubuh sampai meraba raba wajah, lengan dan leher Ken.

Tidak ada luka sama sekali. Sama seperti saat Dava memeriksa Ken dua hari yang lalu.

"Bang, kita dimana?" Ken tidak mengenal tempatnya saat ini berada.

"Di dukun! Ya rumah sakitlah. Lo pikir gue bakal bawa lo kemana pas lo gabangun bangun selama dua hari?"

"Hah? Dua hari? Perasaan gue gasadar cuma lima menit" Ken menggaruk garuk kepalanya. Dia bingung, apalagi Dava.

"Pala lu lima menit! Ini kenapa sih lo bisa kaya gini?" Dava kembali menanyakan pertanyaan yang belum dijawab.

Ken mulai berfikir. Apa memangnya yang membuat ia bisa seperti ini? Ken kembali mengingat ngingat.

Ken bercerita, terakhir kali, dia ada dirumah baru. Saat Ken lari kekamarnya untuk mengambil gamebot, kamarnya kosong melompong, bahkan kasurpun tidak ada disana. Ken hendak berbalik kembali ke Dava, namun di ambang pintu ada sosok hitam tinggi besar yang melotot kearahnya. Ken jelas terkejut. Itu sangat menyeramkan. Bahkan bisa dikatakan, itu adalah hantu terseram yang pernah ia lihat. Sebentar memandang namun mata Ken langsung hitam dan dia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Banyak sekali orang yang datang. Namun satu yang pasti, ada Kirey disana.

Ken dan Dava menjawab salam dari mereka. Ada Askar, Elvan, Ardan juga. Kirey berlari saat melihat Ken terbaring diatas kasur dengan infus yang menyambung ketangan pacarnya itu. Tanpa malu dilihat semua orang, Kirey memeluk Ken begitu erat.

Ken menarik nafasnya. Ini begitu canggung. Dia masih belum terbiasa dengan sebuah pelukan, meskipun sudah sering dilakukan.

"Kamu kenapa? Jangan mati. Nanti aku jomblo lagi" Kirey memberenggut. Tapi semua orang didalam ruangan malah tertawa mendengar apa yang Kirey ucapkan.

"Anjay. Adek lo sompral" Bisik Ardan ketelinga Askar.

Askar tidak menanggapi, dia kini sedang beradu tatap dengan Fasya yang ada disebrang kasur yang berbeda. Fasya sedari tadi memasang wajah menjengkelkan, seperti mengajaknya ribut diluar ruangan.

"Bang Dava kenapa baru kasih tau aku sekarang? Padahalkan Ken sakitnya dari kemarin?"

Kini Dava yang menggaruk kepalanya saat Kirey bertanya. Atau lebih tepatnya, memarahi.
Sedangkan semua orang kini terpaku saat melihat perlakuan Kirey kepada Dava. Perempuan itu tidak terlihat takut sama sekali.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang