Ayah Bunda Pulang

131 15 0
                                    

Sehari sebelum ayah bunda mereka pulang, Dava dan Ken sudah lebih dulu tinggal dirumah baru. Ternyata keadaan rumah baru mereka sangat berbeda dengan yang empat hari lalu mereka kunjungi. Sekarang suasananya menjadi lebih hangat karena sudah banyak perabotan rumah tangga yang terpasang. Ada banyak orang juga disana. Dan beberapa orang, Ken dan Dava kenali. Seperti Mba Diah, dia adalah pengasuh Ken dari bayi. Ternyata dia kembali dipekerjakan ayahnya untuk menjaga Ken dirumah. Lalu ada Mbo Minah, itu shef kedua yang terbaik setelah Bunda mereka. Mbo minah adalah pekerja yang masa baktinya paling lama. Untuk waktunya, sangat sama dengan umur pernikahan Zio dan Niken, yaitu 21 tahun.

Semalam Dava dan Ken saling melepas rindu dengan masing masing pengasuhnya dulu. Oh iya, Untuk Dava, dia sangat dekat dengan salah satu pekerja laki laki ayahnya dirumah. Namanya Pak Sapto, Dava sering memanggil dia Pak Toto. Dulu saat di Bengkulu, orang pertama yang mengenalkannya dunia luar adalah pak Toto ini. Dan sekarang pak Toto ada kembali bersamanya.

Saat sesi kangen kangenan dimulai. Raka hanya diam memerhatikan. Pasalnya orang orang disana saat itu berbicara bahasa yang kurang Raka mengerti. Mungkin sedikit bisa Raka pahami, namun tetap saja dia hanya diam. Takut takut dia salah mengartikan.

"Apo kabar?"

"Udem makan apo belum"

"Kawan kau?"

Kalimat kalimat itulah yang hanya Raka mengerti. Selebihnya, tidak sama sekali.

Sekarang ini Zio dan Niken akan sampai di Bandara Husein Sastranegara pada pukul 10 siang. Bukannya menjemput kedua orang tuanya, Dava dan Ken malah sibuk sendiri dengan handphone masing masing. Raka yang melihatnya membuat sebuah pemikiran ngasal muncul di otaknya, Ini dua anak, calon anak durhaka kah?

"Lo pada sesibuk itu ya? Sampe gabisa jemput orang tua dibandara?" Raka mengawali perbincangan diruang keluarga yang tujuh menit tadi hening tanpa suara.

"Ayah bunda masih muda bang. Umur ayah 40 tahun, umur bunda 39 tahun. Jadi mereka adalah orang muda. Bukan orang tua" Ken kengalihkan sejenak perhatiannya dari handphone yang ia mainkan, namun setelah selesai berkata, dia kembali ke kegiatan awalnya. Bermain games Angry birds.

Raka mendelik sebal. Haruskah sepagi ini Ken bersifat menyebalkan?

"Dav" Raka kini lebih fosus saja kepada Dava. Dia lebih bisa diajak berbicara ketibang dengan adiknya.

"Apaan" Dava masih Fokus kelayar handphone.

"Ga jemput Ortu lo?"

"Udah ada yang jemput"

"Yaudah. Lo siapin apa kek, buat penyambutan"

"Lu kira bapak emak gue taun baru yang harus di sambut. Udalah, bae bae aja lu, duduk manis dan atur pernapasan, lo akan tercengang melihat kegilaan orang tua gue"

Raka menaikkan sebelah alisnya. Hm, dua anak manusia ini sangat tidak bisa romatis bahkan terhadap orang tuanya sendiri. Pasti mereka juga memperlakukan pacar mereka dengan biasa biasa. Tunggu saja sampai pacar mereka bosan, jomblo berjamaah tau rasa mereka!

Raka beranjak dari duduknya. Di ruang keluarga ia tidak bisa menemukan kekeluargaan. Lebih baik ia pergi ke post satpam gerbang utama. Disana ada banyak sekali penjaga rumah yang ramah. Menawarkannya kopi, cemilan, kadang juga rokok. Meskipun Raka bukan perokok aktif, dia menerima saja pemberian para penjaga itu. Rokonya ia simpan. Dan saat masuk kuliah, rokok roko itu bisa Raka jual ke teman teman yang membutuhkan. Uuuuuu, sebuah usaha yang tidak buruk.

****

Niken dan Zio akhirnya sampai tepat didepan rumah yang mereka bangun. Ini yang pertama kalinya mereka melihat langsung rumah yang dibangun secara LDR itu. Zio dan Niken sangat terkesan, karena rumahnya ini begitu mirip dengan rumahnya yang di Bengkulu sana. Mereka serasa kembali ke hari pertama pernikahan. Memandang takjub pintu tinggi didepan mereka, saling pandang satu sama lain, tersenyum senang lalu pintupun dibukakan seseorang.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang