BK

136 16 0
                                    

Hari kembali berganti. Terhitung sejak saat hari pertama Ken bisa melihat kembali, Ken baru kali ini merasa bumi benar benar tak teratur.

Malam tadi Ken sulit tidur karena kepanasan. Saat subuh telah tiba, ternyata keadaan diluar rumah sedang hujan deras. Dan kali ini, Ken akan pergi sekolah, cuacanya sangat indah. Ada apa? Apa bumi sedang kesurupan?

"Woy!!!"

Ken mengerejapkan kedua matanya dengan cepat. Dia langsung tersadar dari lamunannya yang tak masuk akal itu. Mana mungkin bumi kesurupan.

"Masih disini lo? Siang nih" Itu Dava. Dia baru keluar dari rumahnya sambil menggandeng motor berwarna biru tuanya.

Ken sedari tadi memang belum berangkat. Selesai memakai sepatu, dia malah sibuk menerka nerka keadaan bumi saat ini.

"Ini juga mau berangkat. Abang itu mau kemana?"

Dava menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaannya. Ia mengeluarkan motor dari ruang tamu sepenuhnya. "Ga kemana mana, mau gue mandiin nih" Dava memegang ember yang ternyata sudah ada di kursi luar. Dengan celana pendek selututnya dan kaos oblong berwarna hitam, Dava mulai membasahi badan motor.

"Ga ngampus?"

"Ngga. Lu nanya mulu, kapan berangkatnya?"

Iya juga. Ken bisa terlambat jika terus terusan mengintrogasinya. Lagian jawaban Davapun juga tidak menarik untuk di publikasi, dia hanyalah manusia biasa. Bukan presiden atau pengusaha ternama.

"Yodah. Aku berangkat. Assalamualaikum" Ken menyalami tangan Dava untuk yang kedua kalinya setelah sebelumnya tadi ia lakukan didalam rumah. Lalu setelah itu, ia mulai melangkah keluar dari teras rumah.

"Waalaikumsalam. Jangan nakal!"

Ken hanya memasang jempolnya sebagai jawaban.

Ini Dava benar benar seperti orang tua yang khawatir buah hatinya yang masih SD macam macam disekolah. Seumuran Ken sekarang, jelas sudah tidak pantas diperingati hal semacam itu. Seharusnya Dava lebih memperingati agar Ken tidak ikut tauran atau hal hal yang biasanya dilakukan anak SMA. Meskipun untuk tauran, Ken tidak mungkin terlibat, Dava tetap harus memperingatinya.

"Pagi bang Ryan"

Dava menoleh. Ia menemukan Fiona, tetangganya yang sedang tersenyum ramah tak jauh dari tempatnya. 'Ryan' adalah nama yang sering digunakan warga disekitarnya untuk memanggilnya. Dava sengaja memperkenalkan diri dengan nama belakangnya, yaitu Aldryan. Itu berguna untuk menyembunyikan popularitas seseorang yang dianggap ketua berbahaya dibalik nama Dava.

"Hai Yo. Kemana?"

Dava dimata warga kampung adalah sosok yang ramah. Dia sering ikut berpartisipasi dalam bebarapa kegiatan masyarakat saat tidak disibukkan dengan urusannya. Bahkan jika dibandingkan dengan Raka teman serumahnya, Dava lebih loyal.

"Hem, mau main ke bang Raka" Dari wajahnya, Fio terlihat asal menjawab. Dari sejak pertama keluar rumah, jelas bukan itu tujuannya.

Dava tersenyum ramah. Wanita berambut pendek itu selalu terlihat lucu ketika kebingungan. "Ka!! Rakaaa!! Ada yang nyari nihh!" Dava memanggil Raka yang belum ia lihat sejak subuh tadi. Entah masih hidup atau tidak dia didalam kamarnya.

"Lagi dandan kali dianya yo. Tau kalo lo yang dateng" Dava sedikit bergurau.

Fio sebenarnya ingin melihat Dava. Tapi dia terlalu malu untuk jujur. Dia juga suka Dava. Laki laki yang selalu tersenyum ramah kepada setiap orang mampu membuatnya jatuh cinta.

"Ga sekolah Yo?" Sambil mengelap elap motornya dengan kanebo, Dava bertanya untuk sedikitnya merubah suasana agar tak terlalu canggung saat Fiona menunggu Raka yang lama sekali keluar.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang