Semua yang terluka sudah Dava bawa ke klinik terdekat. Ada sekita 20 orang, salah satunya adalah Arthur, alias temen seperjuangan Abril di tauran. Dia mengalami patah tulang akibat hantaman benda tumpul dan memar memar yang wajar diseluruh wajahnya. Sumber masalahnya ada pada dirinya sendiri. Sudah tau kurang handal dalam beradu body, masih nekad ingin beradu nasib bersama Abril tadi. Bukannya terlihat kuat, dia malah mempermalukan dirinya sendiri dengan menjadi orang yang terluka paling parah. Ada rasanya Dava ingin tertawa, namun ia masih takut akan dosa. Apalagi menertawaan orang yang sedang celaka.
"Dav. Gue minta maaf soal ini."
Dava mengalihkan pandangan ke Tian, sebelumnya ia tengah melihat Arthur yang terus meringis kesakitan saat dokter tengah memasang kain penyangga untuk tangannya yang patah. Tian nampaknya merasa menjadi orang yang harus bertanggung jawab, karena tugas dasar dia adalah menentukan kemana BD harus melangkah. Dengan dia menyetujui perintah Gilang, Tian sadar bahwa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan.
"Gue bosen dengernya Yan." Dava mulai mengambil langkah.
Tian mendengar nada bicara Dava yang cukup bersahabat. Nampaknya dia akan aman berbicara dengan Dava lebih lama tanpa merasa terancam.
"Kita sebenernya udah batalin taurannya, Gilang juga udah nahan emosi saat Abril ngatain lo bahkan dia sendiri, karena jadi pecundang. Gilang bener bener kapok buat lo marah." Tian menjelaskan saat langkahnya kini sudah sejajar dengan Dava.
Lelaki yang sedang diajaknya bicara itupun hanya mengangguk dengan tenang. Tanpa sebuah pertanyaan apapun untuk menjelaskan bagaimana tauran itu tetap bisa terjadi.
"Berapa biaya pengobatan untuk semua pasien yang saya bawa?"
Tian baru sadar, dia dan Dava kini tengah ada dibagian administrasi klinik. Dan dengan mengejutkannya, Dava membayar lunas tagihan semua orang yang terluka dalam tauran tadi dengan uangnya sendiri. Padahal tidak satupun ada anggota BD didalamnya.
"Dav, lo ga seharusnya lakuin ini."
"Sama dengan lo. Ga seharusnya juga lo minta maaf ke gue." Dava memberikan kartu kreditnya ke penjaga kasir. Setelah urusannya selesai, Davapun hendak bergegas, namun jalannya dihadang oleh Tian.
"Dav, Lo ga takut akan hukuman yang bakal menjerat lo karena kepemilikan senjata api? Mungkin hukumannya akan lebih berat daripada orang yang terlibat tauran."
Tian mengetahui Dava mempunyai senjata api. Bahkan seluruh orang yang terlibat dalam tauran tau. Karena terhentinya tauran itu, disebabkan oleh Dava yang mengeluarkan senjatanya.
"Gue punya izin untuk memilikinya. Gue juga ga menyalah gunakan senjata gue. Gak satu pelurupun gue bawa saat ini. Senjata gue bener bener kosong. Apa hukum yang gue langgar?"
Tian diam. Dan Dava tidak punya alasan untuk tetap berada disana. Dia melanjutkan langkahnya, menghindari Tian, lalu menjauh dan hilang dibelokan.
***
Sebuah pemberitaan muncul pagi ini. Di seluruh stasiun televisi, di seluruh program berita dan acara gosip, semuanya menyoroti kehidupan kekuarga Radaveen Aldryan. Karena kejadian penembakkan itu, keluarga ini jadi makin terkenal dikalangan masyarakat. Tergambar menjadi keluarga yang sempurna, dengan terlihat selalu bahagia, ditambah paras mereka yang sedap dimata, Zio beserta keluarganya, mendadak menjadi idola.
Berita yang sedang hangat dikalangan masyarakat saat ini adalah, Anak bungsu dari Radaveen dan Aldryan, yaitu Ken, yang tidak sama sekali memegang urusan perusahaan ataupun hotel dikarenakan memiliki cita cita yang berbeda.
Sebagaimana yang sudah diketahui masyarakat, bahwa Dava mengambil penuh kendali atas perusahaan dan Hotel jika memang kedua orang tuanya sudah tidak sanggup, juga ilmu yang dituntutnya selama di universitas sangat melekat dengan dunia bisnis sangat jauh berbeda dengan adiknya. Ken terdaftar sebagai murid di salah satu sekolah khusus olahraga dengan bidang akademi sepak bola. Dia memilih mengejar cita citanya menjadi pesepakbola profesional dibandingkan mengurusi perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Novela Juvenil[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...