tour 4

89 15 0
                                    

Wiuhhhh! Melelahkan!

Entahlah, sulit rasanya mereka meninggalkan USS ini. Ingin mengulang dari awal dan kembali bermain seperti pertama kali mereka datang. Tapi keinginan itu sirna saat mereka telah menjatukan badan mereka di kursi bus. Nampaknya tidur dan beristirahat jauh lebih diinginkan tubuh mereka daripada kembali bermain.

Kirey kini benar benar ada di bus Ken. Ya namanya anak dari pemilik yayasan, apapun yang dia mau juga bisa diwujudkan jika melingkup kebijakan Gazala. Kirey duduk disamping Ken. Meski awalnya terjadi perdebatan sengit antara Askar dan Kirey. Askar melarang, tentu saja karna kekhawatirannya terhadap apa yang akan dilakukan Ken kepada Kirey jika duduk bersebelahan dengan waktu yang cukup lama. Otak boleh polos, tapi naluri lelaki tetap ada dalam diri Ken. Benarkan?

Tapi lebih lama lagi Askar melarang, Kirey bisa saja pingsan. Melihat wajahnya yang sudah lesu dan ingin cepat tidur itu, membuat Askar harus mempercai Ken selama di bis ini. Tentu tidak sepenuhnya dipercayakan kepada Ken. Askar memilih kursi di sebelah Ken dan Kirey, membuat mereka tetap dalam pengawasan Askar.

"Ken aku bobo di pundak kamu yaa?" Izin Kirey sebelum menyenderkan kepalanya.

"Lohh. Gaakan muat dong. Pundak aku cuma sejengkal, kalo badan kamuu...

Ken memasang jarinya dikepala kirey, dia menghitung jengkalannya untuk mengukur panjang Kirey.

Bledug!!!

Sebuah makanan kemasan melayang dan menghantam kaca bus dibelakang Ken. Hampir saja makanan itu mengenai wajahnya, untung Ken hebat saat menghindar tadi.

"Lo mau apain Kirey!?" Askar memelototkan matanya begitu tajam. Dia memerhatikan tangan dan mata Ken bergantian. Posisi jengkalan Ken kini sudah berada di leher, otw ke bawahlah pokonya. Sangat ambigu Askar melihat itu semua.

"Ga ngapa ngapain Skar" Masih diposisi yang sama, Ken menjawab dengan wajah tak berdosa.

"Sekali lagi lo nambah jengkalan, mati lo ya!!" Askar menggerakkan tangannya hingga terlihat seperti akan memotong lehernya sendiri. Mengerikan.

Ken langsung menarik tangannya kembali. Lalu berbisik ketelinga Kirey.
"Pokonya gaakan muat Key"

Kirey yang mendengarnya memutar bola mata malas. Siapa juga yang akan menaruh seluruh tubuh di pundak Ken? Memangnya dia tak bertulang sampai bisa dilipet lipet kecil agar muat tidur di pundak itu? Aduhh, Kirey benar benar harus sabar menghadapi pacarnya yang pintar ini.

Daripada menjelaskan secara detailnya tentang arti bobo di pundak. Kirey memilih langsung menyenderkan kepalanya di pundak milik Ken.

Hal pertama yang dirasakan adalah keras. Yaiyalah, dalemnya itukan tulang, bukan busa. Namun lama lama nyaman juga, senang rasanya Kirey bisa sedekat ini lagi dengan pacarnya. Dia kadang lupa tentang Fakta dia mempunyai pacar. Saking lamanya menjomblo. Dan faktor hubungan yang bagi kalangan orang yang sudah berpengalaman sangatlah kekanak kanakan.

"Oh gini. Kirainnn" Ken barulah mengerti. Maklum. Dia hanyalah anak yang baru mengenal cinta beberapa minggu yang lalu.

"Ada yang mau reques lagu?" Kak boy mengacungkan sebuah mouse yang terhubung ke televisi di bus.

"Me. Me. Me. Kak boy!" Ardan berteriak dari bangku belakang. Komposisi di bis memang sangat standar, perempuan mengisi bagian depan, lalu laki laki sisanya sampai kebelakang. Dan kali ini Ken berada di perbatasan antara dunia laki laki dan perempuan, yaitu tengah tengah.

"Bawa aja mousenya. Cari lagu yang enak yaa" Ucap Kak boy seraya memberikan mouse itu kepada Ardan yang sudah menjemputnya ke bagian depan bis.

Ardan mengangguk sambil tersenyum. Diapun berjalan dengan hati riang menuju Elvan. Elvan juga membalas senyumannya. Nampaknya akan ada rencana yang mereka jalankan.

"Lagu apaan nih yang bagus Van?" Ardan duduk disamping Elvan. Dia mulai mengarahkan mousenya agar si panah kecil di tv terlihat.

"Yang selow selow dong. Biar makin nikmat menuju ke alam mimpinyaa"

Ardan tersenyum. Tatapan mereka begitu menyimpan arti.

Mouse telah Ardan gerakkan, menyusun huruf menjadi sebuah judul lagu. Lagu pertama dari Tulus yang berjudul pamit. Semua orang didalam bis merasa didengarkan lagu penghantar tidur. Perlahan mereka mulai memejamkan mata mereka. Lelah ini begitu memaksa mereka untuk segera terlelap.

"Next Dan" Ucap Elvan sambil tersenyum penuh arti.

Ardan mengangguk. Dia tadi sudah menyusun lagu lagu yang akan diputarnya. Jadi dia tinggal menggklik bagian kanan mouse untuk mengganti lagu, tanpa perlu mengetik judul lagu kembali.

Di layar televisi muncul sebuah kalimat.
"Sakit Jiwa". Itulah judul lagu yang sebentar lagi akan terputar.

Gila aje gila aje gila aje gila
Dunia ini udah gila udah gila udah gila
Banyak orang orang gila orang gila orang gila
Kita semua jadi gila jadi gila jadi gila

Dengan suara penyanyi yang lantang, musik pengiringnya juga yang sangat keras, mampu membuat semua yang akan tertidur didalam bis terbangun kembali. Bahkan mereka memelototkan matanya karena terlalu kaget mendengar lagu itu.

"Sakit jiwa...Sakit jiwa..." Ardan yang sudah berdiri dan melepaskan mouse di tangannya bernyanyi begitu lantang. Kepalanya ia gerakkan seraya mengikuti alur lagu. Jika dikepalanya ada kutu, pasti sudah terbang semua dan menyebar didalam bis.

"Gila aje gila aje gila aje gila Elu gila elu gila elu gila elu gila" Elvan juga berdiri dan menyanyi, dia bergerak seperti seorang gitaris rock sejati.

Semua orang shok. Ada yang masih bingung dengan apa yang terjadi, ada yang sedang mengumpat dalam hati. Ada juga yang benar benar marah karena kejadian ini, namun berusaha menahan diri.

"Elu berdua yang gilaa!!" Askar melemparkan bantal senderannya dikursi kearah sahabat mereka. Udah numpang, nyusahin pula.

"Matiin!!" Teriak beberapa orang.

"Kampret dasar!"

Ardan dan Elvan tersenyum tanpa dosa. Mematikan lagu, lalu Menangkupkan kedua tangan menandakan permohonan maaf. Melihat hampir satu bis kesal, membuat keduanya senang tak ketulungan. Bagi mereka ini sebuah vitamin, jahil adalah tenaga mereka agar tetap semangat menjalani hidup. Hahayy.

Sebenarnya ini adalah lagu kesukaan Elvan, Ardan dan Askar. Namun diputar diwaktu yang kurang tepat. Jadinya mengundang amarah warga setempat.

Atas kejadian tadi itu, kini posisi Kirey dan Ken benar benar tidak enak.

Kirey sama sekali tidak terbangun. Mungkin karena dia benar benar lelah saat ini. Namun lagu tadi mampu membuat Ken tersentak dan tak sengaja menggerakkan pundaknya. Kirey yang menyandarkan seluruh tenaganya di pundak Ken pun terjatuh. Iya, kepala Kirey kini malah ada di paha Ken. Dan Ken tidak bisa bergerak karena itu. Entahlah, sesering apapun Ken memandang wajah pacarnya, posisi kali inilah yang begitu menyulitkan.

Bahkan Ken kesulitan untuk mengambil nafas. Dia terus fokus dengan lubang hidung Kirey. Wahh, dilihat dari atas, wajah Kirey begitu menggemaskan. Apalagi lubang hidungnya yang membius. Auah, Ken memang aneh. Mungkin saat ditanya bagian tubuh mana yang ia suka dari Kirey, Ken akan menjawab lubang hidung.

Ken mengalihkan pandangannya. Terlalu lama bisa membuatnya mati karena terus menerus menahan nafas.

"Ha!" Ken langsung memegang dadanya. Ia kembali kaget untuk yang kedua kalinya.

Askar kini tengah melot kearahnya.

Mati lo Ken!
Begitulah arti tatapan Askar.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang