"Maaf bang, gue ga ikutin perintah untuk ga nemuin lo tadi"
"Its okey"
'Maaf juga udah bikin adik lo dalam masalah'
"Jangan lakuin lagi"
Masih dengan jawaban jawaban singkatnya, Dava membalas ucapan Ranggit via telepon.Tidak terdengar lagi suara Ranggit di sebrang sana, namun panggilan masih terus berjalan. Dava berfikir, pasti Ranggit sangat sulit untuk menahan dirinya agar tidak bermasalah dengan Ken. Wajarlah, wanita yang diidamkan Ranggit selama bertahun tahun, direbut seketika oleh Ken.
"Gue ga akan larang lo untuk saling berebut hati cewe yang lo suka sama Ken. Gue cuma minta, tolong jangan pake cara yang bisa buat adik gue celaka"
Ken menoleh kearah abangnya. Iya, dia kini bersama Dava. Ken diminta Dava untuk ikut memeriksa rumah baru mereka yang akan mereka tinggali beberapa bulan lagi. Dava meminta izin ke pihak sekolah dengan berbicara bahwa ada keperluan keluarga yang cukup mendesak, jadi Ken diperbolehkan tidak ikut semua pelajaran hari ini. Kecuali ya mungkin pelajaran Cabornya. Itu sudah berlalu satu setengah jam yang lalu.
Ken menoleh kearah Dava karena kalimat yang diucapkan abangnya ini membawa bawa namanya. Dengan siapa kini Dava berbicara?
Ranggit? Bagaimana bisa Ranggit mengetahui nomber abangnya. Begitupun sebaliknya. Apa jangan jangan selama ini Ranggit adalah bagian dari keluarganya? Ranggit adalah anak dari selingkuhan ayahnya?
Ahaha, terlalu banyak menonton drama otak Ken jadi terkontaminasi. Ayahnya itukan adalah laki laki yang paling setia meskipun kadang lirik lirik janda.
Beberapa waktu Ken memikirkan bagaimana cara Abangnya dan Ranggit bertukar nomber telepon. Tanpa disadari Ken, Dava malah sudah menyelesaikan pembicaraannya dengan Ranggit. Dan pikiran Ken kini menjadi bertambah, apasajakah yang dibicarakan Abangnya selama Ken tidak fokus tadi?
"Bang, tadi Ranggit kan?"
Dava mengangguk sambil memasangkan helm ke kepalanya.
"Ngomongin apa?"
"Ngomongin masalah dia, elu, sama Kirey"
Ken mengangkat sebelah alisnya. Hubungannya dengan Dava apa? Dava kan tidak terlibat? Kurang lebih seperti itulah yang Ken pikirkan sekarang.
"Bilangin sama Ranggit. Kalau dia nganggap aku sebagai penghalang hubungannya, aku pastiin penghalang itu tidak pernah bisa dilewati siapapun, termasuk dia"
Dava tersenyum menanggapi ucapan adiknya. Udah mulai ngenal cinta cintaan dia."Kalau abang yang bisa lewati penghalang itu gimana?"
Ken seketika langsung memelototkan matanya. Berani sekali abangnya itu. "Abang tega ya!? Abang mau jadi pelakor dikehidupan adeknya sendiri?"
"Wish wish, santai dong. Kan becandaa"
Ken memasang wajah cemberutnya. Menurutnya itu sama sekali tidak lucu.
"Lagian, pas telpon ditutup, baru ngomong. Pas masih kesambung kemana aja lu?"
"Ya kalo masih kesambung nanti Ranggit denger dong, entar dia mukulin aku lagi"
"Lo yang mukulin dia" Dava membenarkan.
"Terserah"
"Tapi bukannya lo minta gue buat kasih tau Ranggit. Lah terus apa bedanya sama dia yang denger langsung dari lu?"
"Beda. Akukan gatau reaksi Ranggit pas denger ucapan aku tadi gimana. Bakal marah atau biasa aja, aku gak tau. Kalau aku bilangnya lewat abang, nanti pas Ranggit tiba tiba marah, kan aku bisa bilang Ranggit kalau abang Fitnah aku. Kalau dia denger dari aku, aku gabisa bohong dong? Bener kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Fiksi Remaja[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...