Masalah Tauran

99 14 0
                                    

"Jaitan kamu kan masih belom kering sayangg, gimana kalo kebuka lagi?" Niken membalas saat Ken memutuskan untuk memenuhi panggilan pelatih timnas untuk mengikuti kegiatan TC di Lombok.

Beberapa hari lalu Pelatih dan salah satu official team Indonesia U-16, memberitahu bahwa mereka menginginkannya untuk ikut TC. Lokasinya cukup jauh, mengharuskan Ken menyebrang pulau juga. Tapi dia tetep menyetujuinya, karena ini mungkin saja menjadi satu satunya kesempatan yang datang kepadanya untuk memperkuat timnas tanpa melalui seleksi. Ken begitu bangga, dia sendiri tidak menyangka bahwa bakatnya bisa di lihat oleh jajaran pelatih timnas U-16 bahkan sampai mendapat kepercayaan lebih untuk langsung bergabung dengan tim.

"Bun. Aku gapapa. Serius deh! Abang bilang alat yang masuk tubuh akukan gaakan bisa dikendaliin kalo jarak antara aku dan sipemegang remot lebih dari 100 meter. Lombok tuh jauh banget kaliii" Ken sudah mengetahui dengan jelas tentang alat yang ada dalam tubuhnya. Dia menyikapinya dengan tenang, entah karena dia tidak mengerti posisinya saat ini?

"Yaudah. Tapi ada bodyguard yang ikut kamu kelombok yaa" Niken memberi persetujuan, namun dengan sebuah syarat.

"Bun, para bodyguardkan lagi pada dicurigain. Entar kalo yang bareng aku itu pemegang remotnya, aku mati dilombok lahhh.

Ken memang belum diberitahu siapapun bahwa bodyguard yang dicurigai itu sudah di tangkap. Lagipula diberitahu atau tidaknya Ken, itu tidak akan merubah sebagian besar keadaan.

"Hush! Kamu gaboleh ngomong mati mati!"

Ken langsung menundukkan kepalanya. Salah bicara nampaknya. Oiya, sekarang ini Ken sudah berada dirumahnya kembali. Dia diperbolehkan pulang sebab memang tidak ada yang perlu diobati lagi. Paling hanya butuh obat oles untuk mempercepat pengeringan jaitan didada Ken. Dokter juga tidak bisa melakukan apa apa untuk mengeluarkan alat itu, karena sipengendali nampaknya selalu menggerakkan alatnya ke lain posisi.

"Kenapa ga sama abang aja sihh?" Ken lebih menginginkan dia ditemani oleh Dava. Karena selain tidak akan canggung, Dava juga bisa mempermudah urusannya disana. Seperti menjadi asisten pribadi. Hehe

"Kalo abang ikut kamu, penjahatnya juga bakal ikut kalian. Jangan tanya alasannya! Pokonya itu bahaya!" Niken yang sudah hafal apa yang akan Ken lakukan setelah dia menjelaskan, langsung mengantisipasinya dengan sebuah larangan bertanya. Bisa dibuat pusing nanti dia.

"Bunn. Tapi apa ga aneh, aku anak baru ditimnas, datang datang bawa bodyguard? Kaya orang penting aja!"

"Memang penting! Kamu itu sangat penting dikeluarga ini! Jangan buat diri kamu terluka, karena keluarga kamu sangat mengharapkan kamu dalam keadaan baik baik saja!"

"Iya bundaa bawellll"

Niken langsung mendekati anak bontotnya itu. Memeluknya dengan kasih sayang sambil berharap semua yang terjadi, akan tetap membawa kebaikan untuk keluarganya.

"Ken!"

'Ceklek'

Terdengar suara bass yang sangat mereka kenali dari luar kamar Ken. Mereka langsung duduk tegak dan menoleh pada pintu kamar dengan tatapan seperti ingin memberi tahu sesuatu.

Namun sepertinya mereka telat, karena orang yang tak lain adalah Dava itu sedang berlari dengan gaya yang sangat membuat Ken mual. Ia menyisir rambunya dengan jari tangan, lalu ia kibaskan sambil mendongak hingga jalan yang sedang ia pijak tak di perhatikan.

'Tap'

'Tap'

"Bang dava itu.."

'Bledag'

Dava terjungkal kebelakang.

"Hahahahahahahaha" Ken dengan tanpa belas kasihan tertawa sangat puas.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang