Target

246 23 0
                                    

"Ken, lo tetep sekolah?" Raka yang baru menyeduh kopi paginya, mampir terlebih dahulu kekamar adik dari sahabatnya itu.

Kamar Ken memang berada sangat dekat dengan dapur, karna dahulunya ruangan itu adalah sebuah gudang. Dava membeli rumah dengan dua kamar, karena sebelumnya dia tidak pernah menyangka bahwa Ken akan tinggal bersamanya juga. Tapi, Dava adalah salah satu kakak yang sangat perduli terhadap adiknya. Dia merenovasi sebuah gudang dengan bantuan beberapa tukang. Gudang yang awalnya tak terpakai, kini sangat terlihat nyaman.

 Gudang yang awalnya tak terpakai, kini sangat terlihat nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ga akan kenapa napa ko bang"

Semalam Raka telah memberitahu Ken perihal bahaya yang akan mengincarnya hari ini. Namun nampaknya Ken tidak begitu perduli. Semenakutkan apapun yang Raka ceritakan, Ken tetap akan pergi.

Dava tidak pulang dari semalam, entah kemana laki laki itu. Keseringannya yang tidak ada dirumah, membuat orang kadang lupa akan keberadaannya.

"Udah bang. Aku bisa jaga diri kok" Ken menggendong tasnya lalu menepuk pundak Raka pelan. Setelah itu dia meninggalkan Raka dikamarnya sendirian.

"Ga makan dulu Ken!?" Teriak Raka saat tau Ken langsung mengarah keluar rumah, bukan ke dapur untuk menyantap sarapannya.

"Engga deh! Aku ada urusan penting soalnya!"

Raka mendengar suara Ken yang tadinya sangat keras hingga mulai mengecil dimakan jarak. Raka tersenyum, dia berpikir Ken dan Dava memiliki sifat yang tak jauh berbeda. Selalu menganggap semua masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Dan satu lagi, selalu bersikap so sibuk, padahal entah bagaimana kenyataannya.

Dava bisa saja menganggap semuanya mudah, karena masalah yang dia hadapi, bisa diselesaikan dengan bakat yang dia miliki. Namun Ken? Dia belum tentu bisa membuktikan ucapannya, tentang dia bisa menjaga diri. Ken adalah atlit sepak bola, apa masalah serius yang dihadapi dia? Paling hanya masalah eksekusi penalti.

Raka menyeruput lagi kopi paginya. Dia menebarkan pandangan keseluruh penjuru kamar Ken. Tidak begitu menarik. Tidak ada pisau, korek, rokok atau bahkan senjata api seperti yang berada di kamar Dava. Ternyata tidak semuanya sama, Dava dan Ken berbeda dalam beberapa hal. Mulai dari koleksi, pola pikir, dan bidang olahraga yang ditekuni.

Tapi Raka pastikan satu hal yang benar benar sama dari mereka, diluar kenyataan bahwa mereka sama sama laki laki. Yaitu, Ken dan Dava, tidak pernah akan terlepas dari kekerasan yang membahayakan. Raka yakin, Nyawa mereka akan selalu terancam.

***

Ken turun dari angkot dengan keadaan seperti biasa. Yaitu dengan napas yang tersenggal senggal. Entah kapan Ken bisa biasa saja jika berhadapan dengan, besi, kaleng, dan kawan kawannya. Ken ingin seperti orang normal, bisa makan menggunakan sendok dan garpu dengan tenang, menaiki kendaraan umum tanpa nafas tersenggal, dan hidup berdampingan dengan logam tanpa harus merasa terancam. Tapi, yasudahlah. Ken tetap bersyukur phobianya ini masih tingkat rendah, dia hanya mengalami sesak nafas saja tanpa harus kehilangan kesadaran.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang