Fotosfer 11

24.1K 681 13
                                    

Di tangan Lexi sudah ada beberapa paper bag yang berisi makanan kesukaan Diaz. Ia berjalan dengan riang memasuki rumah Diaz. Pagi ini ia berencana untuk sarapan bersama dengan orang yang cintai itu. Mumpung ia tidak ada jadwal pemotretan.

Lexi berjalan menuju ruang makan yang ada di rumah Diaz. Ia menata makanan yang ia bawa di meja makan. Ia tidak perlu meminta izin kepada siapapun di rumah ini karena Diaz si pemilik rumah mengizinkan Lexi datang kapan saja dan melakukan apa saja.

"Pagi.. " sapa wanita paruh baya bernama Moris yang menjadi pembantu di rumah Diaz. Lexi menoleh dan tersenyum merekah.

"Pagi Moris. Bagaimana kabar mu" tanya Lexi

"Baik. Bagaimana denganmu? Akhir akhir ini jarang sekali datang"

"Aku baik. Memang akhir akhir ini aku banyak pekerjaan. Oh ya apa Diaz masih tidur?" Tanya Lexi. Moris yang sedang menyapu memberhentikan kegiatannya. Ia menatap Lexi dengan ragu ragu. Namun Lexi masih tak menyadari perubahan sikap Moris. Ia masih setia mengembangkan senyumnya.

"Emm.. ya tuan masih tidur" ucap moris.

"Baiklah aku akan membangunkannya" Lexi langsung berjalan menuju kamar Diaz. Kamar Diaz tidak pernah dikunci. Jadi Lexi bisa masuk begitu saja ke kamar pria itu.

Lexi mengerutkan keningnya saat melihat tak ada siapapun di atas ranjang Diaz. Bahkan ranjang Kim masih rapi tidak seperti setelah tiduri seseorang. Akhirnya Lexi pun kembali keluar kamar diaz.

"Moris tidak ada siapapun di kamarnya" ucap Lexi pada Moris yang masih menyapu. Moris menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Maaf nona. Tuan tidak tidur di kamarnya tapi tuan tidur di kamar kosong sebelahnya." ucap moris. Lexi mengerutkan keningnya.

"Kenapa?"

"Karena...." Moris menggantungkan ucapannya. Lexi menyipitkan matanya.

Lama menunggu Moris menyelesaikan ucapannya, akhirnya Lexi memilih untuk melihat langsung apa yang terjadi. Moris ingin mencegah Lexi namun ia tak bisa berbuat apa apa lagi saat Lexi sudah membuka pintu kamar itu.

Semuanya gelap. Lexi hanya bisa melihat punggung Diaz yang tidur miring. Lexi tersenyum. Ia berjalan ke arah gorden dan membuka gorden itu agar cahaya matahari bisa masuk.

Saat ia berbalik, Lexi benar benar terkejut. Tubuhnya terasa membeku melihat pemandangan di depannya. Air matanya menggenang di pelupuk mata.

Lexi melihat Diaz yang tidur memeluk Agatha yang juga tidur memunggunginya. Terlihat Agatha menggunakan jas milik Diaz. Dan Diaz hanya menggunakan kemeja kerjanya saja. Mereka tidur dalam satu selimut yang sama. Lexi mendekati mereka. Ia memperhatikan raut wajah Diaz yang terlihat begitu damai dalam tidurnya saat nafasnya menghirup aroma rambut Agatha. Agatha pun begitu, ia terlihat sangat nyaman berada di pelukan Diaz.

Lexi membungkam mulutnya. Ia segera berlari tanpa suara keluar kamar itu. Ia sudah tidak kuat menahan tangisnya. Lexi menutup pelan pintu kamar itu dan bersandar di pintu itu. Perlahan tubuhnya meluruh. Ia menangis tanpa suara. Dadanya terasa sangat sakit melihat itu.

Moris yang melihat itu hanya diam bersembunyi di balik pintu yang memisahkan antara ruang makan dan dapur. Ia merasa kasian dengan Lexi. Moris tau, meskipun Diaz tidak mengatakan apapun dari caranya memperlakukan lexi, perhatiannya kepada Lexi bukanlah bentuk dari rasa cinta. Namun hanya sebuah simpati

Lexi bangkit dari duduknya. Ia menghapus air matanya dan berjalan ke arah westafel di dekat ruang makan. Ia membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar setelah menangis.

**********

Agatha mengerjabkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari masuk menganggu tidurnya. Ia ingin menggerakkan tubuhnya namun terasa sulit. Agatha melihat ke arah perutnya, ada sebuah tangan yang melingkar disana. Kemudian ia menoleh ke arah belakangnya, terlihat wajah Diaz yang terpejam begitu damai. Agatha mencoba melepaskan pelukan Diaz pada perutnya. Namun sebuah suara berhasil mengejutkannya

2. Fotosfer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang