Halo halo semuanya...
Maaf baru update ya. Karena memang lagi sibuk banget. Dan malam ini baru free.
Semoga bisa dapet gregetnya di part ini. Karena memang sedikit canggung nulisnya. Mungkin karena udah lama ga nulis kali ya.
Oh ya mohon maaf jika banyak typo. Mohon di maklumi, karena nulisnya di hp. Mager buka laptop 😅.
Langsung aja deh kecerita.
Happy reading....
.
.
.Agatha tersenyum lebar sambil menghirup udara sebanyak banyaknya saat agastya mendorong kursi rodanya dan membawanya berkeliling di taman rumah sakit. Setelah 5 hari ia berada di ruang perawatan akhirnya ia bisa menghirup udara bebas. Meskipun masih menggunakan kursi roda karena tubuhnya masih lemah, tapi setidaknya ia tidak merasa bosan di dalam kamar ruang rawatnya.
"Capek. Kamu mah enak duduk" gerutu agastya. Agatha menyengir kuda. Memang sedari tadi agastya terus mengikuti kemauannya untuk kesana kemari.
"Duduk di sini deh" ucap agatha menunjuk salah satu bangku di taman itu yang kosong dan berada di depannya. Agastya mengangguk kemudian ia duduk di kursi itu.
"Bang kapan sih aku boleh pulang. Bosen tau disini terus" ucap agatha dengan manja
"Sabar. Mungkin besok udah boleh pulang. Keadaan kamu udah membaik juga"
"Beneran?"
"Kayaknya sih" ucap agastya menyengir sedangkan agatha mengerucutkan bibirnya.
"Kalau pulang kamu ikut ayah sama bunda atau ikut abang tinggal di seattle?" Tanya agastya tiba tiba. Membuat senyum agatha pudar.
"Kenapa aku harus pilih di antara kalian? Rumah aku kan disini bang" ucap agatha dengan sangat pelan, ia takut akan reaksi agastya. Dan benar saja, rahang pria itu langsung mengeras.
"Kamu pikir aku akan biarin kamu tinggal sama bajingan itu? Enggak. Kamu ikut abang aja. Kalau kamu ikut ayah nanti pasti kamu di minta balik sama pria brengsek itu"
"Tapi bang, dipta suami aku"
"Suami mana yang tega nyakitin istrinya, sampai kehilangan calon anaknya? Apakah pria seperti itu pantas disebut sebagai seorang suami?"
"Bang selama ini dipta selalu baik sama aku. Selalu ngerti aku. Jangan karena satu kesalahan yang dia perbuat membuat kita melupakan segala kebaikannya"
"Satu? Dua agatha, dua. Dan itu kesalahan fatal. Pertama dia selingkuh. Kedua, bukannya minta maaf tapi dia malah nyakitin fisik kamu. Lagi pula memgembalikan kepercayaan yang sudah dihancurkan itu sangatlah susah dari pada memberi kepercayaan. Dulu aku sangat percaya padanya jika dia bisa menjagamu. Tapi dia udah ngehancurin kepercayaan aku, dan jika kamu meminta aku untuk percaya lagi sama dia dan mengembalikan kamu kepadanya, maaf aku tidak bisa. Kamu lebih berharga dari apapun di hidup ku ta. Aku sudah kehilangan satu milikku yang berharga. Dan aku tidak ingin kehilangan lagi" ucap agastya dengan sangay emosional.
Agatha mengambil tangan agastya yang terkepal kuat di atas pahanya. Agatha membuka kepalan tangan itu dan menempelkan kedua tangan agastya di pipinya. Agatha tau, kehidupan agastya tidak lebih baik darinya.
"Aku ga akan kemana mana. Aku akan tetap disini sama bang gaga. Jangan marah lagi, jangan sedih lagi, jangan sakit lagi. Karena aku juga meraskan apa yang bang gaga rasain" ucap agatha dengan air mata berlinang namun tanpa isakan.
"Aku juga meraskan hal yang sama. You are my twin, kita ini satu. Kita sudah bersama sejak awal tuhan menciptakan kita. Apa yang kamu rasakan aku juga merasakan. Jadi jika kamu disakiti dan diperlakukan tidak adil aku juga ikut sakit dan tentu aku sangat marah. Cukup ta, jangan buat diri kamu tersakiti dan menderita lagi dengan kembali padanya" ucap agastya dengan melembut. Tangannya mengusap kedua pipi agatha dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...