Agatha menatap pantulan dirinya di cermin. Beberapa kali ia menghela nafasnya untuk menetralkan kegugupannya. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan diaz.
Di satu sisi ia senang. Di sisi lain ia sedih. Karena ia ingat pernikahannya dulu dengan dipta. Ada sosok artha yang mengenggam tangannya menuju altar. Membuat agatha sangat merindukan ayahnya itu.
Agatha menunduk sambil memejamkan matanya. Ia menangis. Ia sungguh sungguh merindukan ayahnya.
Grepp
"Hei why you cry hem?" Tanya agastya yang tiba tiba memeluk dirinya dari belakang.
"Aku merindukan ayah" ucap agatha dengan suara bergetar.
Tentu saja. Meskipun agastya tak bertanya ia tau alasan agatha menangis. Dirinya juga merasakan hal yang sama. Ia juga merindukan pria itu beberapa hari ini. Pria kaku yang tanpa di sadari terkadang sifatnya itu jadi terlihat konyol. Agastya merindukan ketika ia berdebat tentang hal kecil dengan ayahnya.
"Aku juga merindukannya. Bukan hanya kita tapi bunda juga. Iya kan bun?" Ucap agastya tanpa menoleh kebelakang. Ia tau ataya sedang memperhatikan mereka dari abang pintu.
Agastya menguraikan pelukannya pada agatha dan agatha pun berdiri membalik tubuhnya. Ataya mengusap air matanya lalu tersenyum.
"Cantik sekali putri bunda" ucap ataya sambil membingkai wajah agatha.
"Terimakasih. Aku putri bunda. Jadi tentu saja aku cantik" ucap agatha membuat ataya terkekeh pelan.
"Andaikan ayah kalian ada disini. Pasti dia akan menceritakan dengan sangat antusias pada bunda bagaimana bahagianya dia saat ini" ucap ataya dengan raut wajah sedih.
"Aku yakin ayah bisa melihat kita. Ayah pasti juga ikut bahagia. Itu sebabnya kita jangan bersedih seperti ini atau kita akan membuat ayah ikut bersedih juga" ucap agastya merengkuh pinggang ataya di kiri dan agatha di kanan.
"Kamu benar sayang" ucap ataya mengelus rahang putranya. Agastya tersenyum
"Tumben pinter" guman agatha.
"Wah lo jangan ngajak ribut lo. Jangan bikin jiwa kejahilan gue muncul" ucap agastya ngegas.
"Iya iya abangku tersheyenggg"
Cupp
Agatha mengecup pipi agastya kemudian memeluk pria itu dari samping dan menyandarkan kepala di bahu agastya. Ataya juga begitu.
"Ehemm maaf sebelumnya. Bukan bermaksud menganggu kalian tapi come on ini sudah jam berapa? Agatha ayo cepatlah atau calon suamimu di ambil orang lagi" ucap dipta yang tiba tiba saja muncul.
"Duh curut banyak omong" ucap agastya membenarkan pakaiannya. Agatha juga menatap ke cermin dan membenarkan make up natural nya yang mungkin sedikit berantakan karena menangis.
"Saya bisa mendengarnya.... jangan coba coba" dipta menatap sengit pada agastya.
"Sudah... jangan di dengerin gaga. Mulut dia emang suka gatel kalau enggak ngomong pedes. Mendingan kamu temenin bunda ke tempat acara. Ayo" ataya menggandeng tangan dipta kemudian mengajak pria itu keluar. Sebelumnya dipta menoleh pada agastya dan menjulurkan lidahnya. Dan hal itu hampir saja membuatnya mendapatkam sepatu terbang di wajahnya. Namum agastya sayang dengan sepatu mahal nan mengkilap itu jika mendarat di wajah dipta. Bisa bisa ternodai dan kehilangan kekinclongannya.
"Sudah?" Tanya agastya pada agatha. Agatha menghela menarik nafasnya dalam dalam. Kemudian menghembuskannya.
"Ya aku siap"
"Oke my princess,hold my hand" agatha menatap tangan agastya dengan tersenyum. Kemudian ia menggandeng tangan itu dan mulai mepangkah keluar ruang rias dan pergi menuju altar.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...