Sepatu itu mengetuk ngetuk di lantai tanda bahwa sang empu sedang tidak sabar untuk menunggu. Agatha menghela nafasnya kesal. Kemudian ia memakai kembali earphone yang tadinya bertengger manis di lehernya. Jemarinya mengetuk ngetuk di atas lututnya mengikuti alunan musik yang sedang ia dengar.
Kini Agatha baru saja 15 menit yang lalu menginjakkan kakinya di bandara internasional Venice Marco Polo, Italia . Ia datang bersama ayah dan bundanya, namun saat ini mereka sedang pergi untuk membeli minuman.
Untuk beberapa Minggu kedepan mereka akan berada di kota ini, karena acara pernikahan Agatha dan juga Dipta akan di selenggarakan disini juga. Dan tentu sebelum acara pernikahan diadakan ada beberapa persiapan yang harus dilakukan. Sebenarnya sudah di persiapkan segala dari jauh jauh hari, namun tentu saja harus ada yang memantau berjalannya persiapan pernikahan seperti dekorasi tempat, catering dan lain lainnya. Mengingat Dipta yang masih sibuk di Madrid jadi tidak bisa terjun langsung untuk memantau persiapan perniakahan dan Artha yang memang ada beberapa pekerjaan di kota ini, jadi Agatha dan ataya lah yang akan memantaunya. Dan beberapa hari lagi Denada dan dirga, orang tua Dipta akan datang juga ke kota ini.
"Sayang, maaf apakah lama?" Tanya ataya yang baru saja tiba. Agatha mengerutkan keningnya. Ia tidak mendengar apa yang dikatakan bundanya.
"Apa Bun?" Tanya Agatha. Ataya menghela nafasnya
"Apakah bunda meninggalkanmu terlalu lama?"
"Hemm ya, but its oke" ucap Agatha.
"Kita berangkat sekarang? Itu udah di tungguin" ucap Artha menunjuk ke arah dua orang berpakaian rapi serba hitam yang berjalan ke arah mereka. Tentu saja mereka adalah anak buah Artha.
Orang orang itu memberi salam dengan hormat pada Artha kemudian membawa barang barang mereka ke dalam mobil. Dan mereka mulai meninggalkan bandara menuju ke tempat yang akan di singgahi mereka selama ada disini.
Sepanjang perjalanan pandangan Agatha berada di luar jendela mobil itu. Ia menikmati pemandangan yang ia lalui. Sedangkan Artha dan ataya yang duduk di sampingnya sibuk mengobrol dan sesekali terdengar tawa kecil ataya karena rayuan maut Artha yang hanya di lontarkan pada ataya saja.
Mereka melewati sebuah taman yang cukup ramai. Disana banyak sekali pengunjung yang datang bersama keluarga kecil mereka dan beberapa pasangan kekasih. Mobil yang di tumpangi Agatha berjalan dengan kecepatan lebih rendah karena banyak orang berlalu lalang menyebrang jalan untuk ke taman itu. Agatha tersenyum kecil melihat sepasang kekasih yang duduk di salah satu bangku panjang taman itu. Mereka terlihat sangat mesra dengan sang wanita yang menyandarkan kepalanya di bahu sang pria dan sang pria yang merengkuh pinggang wanitanya. Pandangan mereka tertuju pada gadis kecil yang sedang bermain dengan mainannya di depan mereka. Dan Agatha beranggapan pasti gadis kecil itu adalah putri mereka.
"Apakah aku bisa seperti itu suatu saat nanti dengan Dipta?" Batin Agatha.
"Dek kamu lihat apa, kok kayaknya serius banget" tanya ataya
"Eh itu Lo Bun. Anak anak itu, lucu banget. Adek gemes lihatnya" ucap Agatha.
"Ga lama kamu yang bakalan punya dedek, tenang aja" ucap Artha. Ataya langsung mengangguk antusias. Sedangkan Agatha hanya tersenyum. Dalam hati ia masih tidak yakin akan hal itu. Apakah bisa ia melakukan hubungan itu tanpa cinta.
Ahh cinta. Itu adalah hal yang di benci oleh Agatha akhir akhir ini. Satu kata yang benar benar membuat hidupnya terasa begitu rumit.
Agatha kembali melihat ke arah luar jendela. Wajahnya semakin terlihat lesu. Ia tidak mengerti lagi kenapa takdirnya begitu rumit. Kenapa ia tidak bisa mencintai orang yang mencintainya dengan tulus dan mudah untuk digapai.
![](https://img.wattpad.com/cover/173651431-288-k984615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...