7 bulan kemudian
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas dini hari. Dan bukan lagi hal yang aneh untuk agatha terbangun dari tidurnya di jam seperti ini karena lapar.
Agatha terduduk diranjangnya. Ia menghela nafas jengah ketika tak menemukan diaz di sisi ranjangnya. Bahkan sisi itu terasa dingin, pertanda jika tidak ada yang menempati. Kemana lagi pria itu jika tidak ke ruanv kerjanya. Akhir akhir ini diaz memang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Saat agatha akan tidur, diaz akan menemaninya, memeluknya hingga ia tertidur. Namun setelah itu diaz akan kembali terbangun dan kembali berkutat dengan laptopnya.
Agatha melihat kearah box galen. Pria kecil itu tertidur dengan nyenyak. Galen sudah tidak cerewet lagi. Galen sudah mulai makan bubur, dan itu membuat pipinya bertambah gembul. Menjadi salah satu hal favorit agatha sekarang mencium mi pipi gembulnya.
Dengan perut yang sudah membesar itu, agatha berjalan gontai keluar kamarnya. Sebelum keluar, ia mengukat asal rambutnya dan memakai jubah terlebih dahulu karena kini, lagi lagi kebiasaan baru, agatha lebih suka tidur hanya menggunakan braa dan celana dalam atau terkadang celana pendek. Entahlah, semenjak ia hamil ia merasa tidak nyaman memakai pakaian saat tidur. Apamagi saat perutnya sudah membesar seperti ini.
Ceklek...
Perlahan agatha membuka pintu ruang kerja diaz. Terlihat pria itu sedang fokus membaca sebuah dokumen yang ada di tangannya sambil sesekali melihat ke arah layar laptopnya. Sepertinya diaz tidak menyadari keberadaan agatha karena terlalu fokus.
"Terbangun lagi?" Ucap diaz tiba tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Ternyata diaz menyadari keberadaanya.
"Ehem.. dan kamu kerja lagi" ucap agatha sambil berjalan mendekati diaz.
Diaz menghela nafasnya. Ia meletakkan dokumen itu di atas nakas, kemudian sedikit memundurkan kursinya dan mempersilahkan agatha untuk duduk di pangkuannya. Agatha duduk menyamping dengan kepala bersandar di dada diaz.
"Kak diaz kok ga tidur sih" ucap agatha.
"Aku masih ada banyak kerjaan sayang, dan semuanya harus siap besok" ucap diaz yang kini jemarinya tangannya sudah menari dengan lihai di atas keyboard laptopnya dengan posisi masih memangku agatha.
"Iya tapi jaga kesehatan kamu juga. Kalau kurang tidur kamu nanti bisa sakit lo"
"Iya kalai ini selesai aku tidur" ucap diaz masih dengan fokus pada laptopnya. Agatha merasa jengah dengan hal itu
"Pagi pagi udah berangkat kerja, terus pulang malam, tapi di rumah kerja lagi. Kerja terus, waktu buat akunya kapan"
"Tha tolong mengertilah. Ini semua juga buat kamu, buat masa depan keluarga kita, jangan egois. Coba untuk ngertiin aku, oh aku juga masih peduliin kamu. Untuk kali ini tolong jangan manja" ucap diaz dengan nada sedikit meninggi.
Agatha sedikit terkejut dengan perkataan diaz. Ia tidak percaya diaz akan berkata seperti itu padanya. Manja? Iya memang dirinya manja, namun itu bukan keinginannya. Tapi keinginan dari anaknya. Bukankah sudah biasa jika ibu hamil manja kepada suaminya.
Agatha langsung bangkit dari pangkuan diaz.
"Maaf, aku ga akan manja lagi kok" ucap agatha kemudian berjalan keluar dari ruangan diaz. Diaz menghela nafasnya. Kenapa perkataan itu keluar dari mulutnya. Padahal ia sama sekali tidak terbebani dengan perilaku agatha yang manja padanya. Namun ia memang sedang banyak pikiran, banyak beban dan tubuhnya sudah lelah. Hingga ia tak bisa mengontrol emosinya.
Agatha mengusap air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Ia langsung berniat kembali ke kamarnya. Namun rasa lapar membuat ia berjalan menuju dapur.
Agatha membuka lemari es dan memperhatikan apa yang ada disana. Banyak sekali makanan namun ia tak menginginkannya. Agatha membuka freezer dan akhirnya ia mengambil sebuah es krim ukuran besar dengan topping oreo kesukaannya. Agatha duduk di kursi meja bar yang ada di dapurnya. Kursi itu cukup tinggi, membuat agatha sedikit kesulitan untuk duduk disana. Namun akhirnya ia berhasil juga.
Agatha menikmati es krim itu tanpa menghiraukan area sekitarnya hingga es krim itu tandas semuanya. Namun saat turun dari kursi tiba-tiba ia kehilangan keseimbangannya sehingga hampir saja terjatuh jika tidak ada sebuah tangan yang berhasil menangkap tubuhnya hingga ia berakhir dalam pelukan orang itu. Siapa lagi jika bukan diaz pelakunya.
"Hati hati. Jika tidak bisa duduk disini lebih baik tidak perlu. Itu bahaya, kamu tau. Bagaimana jika terjadi apa apa dengan kamu dan anak kita?"
"Iya maaf" ucap agatha dengan menundukkan kepalanya
"Lain kali jangan duduk disini lagi. Duduk di tempat yang lebih aman. Jangan bayakan diri kamu sendiri, ngerti?"
"Iya ngerti. Udah marahnya? Puas? Marahin aja aku terus, sampai kamu puas"
Ucap agatha di depan wajah diaz. Kemudian ia langsung berjalan cepat meninggalkan diaz menuju kamarnya. Diaz meremas rambutnya kesal. Astaga apa lagi yang ia lakukan. Ia benar benar kacau. Lebih baik ia menghindari agatha saat ini. Dari pada ia terus menyakitinya. Dan membuatnya menangis seperti ini.
Diaz berjalan dengan gontai menuju ke ruang kerjanya. Awalnya ia ingin kembali ke kamarnya, namun ia malah menemukan Agatha di dapur. Dan setelah kejadian tadi ia mengurungkan niatnya untuk kembali. Diaz akan menunggu sampai dirinya sudah benar-benar tenang.
Agatha masuk ke kamarnya dengan perasaan yang kacau. Isakan kecil keluar dari bibirnya namun tiba-tiba Galen terbangun dari tidurnya dan menangis cukup kencang . Agatha segera mengusap air matanya dan mendekati Galen, membawa pria kecil itu ke dalam gendongannya. Setelah tangisnya reda, Agatha membaringkan Galen di sisi ranjangnya. Agatha melepas jubah tidurnya kemudian Ia juga ikut berbaring di ranjang itu. Membawa Galen ke dalam pelukannya dan mulai tertidur.
Waktu menunjukkan pukul 2 pagi namun diaz baru saja selesai dengan pekerjaannya. Sebenarnya belum namun kini dirinya sudah lelah. Saat memasuki kamarnya ia melihat sebuah pemandangan yang membuat hatinya merasa bersalah. Yaitu pemandangan Agatha yang tidur meringkuk sambil memeluk Galen
Perlahan diaz mendekati mereka. Ia duduk di pinggiran ranjang itu. Ia merasa kasihan dengan agatha. Wanita itu sibuk dengan mengurus galen, apalagi dengan keadaan nya yang sedang hamil pasti sangatlah susah. Namun ia malah berkata kasar pada wanita itu tadi.
Tangan diaz bergerak dengan perlahan melepaskan ikat rambut agatha. Membuat rambut panjang itu terurai bebas. Diaz membaringkat tubuhnya di sebelah galen. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Diaz mematikan lampu kamar itu dengan menekan tombol di dekat ranjangnya. Tangannya terulur mengusap kepala agatha dengan lembut. Mengecup puncak kepala agatha dan galen bergantian. Kemudian mulailah ia pergi ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomansWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...