Fotosfer 58

15K 480 5
                                    

Dengan terburu buru agatha melepaskan rengkuhan hangat dan nyaman diaz dari tubuhnya karena ia sudah tak kuat lagi menahan gejolak di perutnya. Agatha berlari masuk ke kamar mandi dan langsung memuntahkan semua isi perutnya di westafel.

Diaz yang mengetahui lagi lagi istrinya terbangun di pagi hari karena muntah, langsung bangkit dari tidurnya dan bergerak cepat menyusul agatha. Dengab lembut diaz memijat tengkuk agatha yang terus memuntahkan cairan bening.

"Sudah?" Tanya diaz saat agatha sudah membasuh mulutnya dengan air. Agatha hanya mengangguk pelan. Tubuhnya terasa begitu lemas.

Baru saja diaz akan memapah agatha kembali kekamar, namun gejolak itu datang lagi. Agatha kembali muntah dan terus berusaha mengeluarkan isi di perutnya tetapi sudah tak ada lagi yang ia keluarkan. Perutnya sudah kosong.

Tiba tiba saja tubuh agatha limbung. Jika saja diaz tidak sigap menangkapnya agatha pasti sudah tergeletak dilantai dingin kamar mandi.

Diaz menggendong agatha dan membaringkannya di ranjang mereka. Agatha mengerutkan wajah pucatnya, tanda bahwa ia masih menahan rasa itu. Diaz memberikannya air putih yang selalu ada di atas nakas samping ranjang mereka. Ia membantu agatha sedikit bangkit dari berbaringnya untuk minum dan kembali membaringkannya setelah itu.

Agatha sudah sedikit tenang. Ia memjamkan matanya dan nafasnya mulai teratur. Membuat diaz sedikit merasa lega. Tangan diaz membelai kening agatha dengan lembut. Memberikan kenyamanan pada wanita itu.

"Tuhan aku mohon jangan buat istriku menderita seperti ini. Aku tidak tega melihatnya" batin diaz.

Sungguh ia tidak tega melihat agatha begitu tersiksa disetiap pagi hari seperti ini. Tak terasa air matanya jatuh, menetes membasahi tangan agatha yang di genggam olehnya.

Agatha yang tidak terlelap melainkan hanya menutup matanya saja, tau jika yang membasahi tangannya adalah air mata diaz. Perlahan kedua mata agatha terbuka. Sebuah senyuman terbit dibibir pucatnya.

"Why you cry my sweet husband?" Ucap agatha dengan lembut. Diaz hanya menggeleng.

Namun tiba tiba ia membawa tubuh agatha dalam pelukannya. Agatha tau apa yang terjadi pada suaminya itu. Agatha mengusap lembut lunggung diaz, memberikan ketenangan padanya .

"Aku baik baik aja. Kamu jangan khawatir. Ini wajar kok, bentar lagi aku juga segar lagi" ucap agatha dalam pelukan diaz.

"Seandainya aku bisa gantiin posisi kamu, pasti akan aku lakuin" ucap diaz masih memeluk agatha.

Agatha tersenyum.

"Ya ga mungkin dong kamu yang hamil"

"Maksudnya, kamu yang hamil tapi yang kena morning sicknes nya aku"

Agatha menguraikan pelukannya. Ia membingkai wajah diaz yang terlihat di tumbuhi bulu bulu di rahangnya

"Gapapa. Biar aku ngerasain semua tahapan perjuangan menjadi seorang ibu" ucap agatha.

Lagi lagi hati diaz dibuat tersentuh olehnya. Kelembutan agatha selalu meluluhkan hati diaz. Entah sihir apa yang di gunakan agatha, hingga mampu membuat hati diaz menjadi begitu lembut dan mudah merasa tersentuh. Sikap agatha mulai menular padanya.

Diaz mengecup kening agatha dengan lembut untuk beberapa saat. Ia memejamkan matanya, merasakan kasih sayang yang ia salurkan pada agatha. Begitu pula dengan agatha, ia memejamkan matanya untuk menikmati kasih sayang diaz padanya. Begitu nyaman dan tenang. Hingga ia ingin waktu tak perlu lagi berjalan dan biarkan selalu seperti ini.

Namun suasana itu terganggu oleh suara tangisan galen. Babby boy yang tidur di boxnya yang juga berada di dalam kamar itu menangis begitu kencang.

"Kak tolong bawa galen kesini" ucap agatha. Diaz mengangguk.

Ia mengambil galen dan menggendongnya dengan sedikit diayun ayunkan untuk menenangkannya. Dan benar saja, tangis galen sedikit reda. Diaz memberikan galen pada agatha.

Agatha menerima galen dengan sigap. Ia menyandarkan galen di bahunya dan mulai menepuk atau mengusap lembut punggungnya.

"Ssttt cup sayang. Jangan nangis lagi ya. Udah sama mommy kan" ucap agatha pada galen. Galen mulai tenang. Babby boy itu mulai mengeliatkan tubuhnya mencari kenyamanan disana. Agatha meluruskan kedua kakinya kemudian membaringkan galen di pahanya.

Galen bergerak begitu lincah di pahanya. Menendang nendang sambil sesekali tersenyum saat agatha menngodanya.

"Anak mommy yang paling ganteng... selamat pagi sayang... kamu mau minum susu? Lapar ya? Iya? Ohh sayang. Bentar ya, biar daddy buatin kamu susu dulu" ucap agatha pada galeb yanh dibalas oleh senyuman lucu oleh galen.

Diaz yang mendengar itu, langsung berjalan gontai menuju nakas dekat box bayi galen, untuk membuatkan susu formula untuk galen. Tak butuh waktu lama, diaz sudah selesai membuatkannya.

Kini agatha beralih menggendong galen di lengannya sambil meminumkan susu formula itu. Melihat galen begitu menikmati susunya membuat agatha tersenyum senang. Namun tiba tiba senyumnya sedikit memudar.

"Kak diaz, kasian galen minum susu formula terus. Diakan seharusnya minum ASI eksklusif" ucap agatha.

"Terus mau gimana lagi? Siapa yang mau kasih dia ASI?" Ucap diaz.

"Andai ASI mommy sudah lancar sayang, kamu pasti mommy kasih ASI terus. Susu formula kurang baik untuk kamu" ucap agatha.

Tok tok tok

Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar mereka. Diaz segera bangkit dan membuka pintunya.

"Selamat pagi.... mana cucu bunda?" Tanya ataya yang tiba tiba muncul.

Tanpa di persilahkan ataya langsung masuk ke dalam kamar dan mendekati agatha.

"Ohhh kamu lagi minum susu ya? Sini sama nenek yuk" ataya langsung mengambil galen dalam gendongan agatha dan membawanya keluar kamar.

"Bunda galen belum mandi"

"Biar mandi sama bunda aja" jawab ataya tanpa mengalihkan pandangannya dari galen.

Agatha menghela nafasnya. Biarlah jika galen menghabiskan banyak waktu dengan bundanya. Wanita paruh baya itu merasa kesepian semenjak suami tercintanya telah pergi meninggalkannya. Dan kini saat galen resmi menjadi putra diaz dan agatha, ataya sabgat bahagia. Ia tak kesepian lagi.

Diaz menutup pintu kamarnya. Namun yang membuat agatha bingung kenapa diaz menguncinya. Dan tatapan itu, agatha tau.

"Kak diaz mau a... apa?" Tanya agatha gugup. Entahlah kenapa ia selalu gugup di saat seperti ini.

Diaz mendekatinya. Diaz duduk disamping agatha. Tangannya terulur membelai wajah agatha dan perlahan turun ke leher. Diaz memajukan wajahnya kemudian langsung melahap bibir agatha.

Tangannya bergerak membuka kancing piyama agatha hingga terbuka seluruhnya. Diaz melepaskan ciumannya saat nafas mereka semakin menipis. Tangannya bergerak membelai dada agatha yang bergemuruh.

Kemudian mendarat dengan sempurna di gundukan milik agatha yang sangat pas digenggamannya dan tak tertutupi bra itu karena agatha tak pernah memakai bra saat tidur.

"Aku ingin membantu melancarkan ASI kamu, biar galen bisa minum ASI"

Ucap diaz sambil meremas pelan payudara agatha. Membuat agatha mendesis. Tapa diduga diaz sedikit menundukkan wajahnya dan mulai melahap kedua payudara agatha secara bergantian.

2. Fotosfer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang