WARNING!! CERITA DEWASA
Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan
kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~
"kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya.
"Ga ada cara lain selain...
Dipta terus memandang ke arah luar jendela pesawat yang ia naiki. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Ia terus memikirkan Agatha. Tidak seharusnya Dipta meninggalkan Agatha sendiri di Madrid, namun bagaimana lagi. Ia memiliki tuntutan pekerjaan yang harus ia selesaikan. Mungkin jika sudah selesai ia akan segera kembali ke Madrid.
Pandangan Dipta beralih pada ponsel yang ia genggam. Ponselnya dalam mode pesawat jadi ia tidak bisa menghubungi Agatha saat ini. Dipta memandang wallpaper ponselnya yang menunjukkan fotonya. Ia tersenyum melihat foto itu. Foto yang ia ambil dengan ponselnya sendiri. Bukan foto hasil jepretan para fotografer.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu baik baik aja kan? Kenapa aku jadi cemas gini" ucap Dipta memandang foto Agatha. Dipta menghela nafasnya secara kasar. Ia memilih memejamkan matanya dan memakai earphone yang di sediakan disana. Ia cemas pun percuma, karena saat ini ia tak bisa berbuat apa apa. Nanti jika sudah mendarat, ia akan langsung menghubungi Agatha.
Disisi lain, Lexi sedang memandangi fotonya dengan Diaz yang ada di laptopnya. Ia tidur tengkurap di kamarnya.
"Tunggu, Diaz kemana ya kok ga hubungin aku sama sekali dari tadi" guman Lexi. Ia segera mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan menelfon nomor Diaz.
Lama menunggu, dan beberapa kali ia mencoba namun tak ada balasan dari Diaz. Lexi menghela nafasnya. Ia mengubah posisi berbaringnya menjadi terlentang.
"Mungkin Diaz lagi istirahat. Gapapa besok aja aku ke rumahnya" guman Lexi.
Lexi segera membereskan laptopnya. Ia mematikan lampu tidurnya yang ada di atas nakas. Kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga sebatas perut. Lexi menatap langit langit kamarnya dengan berbagai pikiran di kepalanya.
"Suatu saat nanti apakah kamu bisa cinta sama aku?" Guman Lexi dengan tersenyum miris.
"Dulu kamu sulit untuk melupakan dia, apalagi sekarang dia ada disini. Apakah itu tidak membuatmu semakin berat untuk melepaskan perasaanmu padanya?"
"Dan sepertinya dia juga masih menyimpan rasa yang sama denganmu. Aku melihat caranya menatapmu tadi. Ia terlihat khawatir. Jika kalian memang saling cinta kenapa kalian tidak bersama saja? Jika seperti ini akan lebih banyak hati yang tersakiti. Bukan hanya aku, tapi kalian dan juga pria itu" Lexi terus memikirkannya. Pria yang dimaksud Lexi adalah Dipta. Ia merasa posisi Dipta juga sama dengannya. Berada di antara hubungan Agatha dan Diaz. Merasa seperti orang yang jahat dan memisahkan hubungan Agatha dan Diaz.
*********** Agatha memejamkan matanya saat bibir Diaz menempel pada bibirnya. Air mata mengalir membasahi kedua pipinya. Rasanya sangat nyeri di hati. Agatha merindukan bibir itu namun ia tau jika bibir itu bukanlah miliknya lagi.
Diaz memberi jarak antara bibirnya dengan bibir Agatha saat ia mendengar isakan dari Agatha. Tangan Diaz terulur mengusap air mata Agatha. Agatha masih memejamkan matanya, isakannya semakin terdengar jelas.