Agatha duduk diam menatap lurus ke arah ayahnya yang sedang terbaring masih tak sadarkan diri itu dengan berbagai alat yang menempel di tubuhnya. Sedangkan bundanya masih senantiasa duduk di kursi samping ranjang ayahnya dengan terus mengenggam tangan itu.
Disamping agatha ada diaz yang juga ikut diam bersamanya. Namun sejak tadi tangan diaz terus mengenggam tangannya. Memberikan kehangatan dan kenyamanan untuk agatha. Agatha memang diam, dan sesekali mengeluarkan air matanya. Namun diaz tau wanita itu menyimpan kesedihan mendalam. Agatha menyembunyikan kesedihannya karena saat ini ialah yang menjadi kekuatan bundanya. Jika ia lemah siapa yang akan menyemangati bundanya. Jadi ia harus kuat dan tegar.
Agastya belum datang. Saat agatha menelfonnya, agastya sedang menjalankan misi sehingga mau tak mau agatha harus menutup telfonnya sebelum mengatakan apa yang terjadi. Beberapa jam kemudian agastya menelfonnya kembali. Dan saat itulah agastya benar benar terkejut mendengar pemberitahuan agatha. Namun ia tak bisa langsung kembali karena ada tanggung jawab besar yang harus ia kerjakan dan tak bisa di walikan. Akhirnya agatha hanya bisa menunggu kehadirannya disini. Dengan di temani dipta dan diaz.
"Apa semua ini karenaku?" Lirih agatha yang bisa didengar oleh diaz.
"Bukan. Ini takdir tuhan agatha"
"Tapi, selama ini ayah tidak pernah memiliki riwayat sakit jantung dan sekarang tiba tiba saja ayah mengalami serangan dan drop seperti ini setelah kita mengatakannya" agatha menatap diaz dengan sendu. Diaz melihat kekecewaan dimata wanita itu.
"Ayah kamu memiliki riwayat sakit jantung sayang. Jangan salahkan diri kamu" ucap ataya yang ternyata sudah berada di depan mereka. Dan kini mengambil duduk di sebelah agatha.
"Apa?" Tanya agatha tidak mengerti.
"Sebenarnya, dulu ayah kamu memiliki kelainan pada jantung dan hatinya. Namun saat itu yang paling bermasalah adalah hatinya. Untuk jantungnya masih bisa di atasi dengan obat. Ayah kamu kuliah di amerika meninggalkan bunda. sebenarnya bukan hanya untuk kuliah saja namun juga untuk menjalani pengobatan itu secara diam diam tanpa sepengetahuan bunda. Namun suatu ketika tanpa memberi tahunya bunda berkunjung ke amerika, untuk menemui ayah kamu dan berniat memberinya kejutan. Tapi bunda kecewa,ternyata ayah kamu dekat dengan gadis lain. Bunda pikir ayah kamu sudah tidak cinta dengan bunda namun ternyata bunda salah. Ayah kamu masih sangat mencintai bunda. Gadis itu hanyalah teman dekatnya saja dan gadis itulah yang sangat mencintai ayahmu meskipun perasaanya tak terbalas. Hingga suatu ketika ayah kamu benar benar drop. Ia harus segera mendapatkan donor hati atau kita akan kehilangannya untuk selamanya. Kakek kamu rela mengeluarkan biaya sebesar apapun asalkan ayah kamu bisa sembuh. Namun nyatanya tim dokter belum menemukan pendonornya. Dan akhirnya gadis itulah yang rela mendonorkan hatinya untuk ayah kamu dengan ikhlas dan suka rela. Bunda sangat bersnyukur dan berterimakasih karena gadis itu bunda bisa bersama dengan ayah kamu hingga saat ini. Itu sebabnya bunda sangat takut, dulu bunda pernah hampir kehilangan ayah kamu. Bunda tidak ingin hal itu benar benar terjadi" ataya mulai terisak
"Memang beberapa hari ini ayah kamu sering mengeluh dadanya terasa nyeri. Bunda sering mengajaknya untuk cek ke rumah sakit tapi ayah kamu itu keras kepala. Dia tidak mendengarkan bunda dan mengatakan bahwa ia baik baik saja. Banyak minum air putih rasa nyerinya akan hilang. Tapi nyatanya apa sekarang. Dia malah terbaring tak sadarkan diri begitu... hiks hiks" ataya menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menangis sejadi jadinya.
Agatha memeluk bundanya itu. Ia ikut menangis namun tanpa isakkan. Tiba tiba ada lengan yang ikut memeluknya dan bundanya. Agatha mendongak dan mendapati agastya yang memeluknya erat dengan kepala bersandar di puncak kepala bundanya dan kedua mata terpejam. Agastya ikut menitikkan air mata.
Ternyata agastya sudah ada di ambang pintu ruangan ini saat ataya menceritakan kisahnya dengan artha. Namun agastya hanya diam di tempat untuk mendengarkan bundanya. Ataya menguraikan pelukan itu. Ataya menangis sambil mengelus rahang kokoh putranya itu seakan mengadu padanya apa yang sedang ia rasakan. Agastya membawa ataya kemudian agatha juga dalam pelukannya. Hati agastya mencelos melihat dua wanita yang sangat ia sayangi bersedih seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...