Update lagi nih. Minta vote dan komentar lebih dong.. hehe..
Happy reading
.
.
.
Cahaya matahari yang masuk melewati cela gorden membuat diaz terbangung dari tidurnya. Ia melihat tepat disampingnya dan kesekeliling kamarnya, namun tak menemukan keberadaan agatha. Diaz memposisikan dirinya duduk bersandar di kepala ranjang.Pikiran diaz berlari kemana mana. Ia mengingat ingat kejadian kemarin. Apakah semua itu hanya mimpi? Namun semua terasa begitu nyata.
Pranggg
Diaz terkejut mendengar suara itu. Ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Mengingat disini hanya ada dirinya dan nezio. Dan nezio adalah tipe tipe orang yang tidur seperti orang mati. Diaz berjalan perlahan mencari cari dimana sumber suara itu. Hingga ia mendengar suara suara lain dari arah dapur. Ia segera berjalan ke arah sana.
"Pagi..." sapa agatha dengan riangnya. Wanita itu sudah membawa teplon berisi nasi goreng yang siap ia hidangkan di atas piring.
"Pagi.. kamu masak?"
"Iya. Kenapa? Em emang sih aku sempet pecahin gelas, maaf ga sengaja kesenggol"
"Bukan masalah. Tapi kamu harus banyak istirahat. Jangan kecapek an nanti kamu..."
"Kak diaz... aku ini hamil, bukan orang sakit. Aku udah baikan kok."
Akhirnya diaz hanya pasrah saja dengan kemauan wanita itu.Agatha menyendokkan nasi goreng buatannya ke atas piring yang ia tata di atas meja bar dapur dengan spatula. Ia membagi nasi gorengnya dalam tiga piring.
"Udah siap.. waktunya sarapan. Oh ya, nezio dimana?" Tanya agatha
"Dikamar itu" tunjuk diaz ke arah salah satu kamar yang pintunya terlihat dari dapur.
"Ga di bangunin?"
"Ga perlu. Kita sarapan duluan aja. Nezio kalau tidur kayak orang mati. Percuma dibangunin"
"Yaudah deh"
Agatha berusaha duduk di salah satu kursi meja bar yang cukup tinggi. Diaz yang melihat itu pun membantunya. Ia mengangkan tubuh agatha seperti tanpa beban dan mendudukkannya di atas kursi. Diaz juga ikut mengambil duduk di salah satu kursi meja bar samping agatha.
"Wahh udah lama banget ga makan nasi goreng" ucap diaz sambil melahap nasi goreng buatan agatha dengan lahap.
"Oh ya? Kak diaz kan pinter masak. Kenapa ga bikin sendiri kalau kepengen?"
"Males" balas diaz. Agatha menghela nafasnya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
"Enak nggak?" Tanya agatha
"Enggak" balas diaz. Terlihat raut wajah kecewa agatha.
"Tapi enak banget" lanjut diaz membuat agatha kembali tersenyum.
Mereka kembali menikmati acara sarapan bersma mereka. Agatha mengunyah makanannya sambil tersenyum melihat diaz yang menikmati masakannya itu. Tangan kiri agatha mengelus perutnya yang masih rata itu.
"Kenapa? Sakit?" Tanya diaz melihat agatha mengusap perutnya terus
"Enggak. Suka aja kalau perutnya di elus gini" ucap agatha. Tanpa ia duga tangan diaz terulur untuk mengelus perut agatha.
"Kamu baik baik ya disana. Jangan nakal kasian bunda kamu" ucap diaz.
Deg
Sesaat, agatha menahan nafasnya. Hatinya bergetar saat diaz mengucapkan kata itu. Bunda... adalah panggilan yang sangat ia impikan. Ia sering mengatakan pada diaz dulu, jika suati hari nanti ia sudah menjadi seorang ibu, ia ingin di panggil bunda. Karen bunda terkesan seperti seseorang yang sangat penyayang, sabar dan sangat mencintai anak anaknya. Sama seperti bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...