"SUITTT!!"
"YESS AKU MENANG" sorak Dipta saat ia baru saja menang suit dari Agatha. Agatha mengerucutkan bibirnya
"Eh eh tapi belum. Kita harus melakukannya tiga kali baru dianggap sah"
"Oke siapa takut"
"Okeh. Awas ya kalau kamu kalah" ucap Agatha dengan tatapan sengit
"Awas ya kalau kamu menang" ucap Dipta juga tak kalah sengit. Agatha memutar bola matanya jengah mendengar perkataan Dipta yang terkadang sedikit melantur.
"1 2 3, SUIT!!"
"SUITT"
"NAH KAN!! I AM THE WIN" ucap Dipta dengan bersorak gembira.
Ia langsung mengeluarkan goyangan maut nya. Dengan menggoncang goyangkan pantatnya ke arah Agatha dan lidah dijulurkan.
"Oke oke. Aku yang masak" ucap Agatha dengan kesal
"Nah begitu dong nona cantik. Harus sportif" ucap Dipta sambil menepuk nepuk bahu Agatha.
"Iya iya bawel lu" ketus Agatha membuat Dipta tertawa renyah. Melihat Dipta tertawa kedua sudut bibir Agatha tertarik sedikit membuat sebuah lengkungan senyuman yang sangat manis.
Agatha berjalan menuju dapur dengan riang. Sesuai perjanjiannya dengan Dipta, siapa yang kalah siang ini harus memasak untuk menu makan siang mereka. Agatha mulai mengeluarkan beberapa bahan dari lemari es dan mengeluarkan beberapa alat masak yang diperlukan dari lemari.
"Perlu bantuan?" Tanya Dipta sambil bertopang dagu di meja bar yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang makan di rumah Agatha.
"Tidak perlu tuan. Anda cukup duduk dan menunggu menu makanan anda siap untuk di santap" ucap Agatha sambil mulai memotong sayuran yang akan menjadi pelengkap menu masakannya kali ini. Ia terlihat mahir dalam hal ini, dan itu membuat Dipta sedikit heran karena Agatha sebelumnya kurang ahli dalam urusan potong memotong. Agatha lebih ahli dalam urusan membuat kue dan makanan sejenisnya.
"Kamu kok kelihatan lihai banget masaknya. Diajarin siapa? Bunda?" Tanya dipta
"Bukan"
"Bi Tini?"
"Bukan"
"Terus?"
"Kak Diaz" balas Agatha tanpa mengalihkan pandangannya dari Dipta. Hingga ia tidak melihat ekspresi kecewa dari wajah Dipta. Namun Dipta segera merubah ekspresinya itu. Itulah keahlian Dipta yang tak semua orang tau. Yaitu pandai menyembunyikan perasaannya. Ada yang mengatakan, orang yang paling banyak tersenyum dan tertawa adalah orang yang paling banyak memendam luka. Dan itu memang terbukti. Dialah Dipta.
"Oh gitu. Berarti Diaz pinter masak dong"
"Banget. Di Madrid dia sering banget masakin aku" ucap Agatha sambil tersenyum ke arah Dipta yang tentu dibalas olehnya.
"Tapi semuanya tinggal kenangan. Kisah aku sama kak Diaz udah berakhir. Dan tidak akan di tulis kembali. Sekarang kisah aku dan kamu yang akan di tulis" ucap Agatha dengan senyum manisnya ke arah Dipta. Dipta tersenyum lebar. Ia tak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Agatha. Secara tidak langsung Agatha mengatakan bahwa ia membuka hati untuk Dipta dan itu benar benar diluar dugaannya. Dipta berfikir,selamanya Agatha akan menganggapnya sebagai teman, hanya teman yang selalu ada untuknya.
"Dih senyum senyum sendiri" ucap Agatha menahan tawanya.
"Kamu tuh ya, nanti kalau aku mewek di kira main magic" Agatha tertawa dengan apa yang dikatakan Dipta.
Ting tong
"Adek bukain pintunya.." teriak ataya dari arah kamarnya.
"Iya Bun" Agatha akan melangkah menuju pintu utama namun di cegah oleh Dipta
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Fotosfer (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan kamu adalah bagian hidupku yang memancarkan cahaya ~•fotosfer•~ "kamu yakin?" Tanya Diaz pada Agatha. Agatha menganggukkan kepalanya. "Ga ada cara lain selain...