Bismillahirrohmaanirrohiim
15 Mei 2014
Pada hari itu adalah hari perpisahan dan pelepasan tingkat 12 SMA, layaknya kebanyakan remaja dia mempunyai rasa suka terhadap lawan jenis. Bukan sekedar teman, lebih dari teman. Dia yang membawa cercahan cahaya yang menyatu bagai mentari,dia penyemangat dalam setiap perjalanan. Namun dia bukan mentari, bukan pula senja yang hadir lalu tenggelam tanpa jejak.
Muhammad Rival Al-Azzam.
Seorang remaja yang menginjak usia 18 tahun. Di tahun ini dia berhasil mendapat gelar lulusan terbaik. Dibalik keberhasilannya selalu ada seorang wanita yang menjadi tumpuan semangatnya, dia cinta kedua setelah ibunya.Fania Adenia Salsabila, sudah 1 tahun Fania dan Azzam berpacaran tanpa sepengetahuan ibu dan ayah dari Azzam. Satu alasan mengapa mereka merahasiakannya dari orang tua Azzam. Ikhsan ayahnya, dia sangat menentang hubungan yang tak halal yaitu pacaran sebelum menikah.
Di sebuah taman sekolah ada dua orang anak manusia yang sedang duduk di gazebo .
"Fania." Panggil Azzam.
"Iya, kenapa?" Jawab Fania.
"Mungkin, aku akan pergi ke luar negeri untuk ngelanjutin pendidikan aku di sana," sulit namun Azzam harus jujur demi kebaikannya.
"Val, seriously." Fania cukup terkejut dengan pernyataan Azzam.
Ya, dari banyaknya orang hanya Fania yang memanggil Azzam dengan nama tengahnya Rival.
"Iya aku serius Fan, apa kamu bersedia menungguku selama aku di sana?" Balas Azzam meyakinkan.
"Kalo kamu serius sama hubungan ini aku bakal nunggu kamu Val, di sini aku bakal setia nungguin kamu." Senyum getir terukir di bibir manis Fania.
"Insyaallah aku akan kembali lagi untuk ngelamar kamu."
"Aku bakal nunggu kamu, jika kita berjodoh suatu saat nanti aku akan bahagia banget Val." Air mata Fania jatuh membasahi pipinya.
"Aku gak bisa liat kamu nangis Fan, hapus air mata kamu, aku akan jaga hati di sana, semoga kamu juga bisa jaga hati di sini."
"Berapa lama kamu disana Val?" Fania menghapus air matanya yang terus keluar.
"Kurang lebih 5 tahun,sampai aku lulus S1 di sana, aku harap kamu bisa nunggu aku Fan, jujur aku gak bisa jauh dari kamu,kamu wanita kedua setelah ibu Fan. Aku harap kamu ngerti, perasaan aku akan tetap ada buat kamu sampai kapan pun. Kecuali di antara kita ada yang berkhianat."
Manik hitam itu bertemu, senyum manis terukir di bibir mereka."Promise." Fania mengangkat jari kelingkingnya.
"Insyaallah." Azzam menautkan jari kelingking nya bersama Fania.
"Nanti sore bisa kita ketemuan di tempat biasa?" Tanya Azzam.
"Emm nanti sore ya, kayaknya gak bisa deh. Gimana kalo besok siang aja jam 9, kamu bisa kan?"
"Oke, aku tunggu jam 9 di Cafe biasa kita ketemu." Azzam tersenyum simpul.
"Yaudah temen-temen udah nunggu kita di Aula."
"Siap tuan putri." Kata Azzam, sedangkan Fania hanya menjawab dengan kekehannya.
***
Sore itu Azzam pergi ke danau, tempat di mana dia menyatakan cintanya kepada Fania, wanita yang kini selalu mengisi ruang kosong hatinya, walau dia tahu Fania tak akan menemuinya sore itu tapi hatinya berkata lain.
Ketika sampai di sana mata Azzam tertuju ke arah seseorang yang sangat dia cintai, bahkan ia tak menyangka jika harapannya telah di kecewakan detik itu juga.
Deg
Pengkhianatan di mulai. Perasaan yang telah lama dijaganya kini hancur, tak ada yang tahu takdir akan merubah keadaan bahkan perasaan.
Azzam mengepalkan kedua tangannya, nafasnya memburu terbakar api kecewa. Iris matanya memandang dengan tatapan tajam, ke arah dua anak manusia yang tengah saling merangkul.
"Jadi ini kesetiaan, lanjutkan jika itu bahagiamu." Azzam berlalu, bukan hanya perasaannya yang terluka tapi kepercayaannya juga telah dihancurkan.
Assalamualaikum readers,
Jangan lupa vote sama coment yupss dan ikutin terus ceritanya,semoga berkesan😊
Happy reading❤29 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)
Romance"Memalukan." ujar Azzam sinis, tatapannya datar. Asya tersentak, senyumnya memudar, ada apalagi dengan suaminya. Kenapa sikapnya selalu berubah. Apa katanya tadi 'memalukan' apa maksudnya. "Ma-maksud mas apa?" tanya Asya bingung. "Jangan pura-pura...