Chapter 102: Wedding Day

31 1 0
                                    

Hari pernikahan pun tiba, Freasha mau tidak mau menuruti keinginan sang ayahanda karena sudah terlalu tua untuk mengurus keluarga sejak kepergian almarhum ibu kandungnya. Setidaknya, dia buka-bukaan kepada Giotto kalau ia tidak menyukainya begitu juga dengan dia. Tetapi, setidaknya Giotto bisa menjaga wanita tersebut dikemudian hari. Disaat Freasha di antar ayahnya ke pelaminan dia agak sedikit deg-degan. Karena ini ada pernikahan yang tidak ia harapkan tetapi sepertinya Giotto orang baik dan mau menerimanya. Pendeta yang akan meresmikan pernikahan mereka bernama Knuckle, temannya Giotto dan adalah sun guardiannya. 

Pesta pernikahan ini hanya dihadiri oleh sedikit orang diantaranya, Elena, Daemon, Guardiannya Giotto, Ayahnya dan pelayan-pelayan rumahnya dan butlernya yang telah menjaga keluarga mereka sampai saat ini bahkan Shimon Cozarto menghadiri pernikahan teman baiknya tersebut. Pernikahan berlangsung tentram dan damai. Setelah acara itu selesai, Freasha langsung tumbang. Dia kecapean dan begitu juga Giotto. Malam itu, rencananya mereka hanya ingin langsung tidur tetapi, dibalik pintu kamar mereka ada beberapa orang ingin kepo melihat gimana malam pertama mereka.

"Ngapain sih pada kepo? Udah tahu orang capek." ucap Freasha kesal. 

"Mau gimana lagi? Yang menikah kan bos vongola. Dan lagi, G masih protes. Dia tidak bisa mempercayaimu secepat begitu saja." ucap Giotto. 

"Aku tahu itu. Aku juga tidak menyangka akan secepat ini. Tetapi tolong, mohon bantuannya. Kalau gitu.." ucap Freasha tersenyum dan berbisik-bisik.

"Baiklah." ucap Giotto tersenyum. 

Saat itu yang di luar ruangan kamar itu adalah G, Knuckle, Lampo, dan Asari juga Daemon. Elena langsung pulang karena kecapean. Mereka langsung menaruh telinga mereka dekat pintu untuk mendengarnya. Beberapa saat kemudian, mereka mendengar suara teriakan penuh gairah. Mereka yang sedang menguping langsung bermuka merah. Tetapi, yang sebenarnya terjadi adalah mereka cuman tiduran dan membuat-buat suara seperti itu. Disaat mereka rasa mereka telah pergi, Giotto bergegas mematikan lampu lalu tidur. 

Keesokan paginya, para pelayan menatap Freasha dengan kaget karena sepertinya sesi teriakan mereka penuh cinta terdengar diseluruh mansion. Walaupun sebenarnya cuma trik akal mereka. Tenang, kedua pasutri ini masih perawan dan perjaka. Mereka akan melakukan hal tersebut jika mereka sudah mempunyai perasaan. Lalu, Freasha bertemu dengan Lampo yang duduk sendirian di dekat tangga kecil.

"Kenapa kau sendirian disitu, Lampo?" tanya Freasha.

"Eh, tidak apa-apa kok nee-san -eh maksudku Freasha." ucap Lampo.

"Tidak apa-apa kalau kau ingin memanggilku kakak. Aku dirumah tidak punya adik laki-laki sih." ucap Freasha.

"Oke deh, kakak. Aku lagi galau aja sih sebenernya." ucap Lampo.

"Eh? galau kenapa kalau boleh tahu? Gak apa-apa sih kalau tidak mau cerita." ucap Freasha duduk disebelah Lampo.

Lampo diam sejenak. Akhirnya dia mau bercerita tentang seorang gadis pujaannya bernama Stephanie Bovino, seorang anak dari bos Bovino yang beraliansi dengan Vongola. Ia tidak tahu bagaimana untuk menyatakan cintanya karena ia tidak pernah memberanikan diri.

"Oh begitu, Stephanie Bovino ya? Kalau ada acara bulanan di Vongola kan, pasti dia datang. Beranikan diri untuk bicara sebagai teman atau apa gitu lho. Aku sih gak maksa. Lampo, hidup itu cuman sekali, kalau kamu diam ditempat saja, nanti dia bisa direbut cowok lain lho. Kamu mau?" ucap Freasha mendorongnya. 

"iya juga sih. Tapi aku tidak tahu harus gimana kak." ucap Lampo.

Freasha memeluk Lampo erat. Pria rambut hijau berantakan itu kaget. Baru pertama kalinya ia dipeluk seseorang selain orang tuanya. Ia baru tahu kalau kini ia memiliki kakak yang bisa diandalkan. Lalu Lampo tersipu malu dan lari ntah kemana. Freasha akhirnya bingung. Tiba-tiba Daemon datang dan memanggil bahwa Elena telah menunggu dia ruang tamu untuk bertemu wanita pirang itu. Ia mengangguk dan Daemon mengantarkannya. Setelah sampai, mereka berpelukan. 

"Freasha, jadi gimana malah pertamu?" ucap Elena.

Freasha yang lagi ingin minum teh langsung tersedak.

"Eh, maaf ya. Kamu baik-baik saja?" ucap Elena.

"Aku tidak apa-apa." ucap Freasha. 

"Jadi gimana?" tanya Elena.

"R-a-h-a-s-i-a." ucap Freasha.

"Yaaahhh.. ga seru dong. Tunggu dulu, katanya Edenia bakal balik dari perancis malam ini." ucap Elena.

"Kok kamu tau sih? Tapi dia tidak menghubungiku?" ucap Freasha bingung dan kaget.

"Ya, kau lupa ya? Kau baru saja menikah denga Giotto tadi malam. Dan, Edenia tahunya kan nomor telepon kediaman rumahmu bukan disini. Paling, pas dia balik dia protes kali?" ucap Elena.

"Oh, iya. Aku lupa itu. Jangan sampai tahu deh. Gawat itu mah!" ucap Freasha melihat apa yang akan terjadi.

Freasha mempunyai penglihatan masa depan layaknya Sephira. Tetapi, untuk kali ini kekuatan itu sudah semakin melemah dari ke hari. Dan Sephira juga, pasti merasakan hal yang sama. Mereka berdua berbincang sampai sore. Dan di sebuah bandara ternama di italia, terlihat wanita berambut kecoklatan dan mata silver yang baru saja tiba dan akan pergi ke kediaman Wincott sepertinya. 

Vongola's Lost Princess [OC x Hibari Kyoya] A KHR Fanfic [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang