Chapter 44: The Night Before the Raid

27 1 4
                                    

Setelah Ryohei protes dan ingin menantang Kyoya berkali-kali ditolak, Lal Mirch datang diantar oleh Hari dan ia pun duduk dengan manisnya. Ryohei juga ada disitu sedang duduk dengan tidak elegannya. Tsukino menghela nafas. Juri hanya ingin menonjok Ryohei saat ini tetapi ia urungkan niatnya.

"Hibari! Hibari!" ucap Hibird. 

"Tak terasa, sudah waktunya iya kan? Hibari kita harus memberikan contoh sebagai yang paling tua besok!" ucap Ryohei antusiasnya.

"Tidak mau." ucap Kyoya lantang.

"Apa yang kau bilang, brengsek?!" ucap Ryohei menumpahkan tehnya dan ditahan oleh Kusakabe.

"Ya ampun." ucap Juri facepalm.

"Tenanglah, Sasagawa-san!" ucap Kusakabe.

"Sepertinya tidak berubah sama sekali." ucap Hari biasa saja.

"Lepaskan aku! Dia belum dewasa sejak SMP! Tidak bisakah kau bekerjasama walaupun cuman sebentar saja?" ucap Ryohei protes.

"Tujuanku itu bukan untuk ikut kerumunan kalian." ucap Kyoya memejamkan mata.

"Bukannya itu kau ya?" ucap Juri menyerang balik.

Hening seketika.

"Lal Mirch, besok kau mau apa?" ucap Kusakabe memulai pembicaraan setelah 10 detik.

"Tentu saja, aku ikut." ucap Lal.

"He? Ikut? Dengan kondisimu seperti itu? Jangan bercanda, Lal." ucap Tsukino frontal.

"Jangan memaksa seperti itu, kau masih dalam masa penyembuhan, kan?" ucap Ryohei

"Ini bukan urusan kalian. Tidak usah ikut campur masalah pribadiku." balas Lal.

"Bahkan bocah itu sudah menyerah untuk meninggalkan base. Lagipula, jika sesuatu terjadi padamu, apa yang kubilang pada guru Colonello?" ucap Ryohei merasa bersalah.

"Tidak usah bersimpati, tidak bisa diganggu gugat. Aku tetap ikut." Lal tegasnya.

"Pergi sana kalau kau ingin mati." ucap Kyoya melipatkan tangannya.

"Hibari! Apa kau tidak punya simpati pada orang lain?!" Ryohei protes lagi.

"Lal, aku tahu kau ingin membantu Tsuna dan kawannya serta membalaskan dendam Colonello, Viper, Skull dan yang lainnya. Tetapi, caranya bukan begini. Kalau kau pergi tanpa pikir panjang, Tsuna pasti akan merasa bersalah." ucap Juri.

"Juri benar. Kau seharusnya jangan gegabah." ucap Reborn datang.

"Reborn." panggil Lal.

"Aku datang, Hibari, Juri." ucap Reborn masuk.

"Ya." ucap Hibari.

"Tentu saja, paman Reborn. Kau selalu boleh datang kok!" ucap Juri.

"Jadi terlihat bagaimana, Kusakabe? Apakah kau mendapatkan hasil dari simulasi serangan besok? Bukankah ini alasanmu memanggilku?" tanya Reborn.

"Ya. aku menggunakan hyper komputer untuk mengkalkulasikan kemungkinan sukses pada serangan besok. Aku menggunakan jumlah musuh yang ada di fasilitas Millefiore. Aku juga memasukan kekuatan rata-rata dan faktor lain. Dan kemungkinan kesuksesan besok hanya 0.0024%." ucap Kusakabe.

"Sangat kecil." ucap Tsukino.

"0.0024%?" ucap Ryohei.

"Ini sih mengansumsikan kalau Lal Mirch berpartisipasi. Faktor lain juga berperan aktif tetapi semuanya dibawah rata-rata." ucap Kusakabe.

"Aku sudah berekspetasi seperti itu." ucap Reborn tersenyum.

"Aku harus bilang, bahwa Varia tidak melakukan misi apapun kemungkinan sukses dibawah 90%. Walaupun itu tergantung kualitas Varia yang mereka miliki sih. Balik ke individu masing-masing." ucap Kusakabe.

"Kalau begitu, ini akan menjadi susah." ucap Juri melipatkan tangan didada.

"Ya, benar sih. Itulah bagaimana seorang profesional bekerja. Memprioritaskan kemungkinan daripada harus bertaruh. Itu yang harus dihindari." ucap Reborn lagi.

"Ha! Jadi kita butuh keajaiban untuk bisa sukses." balas Lal.

"Tetapi, itu mungkin. Tsuna dan lainnya kadang tidak bisa diprediksi. Jangan diberitahukan hal ini kepada mereka. Atau, mereka bisa kehilangan semangat." ucap Juri.

"Juri benar. Kita harus lebih membuat motivasi mereka lebih tinggi. Ini pertaruhan yang berat tetapi kuyakin mereka bisa to the extreme." ucap Ryohei.

"Setuju." ucap Kusakabe mengangguk.

"Sebenarnya sih, jumlah itu tidak masalah. Mungkin ada artinya memberikan harga kekuatan kepada seorang profesional. Tetapi, menghakimi disaat mereka masih berkembang itu juga salah lho. Kekuatan mereka tidak dihitung." ucap Reborn.

Malam pun tiba, Juri bersiap-siap untuk tidur, Kyoya masuk dan mengagetkan wanita bersurai pirang itu tetapi Kyoya langsung membekapnya sigap karena dia pasti ingin berteriak. Juri langsung tenang dan duduk di pojok tempat tidur.

"Nanti subuh, kau benar-benar harus pergi?" ucap Juri.

"Ya, aku akan mencoba mengubah masa depan yang kelam ini untuk mu." Kyoya menyentuh dahi wanita itu dengan jarinya.

"Eh? Oke. Kalau begitu cepatlah tidur. Aku tidak bisa membuatmu telat untuk hari yang terpenting." ucap Juri tersenyum manis.

Kyoya memeluk wanita itu lagi. Kali ini, dengan perasaan yang mengalir yang tidak bisa dirinya waktu SMP lakukan. Kyoya dimasa depan lebih bisa mengeluarkan emosinya walaupun terkadang tidak diperlihatkan.

"Kyoya, apa kau yang memegang p-p-pantatku?" ucap Juri memerah.

"Tidak. Memang kenapa?" ucap Kyoya bingung.

"Lah, terus ini apa? Ini kan kucingnya Gokudera?" Ucap Juri kaget.

Kucing tersebut lalu memeluk Juri dan sepertinya minta di elus-elus yang membuat lelaki bersurai hitam itu kesal dan menyeretnya keluar dari ruangan. Juri protes, walaupun dia cuman box weapon, dia juga makhluk hidup. Tetapi Kyoya tidak perduli. Kucing ini seenaknya saja mendekati wanitanya. Tsuna, Gokudera dan Yamamoto terbangun karena mendengar suara Uri.

"Uri?!" ucap Gokudera kaget.

"Majikan dan hewan peliharaan sama saja. Ini kukembalikan kucingmu." ucap Kyoya melemparkan Uri.

"Kyoya jangan kasar gitu. Kucing itu imut lagian." ucap Juri menarik lengan kimono Kyoya.

Jadi, ada penggantinya Kyoya sekarang adalah seekor kucing?! Jangan bercanda.

"Ada apa ini Gokudera?" ucap Tsuna bertanya.

"Maafkan saya Juudaime tapi Uri sepertinya membuat masalah." Gokudera kena cakar dia arena muka oleh Uri.

"Malam seharusnya tenang bukan berisik seperti ini." ucap Hibari mengeluarkan tonfa.

"Kyoya! sudah malam ayo balik saja!" ucap Juri

"M-m-maafkan aku Hibari-san!" ucap Tsuna pasrah

"Eh.. tunggu.." Yamamoto keringat dingin.

"Besok kita berjuang bersama ya, Hibari, Nee-san!" ucap Tsuna

"Aku lebih baik mati daripada bergabung atau ikut kalian. Karena aku kuat." balas Kyoya membalikkan badan.

Juri mengembungkan pipinya. Dasar sombong.

Tiba-tiba ada dentuman keras melalui arah utara base Vongola. Mereka pun kembali tidur, Gokudera bersumpah akan membalaskan hutangnya suatu hari nanti walaupun Kyoya tidak mengharapkannya. Juri di gendong kembali ke kamar. Sebentar lagi, hari yang dinantikan. 

Vongola's Lost Princess [OC x Hibari Kyoya] A KHR Fanfic [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang