Chapter 45: The Fated Day

25 1 1
                                    

Saat itu, pukul setengah 4. Juri bangun dan mengucek matanya dan melihat pria bersurai hitam sedang memakai jasnya. Oh ya, hari ini yang telah lama dinantikan. Juri tidak merasa ragu sih, cuman agak khawatir kepada Sang mantan Namimori Prefek itu. Wanita itu menghela nafas dan memulai pembicaraan.

"Kyoya, sudah mau pergi?" Ucap Juri.

"Hn." Ucapnya singkat.

"Baiklah. Semoga beruntung." Ucap Juri singkat.

Mereka tidak berbicara banyak, tapi tatapan mereka berdua sudah cukup untuk memberi penyemangat satu sama lain. Juri mengantarnya sampai depan kamar. Kimono yang ia pakai sudah agak berantakan. Rambutnya yang pirang keemasan terurai dengan indah didalam gelapnya malam, cukul untuk menjadi sinar yang terang bagi sang awan.

Menatap bayangan Kyoya yang sudah menjauh, Juri bertemu dengan Hari, Tsukino, Gizella dan juga Tsubame. Mereka berencana untuk pergi ke base Cavaliere Nero untuk berkumpul dengan semua guardian kecuali MM yang ditugaskan untuk mengambil Mukuro di Vindice bersama Ken dan Chikusa. Fran seharusnya tahu rencana ini. Gizella bilang rencana penyelamatan Mukuro ditegaskan oleh Juri masa depan.

"Kita harus pergi sekarang?" Balas Tsubame merapihkan rambutnya.

"Iya, dan ku tahu saat ini Tsuna dan yang lainnya sudah terbangun dan akan pergi. Kita juga harus bergegas." Balas Juri melihat jam yang berbentuk liontin.

"Bagaimana dengan Kusakabe? Jika ia tahu kita tidak ada disini..." Ucap Gizella.

"Jangan khawatir. Aku menyuruh Kusakabe untuk membawa Lambo dan Ipin ke Merone Base agak siangan nanti, juga Chrome." Balas Hari.

"Begitu.." Ucap Tsubame agak ragu.

"Kita tidak punya waktu lagi. Mari bergegas." Ucap Tsukino mengingatkan.

"Ya. Ya. Jangan lupa sembunyikan cincin Cavaliere Nero kalian. Kita hanya akan menggunakan senjata dari atribut kita masing-masing." Juri menegaskan.

Juri dan kawan-kawannya menyelinap keluar dari arah kuil, mereka berlari. Mereka masih pake kimono keluar. Lagian, jam segini orang pada tidur kan? Hahaha. Esktrim ya ekstrim. Tidak se-ekstrim Ryohei.

Saat tiba di base Cavaliere Nero, Mei Li menggunakan penampilan samarannya. Dia memakai cheongsam ungu dan mengikat kedua rambutnya dalam bentuk ponytail panjang dan memegang kipas berwarna kuning ungu. Sedangkan, Leila dia hanya menggunakan seragam formal Cavaliere Nero yang kemeja putih panjang ditambah blazer dan stocking hitam panjang.

"Juri nee-san, aku merindukanmu!" Ucap Leila memelukku.

"Ya, ya. Aku juga merindukanmu. Tetapi kita tidak ada waktu untuk reuni kecil-kecilan seperti ini. Kita harus pergi setelah ini." Ucap Juri serius.

"Kalian cepatlah mengganti pakaian, nanti kutunggu di lobby. Dan Gizella, kau akan menunggu disini sampai kami semua kembali pulang ke Vongola base." Ucap Hari memerintah.

"Baiklah. Semoga kalian menang. Aku akan menunggu disini dengan Reika." Gizella tersenyum.

Mereka pun mengganti pakaiannya masing-masing dan menunggu sampai matahari terbit dan akan pergi dengan menggunakan rute yang sama dengan rombongan Tsuna. Juri menunggu dilobby dengan pakaian biru emas panjang dan rambutnya yang dibiarkan terurai.

"Kalian sudah siap?" Tanya Juri

"Tentu saja. Kita cuman ngebasmi yang lemah-lemah saja." Ucap Tsukino.

"Tsukino-senpai cuman bisa anggap enteng saja...."gumam Leila

"Memang benarkan? Kalau bisa aku ingin melawan seseorang yang punya mist flame. Mukuro atau Genkishi?" tanya Tsukino.

Juri dan para teman-temannya akhirnya mulai untuk pergi ke Merone Base saat itu pagi dan sudah jam 8. Mereka tahu, Kusakabe pasti sudah mencari-cari dimana kami sekarang. Yang ada, dia sudah menangis dan menatap kalau tanggal kematiannya sudah dekat, itu yang dipikirkan oleh Hari saat ini.

~TYL!Kyoya POV~

Sejam sebelumnya, aku bersiap-siap untuk pergi menghadang para Millefiore di sebelah utara warehouse milik Vongola. Aku sudah tahu kalau mereka akan datang. Dan ia berharap agar menyelesaikan semua ini secepatnya karena ia tidak mau namimorinya kotor oleh darah-darah herbivora yang tidak bertanggung jawab ini. 

"Kalian terjebak." ucapku.

Berjalan melalui besi-besi yang kubuat untuk menutupi kalau mereka ingin kabur sayangnya, mereka tidak punya rute untuk pergi. Sayang sekali, herbivora seharusnya tidak macam-macam saat aku ada disini. Aku menjatuhkan alat penyadap yang kuambil dari tas herbivora nanas perempuan itu.

"Apa?"

"Itukan alat penyadap yang digunakan oleh Glo Xinia-dono!" 

"Yang lemah selalu saja berkerumun. Dan kalian tikus-tikus yang terperangkap akan kugigit sampai mati." ucapku lagi dan menyiapkan tonfaku yang bernyala cloud flame.

"I-i-ini JEBAKAN!" 

"Sialan Vongola!"

"Vongola? Bukan." ucapku.

"Ku bertaruh kau pikir Kamu bisa menjebak kami semua. Tapi tidak akan berakhir seperti ini." ucap salah satu anggota black spell.

"Kita akan keluar secepatnya dari sini." ucap salah satu anggota white spell.

"Aku tak punya waktu untuk bermain dengan kalian." ucapku tersenyum.

Aku menggunakan peliharaan box weaponku untuk menghabisi mereka dalam satu serangan. Setelah melihat beberapa dari mereka bertahan. Aku kurang merasa senang.

"Hmm.. ? Masih ada yang tersisa ternyata. Kalau begitu, aku akan membersihkan mereka sendiri." ucapku kurang senang.

Setelah beberapa menit, masih saja ada sisa dari mereka. Aku terus menghajarnya sampai lawanku menggunakan box weapon miliknya dan aku memghempasnya dengan box weaponku. 

"Sepertinya aku masih bisa sedikit bersenang-senang." ucapku tersenyum.

~END of POV~

Kembali lagi ke Juri dan yang lainnya. Mereka berlari ke tempat pusat pembelanjaan Namimori. Sudah ada beberapa orang tetapi berkat nebula flame milik Tsukino kami sampai ke tempat parkiran namimori. Kami sudah tahu mau kemana karena peta diagram yang masuk ke servernya Hibari dan penjelasan yang didapat oleh Hari dan juga Asagi yang membantu ini gampang masuk karena Tsuna sudah duluan disana. 

"Ya ampun ini tempat sempit amat." ucap Leila mengeluh.

"Jangan mengeluh. Terus saja bergerak." ucap Hari.

"Ya sih sempit. Jangan sampai Kyoya liat kita begini. Malu." ucap Juri tersipu malu.

"Cie cie ada yang malu malu nih." ucap Hari menggoda.

"Hacchan..." gumam Juri.

Disaat mereka mengobrol, di hangar kedua, sudah meledak dan bisa kita masuk lewat sana. Pasti Tsuna dan yang lainnya kedeteksi oleh beam sampai begini. Juri menghela nafas. Saat mereka melompat dari hangar tersebut, terlihat anggota Millefiore yang berbadan besar tangannya diikat oleh tali dan sudah babak belur.

"Oh, siapa tuh?" ucap Tsubame menunjuk.

"Uhm, menurut data dia Dendro Chilum. Dia terlalu lemah." ucap Hari menganalisa.

"Tidak menarik. Dia sudah pingsan lagian." ucap Tsukino.

"Jangan begitu dong, Tsukino. Itu membuktikan bahwa Tsuna sudah bertambah kuat. Mungkin suatu saat nanti kita bisa melawan dia?" tanya Mei Li menutup mulutnya dengan kipas.

Hari hanya bisa menghela nafas. Kami memang kuat tapi gak gini juga. Ya sudah, kami meninggalkan orang yang sudah pingsan dan babak belur dan mencoba untuk mencari dimana Irie Shoichi berada. Dan berharap tidak bertemu Tsuna dan rombongannya. 



Vongola's Lost Princess [OC x Hibari Kyoya] A KHR Fanfic [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang