"Sayang! Maafin aku!" teriakan Sam menggelegar di koridor sekolah itu. Sudah menjadi pemandangan yang biasa satu tahun belakangan ini bagi siswa-siswi SMA Bakti Bangsa. Seorang Sam yang selalu mengejar Adyba dengan teriakan maafnya.
Samudera Alfa Zudianto, siapa yang tidak tau dia di sekolah ini? Tajir? Jangan ditanya. Ganteng? Pastinya. Pintar? Jangan salah, ia sering mendapatkan juara. Kapten basket? Jelas, bahkan dia sudah menyumbang banyak piala dalam pertandingan basket untuk sekolah ini. Semua siswi bahkan mengaguminya. Tetapi tidak dengan guru-guru, seorang Sam itu menjadi masalah bagi mereka semua, tukang bolos, tukang berantem, tukang cari masalah, dan pasti ada saja masalah yang di lakukan kekasih Adyba itu.
"Mati gue, cepet banget sih tuh anak larinya. Kaki ayo lah jadi panjang biar gue larinya cepet," gerutu Dyba sambil mempercepat langkahnya dan tidak lupa untuk melihat jarak antara Sam dan dirinya.
"Sayang, tunggu!" teriak Sam, Dyba tidak memperdulikannya lagi bahkan sekarang ia tambah mempercepat langkahnya.
"Dyba, jangan buat aku marah!" teriak Sam lebih keras di koridor itu. Dyba melihat ke arah belakang dan menemukan Sam yang hanya beberapa langkah darinya, dan ....
Happpp ....
Tubuh Dyba sudah ada dalam pelukan seorang Sam. Dyba menghela nafas pasrah, selalu aja kayak gini!
"Kamu mau lari kemana lagi, sayang?" bisik Sam di telinga Dyba. Dyba menggeliatkan tubuhnya yang ada dalam pelukan Sam, ia merasa geli dengan hembusan nafas Sam yang ada di telinganya.
"Sam, lepasin!" Dyba menggeliat di pelukan Sam itu.
Sam tidak peduli, secara tiba-tiba Sam menggendong Dyba seperti karung beras. Dyba memukul punggung Sam keras, tetapi itu tidak berarti apa-apa bagi seorang kapten basket seperti Sam. Siswa-siswi ada di koridor menatap iba ke arah Dyba, mereka pasti selalu menyaksikan Dyba yang diangkat Sam seperti karung beras. Mereka tidak tau apa saja yang akan Sam lakukan setelah Sam membawa Dyba seperti karung beras itu.
Sam mendudukkan Dyba di atas sofa yang ada dalam ruangan pribadinya ini. Ruangan yang berada di lantai lima sekolah ini, lantai paling atas yang ada di sekolah ini. Jangan tanya kenapa Sam memiliki ruang pribadi di sekolah ini. Keluarga Zudianto adalah pemilik dari sekolah ini. Sekolah yang dibangun papa Sam sendiri, dengan hasil keringatnya sendiri. Ruangan yang hanya berwarna hitam, putih, dan abu-abu yang memliki ukuran yang sangat luas ini sudah biasa bagi seorang Adyba.
Sam berdiri di hadapan Adyba yang sedang duduk di sofa dengan mengerucutkan bibirnya. Adyba kesal, sebal, bahkan rasanya saat ini ia ingin mencakar wajah Sam yang sayangnya ganteng itu.
"Kenapa kamu senyum sama dia?" tanya Sam dingin. Jika kalian berpikir Dyba menunduk karena mendengar nada bicara Sam yang dingin itu, maka kalian salah besar. Justru Dyba menatap Sam dengan mata melotot.
"Aku cuma senyum sama ibu kantin, Sam. Ibu kantin bukan bapak kantin! Masa aku senyum sama ibu kantin gak boleh sih?" tanya Dyba kesal, Sam menggelengkan kepalanya tegas.
"Astagfirullah!" Dyba sudah tidak kuat dengan sikap possessive Sam ini. Dyba mengacak rambutnya frustasi, ia benar-benar ingin memakan Sam hidup-hidup. Sam mengehentikan tangan Dyba yang mengacak rambutnya itu dan menatap Dyba lembut.
"Kamu mau aku gimana?" tanya Dyba mengalah. Mengalah adalah satu-satunya cara agar Sam bisa luluh. Sam menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan tubuh Dyba.
"Jangan pernah senyum sama orang lain, senyum kamu cuma punya Sam," jawab Sam sambil mengelus rambut Dyba. Dyba mengerucutkan bibirnya lagi. Sam sudah tidak tahan dan ....
Cuppp!
"Sam!" teriakan Dyba menggelegar di ruangan itu. Bagaimana tidak? Sam seenak jidatnya mencium bibirnya.
"Apa, sayang? Aku disini jangan teriak-teriak lah," ucap Sam santai. Dyba membuang nafasnya kasar.
"Kenapa kamu jadi possessive kayak gini sih? Kita pacaran dua tahun, kenapa setahun belakangan ini possesive kamu bertambah sih?" tanya Dyba kesal, tetapi tangannya mengelus pelan rambut Sam. Sudah berkali-kali Dyba menanyakan hal ini kepada Sam, tetapi jawaban Sam selalu sama. Sam mengambil tangan Dyba yang mengelus rambutnya, ia mencium jari-jari tangan Dyba itu.
"Karena aku gak suka milik aku natap orang lain, milik aku senyum sama orang lain, kamu cuma milik aku, gak bakalan ada yang miliki kamu selain aku," jawab Sam sambil terus mencium jari-jari Dyba itu, tangan Sam bergerak naik ke atas dan mengelus pipi Dyba. Dyba mengembuskan napas kasarnya dan mengerucutkan bibirnya lagi. Dyba bahkan sudah hafal dengan jawaban Sam itu.
"Gak ada jawaban lainnya gitu?" tanya Dyba heran, Sam mencium sekilas bibir pink di hadapannya itu.
"Gak ada, siapa suruh juga pertanyaan kamu sama ya udah aku jawab pakai jawaban yang sama juga lah," jawab Sam santai.
Dyba menyenderkan tubuhnya kasar di sandaran sofa itu. Lalu merasakan sofa sampingnya bergerak. Sam menarik kepala Dyba agar bersandar di dada bidangnya.
"Maafin aku kalau sikap aku buat kamu kesel, buat kamu marah-marah terus sama aku, buat kamu gak nyaman. Tapi, aku ngelakuin ini karena aku gak pengen kamu pergi dari aku, aku gak pengen aku kehilangan kamu, aku pengen aku selalu sama kamu," ucap Sam halus sambil mengecup puncak kepala Dyba berulang-ulang. Sam mengeratkan pelukannya dan meletakkan kepalanya di lekukan leher Dyba itu.
"Aku sayang sama kamu, aku gak pengen kehilangan kamu," gumam Sam sambil menggesek-gesekkan hidungnya di lekukan leher Dyba itu. Dyba menggeliatkan tubuhnya geli, entah kenapa Sam suka sekali bernafas di daerah telinga dan lehernya itu.
"Sam," panggil Dyba sambil terkekeh kecil, Dyba berusaha melepaskan pelukan Sam tetapi Sam malah semakin memeluk erat pinggang Dyba.
"Sam, geli," ucap Dyba tambah keras. Sam malah menciumi leher Dyba tidak peduli dengan kegelian Dyba itu.
"Sam!" teriak Dyba, ia merasakan lehernya basah. Sam menarik kepalanya dan membuat Dyba mengembuskan nafas lega. Dyba memegang lehernya yang terasa basah itu.
"Iss kamu itu lah ya," gerutu Dyba. Sam hanya tersenyum tanpa dosa.
"Aku mau masuk kelas, Sam." Dyba memandang memelas ke arah Sam. Tiba-tiba Sam berdiri dan mengambil laptop di atas meja yang ada di dekat jendela. Dyba mengerutkan keningnya bingung.
"Kamu mau ngapain?" tanya Dyba ke arah Sam yang sedang berjalan ke arahnya dengan laptop bermerek yang ada di sebelah tangannya.
Sam langsung duduk di samping Dyba dengan laptop yang sudah diletakkan di meja depannya itu. Ia mengetikkan sesuatu dan langsung munculah sebuah ruangan yang Dyba yakini itu sebuah ruangan kelas.
"Berdiri!" perintah Sam, Dyba mengerutkan keningnya lebih dalam, tetapi tetap mengikuti perintah itu.
Sam menggeser duduknya ke arah sofa yang diduduki Dyba tadi. Tanpa aba-aba Sam menarik tangan Dyba.
"Ehhh!" Dyba tersentak kaget. Ia terduduk di antara paha Sam.
"Gak usah masuk kelas, di sini aja kamu udah bisa belajar," ucap Sam disebelah pipi Dyba. Sam memajukan tubuhnya dan reflek Dyba memajukan tubuhnya juga. Sam mengambil laptop itu dan meletakkannya di pangkuan Dyba. Ia mengambil earphone yang ada di atas meja. Sam memasangkan salah satu earphone itu di telinga Dyba dan satunya lagi di telinganya.
"Dah kamu tetap bisa belajar tanpa harus ke kelas," ucap Sam santai sambil menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa itu. Ia menarik bahu Dyba agar punggung bersandar di dada bidangnya.
"Sam," ucap Dyba gugup. Sam hanya membalasnya dengan gumaman.
"Kalau kayak gini gimana aku bisa fokus?" tanya Dyba, Sam mengerutkan keningnya.
"Emang selama kamu belajar di kelas kamu bisa fokus?" tanya Sam berbalik, Dyba menggelengkan kepalanya. Memang benar, selama di kelas pun ia selalu diganggu oleh Sam.
"Sam jangan kayak gini ih!" teriak Dyba karena sedari tadi Sam mengecup puncak kepala.
"Biarin aja." Sam berkata seolah tanpa beban.
***
Hellooooo.....
Dhea datang bawa cerita baru ^^
Selamat membaca....
Jangan lupa vote and comment....
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku....04 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...