53

27K 1.9K 66
                                    

Part ini mengandung sedikit adegan :v

***

Sam mengumpat. Oline benar-benar sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Oline bilang, ia akan pindah ke Prancis, tetapi nyatanya sampai sekarang perempuan itu masih saja menempeli Sam seakan Sam itu lem.

"Oline!"

Dengan muka sok polosnya, perempuan di sampingnya ini melengkungkan bibir merah tebalnya itu. "Yes, what baby?"

"Don't follow me!"

Perempuan di sampingnya ini tidak memperdulikan itu. Malah dengan santainya ia melingkarkan tangannya di lengan Sam. Sam berusaha untuk menyingkirkan tangan itu dari lengannya. Wajah Sam sudah memerah karena menahan amarahnya ini. Baru saja ia akan mengumpati Oline lagi, tetapi suara dari belakangnya membuat tubuhnya kaku, ia begitu mengenal suara ini.

"Do you miss me, Sam?"

Sam membalikkan tubuhnya perlahan, ia harap ini bukan mimpi. Mata Sam terbelalak, ia melengkungkan bibirnya dengan lebar. Sam dengan kasar menyingkirkan tangan Oline dari lengannya dan langsung memeluk Dyba begitu saja. "I really miss you, Bae. Ini beneran kamu kan? Aku gak lagi mimpi kan?"

Dyba tertawa, ia mengelus-elus punggung Sam. "This is me, your princess. Itu nenek lampir gak mau di usir dulu?"

Sam menggelengkan, ia menghirup wangi Dyba yang ia rindukan. Tangan Sam dengan erat memeluk pinggang Dyba. "Kamu kok bisa di sini?"

"Diantar aladdin naik karpet terbang tadi."

"Serius, Dy."

Dyba tertawa, ia mengelus rambut Sam, tetapi Dyba ingin ngakak melihat wajah memerah Oline. Dyba berbisik, "Sam, wajah temen kamu serem."

"Oh iya." Sam melepas pelukannya, ia merangkul dengan posesif pinggang Dyba. "Oline, this is my fiance."

Bukan hanya Oline yang membulatkan matanya, tetapi juga Dyba. Dyba tidak percaya Sam menyebutnya dengan kata tunangan. Tetapi, kemudian ekspresi Dyba normal kembali. Dyba mengulurkan tangannya ke arah Oline ingin mengajak wanita itu salaman. "Hy Oline, I am Dyba."

Oline tidak menjabat tangan Dyba, ia membiarkan tangan Dyba terulur begitu saja. Oline memfokuskan pandangannya ke Sam. "Are you serious? She is your fiance?"

Sam mengangguk, di depan Oline ia mencium Dyba dengan rindu yang menggebu. Dyba tersenyum, tangannya ia lingkarkan di leher Sam. Dyba tidak malu, karena ia sadar ia berada di lingkungan orang-orang bebas, bahkan sedari tadi Dyba banyak melihat orang-orang yang berciuman.

"Shit!"

Geraman itu tidak membuat ciuman kedua orang itu terlepas. Sam masih melumat bibir Dyba dengan pelan, tetapi dalam. Dengan ekor matanya Sam melihat Oline yang meninggalkan mereka berdua dengan kesal. Kedua orang itu melepaskan ciumannya saat merasakan mereka kekurangan oksigen. Mereka terengah-engah, rindu yang membuat mereka begini. Mereka tertawa, tidak ada yang lucu sebenarnya.

Sam merangkul pinggang Dyba, satu tangannya membawakan koper Dyba. "Jadi, ini alasan kamu kenapa nanyain alamat aku?"

Dyba terkekeh, ia menganggukkan kepalanya. "Suprise aku berhasil gak?"

Sam mencium dengan gemas puncak kepala Dyba. "Berhasil banget, aku kira aja tadi cuma mimpi karena aku gak yakin kamu dibolehin ke sini sama bunda."

Mereka memasuki lift, Sam memencet angka 25. Dyba menyenderkan kepalanya di bahu Sam. "Awalnya gitu, udah beberapa kali juga aku minta izin bunda, tapi bunda gak boleh-bolehin terus."

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang