Dyba tersenyum di balkon kamarnya sambil menatap menara Eiffel yang tepat ada di hadapannya. Apartemen Sam menghadap tepat ke menara Eiffel. Ia tidak menyangka bahwa ternyata hubungannya selama ini dengan Sam akan berakhir bahagia. Dyba kira ia hanya akan menjaga jodoh orang.
Tangan yang melingkar di perutnya membuat Dyba menyandarkan tubuhnya ke dada Sam. Ia mengelus tangan Sam yang ada di perutnya. Sam mengecupi puncak kepala Dyba dengan sayang.
"Aku bahagia." Sam melengkungkan senyumnya mendengar itu. Ia menunduk saat Dyba tengah mendongak ke arahnya. Sam mengecup kening Dyba.
"Aku yang bahagia dapatin kamu. Kamu mau bertahan selama ini sama aku. Kamu bisa jaga hati selama ini. Kamu bisa ngelewatin cobaan yang ada. Ah, aku gak tau kalau misalnya dulu aku gak sama kamu. Gadis yang dari awal ketemu aja udah langsung buat aku jedag jedug gak karuan."
Kening Dyba mengerut. "Kita kenal cuma waktu masuk SMA kan?"
"Gadis kuncir kuda, seragam putih biru, dan hansaplast."
Mata Dyba membulat dan membalikkan badannya. "Jangan bilang kamu cowok mesum yang jatuh dari sepeda itu?"
"Aku gak mesum, Dy, aku tuh cuma lihat name tag kamu doang."
Dyba memukul dada Sam. "Kok gak pernah cerita sih kalau itu kamu?"
"Lah, kalau aku cerita emang kenapa?"
"Ya gak kenapa-napa sih. Lagian kamu glow up banget makannya aku gak bisa ngenalin kamu."
Sam terkekeh. "Padahal aku mah gak perawatan."
"Dari sananya udah ganteng emang."
"Iya, makannya nanti anak kita kalau cowok bakalan ganteng kayak aku juga."
"Idih, PD banget kamu tuh."
"Ya gak papa atuh."
Dyba terkekeh sambil mengangguk. Dyba melingkarkan tangannya di leher Sam dan Sam langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dyba.
"Aku inget waktu first kiss punyamu aku ngambil. Wajah kamu merah banget."
Mata Dyba membulat, ia menarik rambut belakang Sam. Wajahnya bahkan sudah memerah. "Kampret! Jangan diinget, aku malu!"
Flashback on ....
Sepasang remaja itu saling terdiam. Memandang danau yang tenang dan sekeliling mereka yang juga tengah sepi.
"Maafin aku, aku gak niat buat kamu nangis, aku gak niat buat kamu sakit hati." Akhirnya Sam membuka suaranya setelah sekian lama mereka berdiam.
"Terus maksud kamu apa?"
Sam menoleh dengan cepat saat mendengar nada suara gadisnya yang bergetar. Sam membelalakkan matanya saat satu tetes air mata itu mulai turun. Sam mengubah posisinya menjadi jongkok di depan Dyba. Mengelus air mata yang sudah merembes itu.
"Jangan nangis, Sam gak mau princess Sam nangis."
Bukannya tenang Dyba malah terisak. Gadis itu menunduk sambil memilin-milin kaos biru yang dipakainya.
Sam yang melihat itu menangkup pipi Dyba. "Jangan nangis, Sam waktu itu cuma bercandaan doang aja sama dia. Sam gak ada maksud apapun. Sam memang salah, Sam akui itu. Sam salah buat princess Sam nangis kayak gini."
Dyba tersenyum lirih sambil menatap mata itu. "Sam jadiin Dy pacar bukan cuma untuk taruhan atau apapun itu kan?"
Sam menggelengkan kepalanya tegas. "Enggak, sama sekali gak ada, Dy. Tanya sama Zian kalau Dy gak percaya. Sam sayang sama Dy sejak awal ketemu. Mungkin Dy bisa bilang Sam bucin atau apapun, tapi Sam gak peduli, emang itu yang Sam rasain waktu pertama kali Sam lihat Dyba. Sam gak main-main sama Dy. Mungkin Sam memang anak nakal, tapi kalau urusan hati perempuan Sam gak main-main. Mama pernah bilang kalau Sam mainin hati perempuan sama kayak Sam mainin hati mama juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...