"Sam, hari ini kita mau kemana?" Sam menoleh sebentar ke arah Dyba kemudian menggelengkan kepalanya.
Hari ini Sam sudah berada di depan pintu rumah Dyba dari jam delapan pagi. Katanya, ia mau mengajak Dyba pergi. Untung saja Dyba sedang tidak ada jam kuliah di hari ini.
Dyba mengerjapkan matanya. "Kamu ngajak aku pergi tapi gak tau mau diajak kemana?"
"Iya."
"Astaghfirullah, Sam. Nonton aja gimana? Ada film yang lagi seru."
"Nonton di bioskop?"
"Nonton di Ragunan!"
"Nonton hewan di sana? Emang hewan masuk film? Atau udh ada film hewan?"
Dyba memukul lengan Sam, pelan tapi nyelekit. "Kamu kuliah di luar bukannya tambah lurus otaknya, ehh ini malah tambah miring."
"Lah, kan kamu yang bilang mau nonton di Ragunan, kok jadi aku yang salah?"
"Entah ahh." Dyba menyenderkan tubuhnya di jok mobil. Ia memandang ke arah depan yang menampilkan kemacetan di jalanan itu.
Merasakan tangannya digenggam dan dielus-elus membuat Dyba mengalihkan pandangannya ke arah Sam. "Maaf, aku tadi cuma bercanda kok. Beneran mau nonton?"
"Terserah kamu."
Skak mat. Kata-kata yang paling dihindari Sam sekarang meluncur halus dari bibir Dyba. Sam menggaruk tengkuknya dengan tangan lainnya yang bebas. Ia menatap Dyba dengan memelas. "Jawaban lain selain terserah ada gak?"
"Ada." Seketika tatapan Sam berbinar. "Apa itu?"
"Aku ngikut kamu aja."
Sam melepaskan genggamannya di tangan Dyba. Ia memandang Dyba dengan halus. "Itu sama makna, sayang. Kasih satu jawaban pasti. Mau kemana Dyba ku tersayang?"
"Ke hati kamu."
"Di hati aku mah selalu ada kamu." Niatnya menggombali Sam, tetapi Dyba malah digombali balik.
"Kalau di catatan masa depan kamu ada aku gak?"
Sam memutuskan pandangannya dari Dyba. Ia memandang lurus ke depan. "Kalau itu pasti ada. Tinggal nunggu Allah ngabulin itu semua sama tinggal nunggu restu orang tua kamu." Sam menatap Dyba lagi, mengelus jari-jari tangan Dyba. "Aku beneran serius sama kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu. Bahkan angan-angan aku untuk nikmatin hidup sama kamu selalu ada. Kita punya anak, kamu sama aku ngerusuh untuk gantiin popok mereka, ngasih makan mereka, dan masih banyak lagi."
Setelah itu Sam memandang Dyba dengan senyuman mesum. "Apalagi bayangin kalau kita lagi buat debay, kita sama-sama keringetan, aku liatin kamu lagi pakai kemeja aku terus kamu masak. Ahh, bayanginnya seru banget."
Dyba membulatkan matanya, pipinya memerah. Dyba memukuli lengan Sam dengan brutal, ia berteriak, "Sam mesum!"
Tawa Sam menyembur begitu saja, membuat Dyba kesal seperti kesenangan baginya. Ia menangkap tangan Dyba yang masih memukuli lengannya itu. "Udah, udah, sayang. Pukulan kamu geli tau bukan sakit."
Dyba melepaskan tangannya dari tangkapan Sam itu. Ia melipat tangannya di dada. "Padahal aku mukul udah kuat deh. Entahlah. Sekarang mau kemana?"
Sam mengemudikan mobilnya lagi karena lampu sudah hijau. "Kok kamu nanya aku? Kalau kamu nanya aku, aku nanya siapa?"
"Mbak kunti, pocong, genderuwo, iblis, setan. Nah tuh, banyak pilihannya."
"Kamu ngabsen?"
"Bukan, manggilin mereka biar ngerubungin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...