08

61.5K 3.9K 46
                                    

Samudera menatap tajam kedua orang yang ada di depannya itu. Reynold yang selalu mendekat ke arah Dyba. Ia bahkan sudah mengirim pesan kepada Dyba supaya duduk mereka jauhan, tetapi itulah onol-onol kampret, udah dijauhin ehhh malah tambah deket.

"Rey, jangan deket-deket gini deh," ucap Dyba sambil menggerakkan badannya supaya Reynold tidak terlalu dekat dengan dia.

"Kenapa sih, Dy? Gue cuma mau ikut ngerjain ini, nanti kalau gue gak bantuin lo ngomel sama gue," jawab Reynold dengan wajah cemberutnya.

"Mendingan lo gak usah bantuin deh, gue aja yang ngerjain sendiri," ucap Dyba karena ia merasakan tatapan tajam Sam yang menembus punggungnya.

"Gak bisa dong, Dy, ini tugas kelompok masa lo doang yang ngerjain sendirian," ucap Reynold sambil merangkul Dyba, Dyba memutar bola matanya malas, nih anak minta ditonjok kali ya sama si Sam?

Brak!

Belum sempat Dyba menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Reynold yang ada di bahunya, suara gebrakan meja terdengar nyaring di dalam kelas.

"Reynold Zaki Johnson!" teriakan Sam menggelegar setelah gebrakan meja itu. Merasa ada yang memanggil namanya Reynold dengan santai melihat ke arah Sam. Untungnya saat ini Bu Elis sedang ada urusan jadi ia tidak ada di dalam kelas.

"Apa?" tanya Reynold santai. Sam mendekat ke arah Reynold dan langsung mencengkram kerah seragam Reynold.

"Lo gak usah nyentuh-nyentuh cewek gue anjing!" teriak Sam di depan wajah Reynold. Reynold menahan dada Sam.

"Santai bang, gak usah ngegas, yang gue pegang aja gak marah," ucap Reynold santai sambil menatap Dyba. Dyba yang mendengar itu melotot marah.

"Heh! Gue udah coba lepasin lo aja yang gak mau lepasin gue!" ucap Dyba dengan amarah.

"Lo gak usah cari alasan anjing!" teriak Sam. Tapi tanpa aba-aba dan dengan tiba-tiba Reynold langsung membogem wajah Sam itu.

"Bangsat!" umpat Sam sambil menyeka darah di sudut bibirnya.
Sam pun akhirnya menonjok wajah Reynold dengan keras sampai Reynold terjungkal ke belakang. Mereka berdua pun adu pukul sampai ketua kelas memisahkan mereka. Sam bahkan sudah sampai menduduki perut Reynold. Dyba dan Zian ikut menarik Sam dari Reynold.

"Dy, Zi jangan halangi gue!" Sam berteriak dan mencoba melepaskan tangan Dyba dan Zian yang ada di lengannya. Dyba menarik lebih kuat lengan Sam.

"Kalau kamu masih mau mukul kita putus," ucapan keramat Dyba itu menghentikan pukulan Sam dari Reynold itu. Ia langsung berdiri dari perut Reynold.

"Jangan sekali lagi lo sentuh Dyba!" desis Sam sambil menginjak perut Reynold. Dyba yang melihat itu langsung menarik kasar lengan Sam untuk dibawa ke ruang pribadi. Samudera yang dibawa Dyba seperti kambing hanya diam saja karena mood dia dalam kondisi yang buruk, benar-benar buruk.

Dyba menghempaskan tubuh Sam di sofa yang biasa ia duduki dan Sam. Ia berdiri di depan Sam dan menatap tajam cowok itu. Mungkin saat ini ia bisa dibilang menggantikan posisi Sam yang hampir setiap hari selalu begini.

"Gak usah pake kekerasan bisa gak sih?" tanya Dyba kesal sambil menatap mata tajam itu. Sam membalas tatapan itu.

"Kalau gak pake kekerasan dia gak bakalan ngerti, Dy," jawab Sam masih mengatur emosinya. Dyba memutar bola matanya malas, dengan kasar ia duduk disamping Sam.

"Aku gak ngerti lagi sama kamu," gumam Dyba pelan. Sam menatap ke arah Dyba yang sedang memejamkan matanya itu.

"Dy, aku ngelakuin itu karena aku gak suka kamu deket-deket sama dia," jelas Sam. Dyba membuka matanya perlahan dan menatap dalam mata coklat Sam.

"Aku tau, Sam, tapi gak harus pake kekerasan juga. Kamu bisa ngomong sama dia pelan-pelan, gak usah pake emosi," ucap Dyba lembut sambil mengelus pipi Sam, Sam memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut Dyba.

"Maaf." Satu kata itulah yang Dyba harapkan keluar dari bibir Sam. Sam membuka matanya dan menundukkan kepalanya.

"Maaf, Dy, aku belum bisa ngontrol emosi aku kalau berhubungan dengan kamu, rasanya aku bener-bener pengen bacok orang yang deket sama kamu," jelas Sam sambil menunduk.

Inilah Sam, seorang ketua Terrell tetapi ia bakalan lemah kalau dihadapan seorang Adyba. Adyba yang melihat itu menangkup kedua pipi Sam, ia mengarahkan Sam untuk melihat ke arahnya.

"Aku maafin, tapi tolong kamu coba kontrol emosi kamu Sam. Aku sekolah di sini pasti ada interaksi sama cowok lain, kamu possessive boleh tapi lihat-lihat kondisi dulu," nasihat Dyba sambil menatap mata Sam, mendengar itu Sam langsung memeluk erat Dyba.

"Aku bakalan nyoba, Dy," bisik Sam sambil menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Dyba. Dyba hanya mengangguk dan mengelus rambut belakang Sam itu.

Dyba sayang sama Sam? Banget, bahkan bisa dibilang ia tidak akan hidup tanpa adanya Sam. Jangan bilang Dyba alay karena Dyba sudah terbiasa hidup dengan adanya bayangan Sam, semenjak masuk di sekolah ini ia sudah terbiasa ada dalam kehidupan Sam. Tapi kalau sikap Sam yang possessive-nya kelewatan Dyba bakalan gak tahan juga. Sesayang-sayangnya Dyba sama Sam ia juga bakalan meninggalkan Sam apabila sikap possessive-nya Sam sudah diluar batas dan naluri Dyba.

Dyba melepaskan pelukan Sam dan menemukan mata cowok itu yang berkaca-kaca, "Kamu mau nangis Sam?" tanya Dyba sambil mengusap pipi Sam, Sam menggeleng dan memeluk Dyba kembali.

"Aku sebenarnya gak pengen ngekang kamu kayak gini, Dy, aku pengen kamu bisa berteman sama cowok gitu tapi aku gak bisa, aku gak mau kamu dimilikin oleh cowok lain. Maafin sikap aku yang possessive, Dy." Sam sambil berbisik lirih di bahu Dyba. Dyba merasa ada sesuatu yang Sam sembunyikan dari dirinya tetapi Sam yang belum aku menceritakan itu.

"Aku tau pasti ada suatu alasan yang membuat kamu berubah setahun belakangan, aku tau sikap possessive kamu muncul pasti ada suatu kejadian. Aku bakalan nunggu kamu nyeritain alasan dan kejadian itu Sam," lirih Dyba. Sam yang semula menegang mendengar penuturan Dyba langsung mengeratkan pelukannya dan mengangguk di bahu Dyba.

"Sam balik ke kelas ya, nanti nilai kimia aku gak ada kalau aku gak ngerjain itu," bujuk Dyba sambil menepuk pelan punggung Sam, tetapi Sam malah menggelengkan kepalanya dan tambah mengeratkan pelukannya.

"Lah terus nanti nilai aku gimana, Samudera?" tanya Dyba sebal.

"Gak gimana-gimana, kamu masih bisa ngerjain nanti sekarang di sini dulu sama aku," jawaban tidak berdosa Sam itu membuat Dyba mengangkat kepala Sam dari bahunya. Ia menatap Sam dan baru menyadari di sudut bibir Sam ada bercak darah.

"Ya ampun aku lupa sudut bibir kamu berdarah," panik Dyba, ia langsung berdiri dan mengambil kotak P3K yang memang sudah disediakan disana. Ia lalu duduk dihadapan Sam dan mengeluarkan rivanol. Ia menuangkan rivanol di kapas dan akan diberikan ke sudut bibir Sam, tetapi Sam malah tiduran di pahanya. Dyba memutar bola matanya malas, dasar Samudera sakit aja masih modus.

Dengan perlahan Dyba mengoleskan rivanol itu di sudut bibir Sam, Sam malah memejamkan matanya menikmati perlakuan Dyba. Setalah bercak darahnya hilang Dyba mengoleskan sedikit betadine di sudut bibir Sam dan langsung menutup luka itu dengan handsaplast.

"Sam, bangun, aku mau letak ini dulu," ucap Dyba sambil mengangkat kepala Sam, Sam malah mengubah posisinya menjadi memeluk perut Dyba.

"Letak aja di meja dulu," gumam Sam terdengar lirih karena suaranya teredam oleh perut Dyba. Dyba hanya membuang nafasnya perlahan untuk membuang emosinya karena sikap manja Sam ini.

"Aku mau tidur dulu." Setelah mengucapkan itu hanya ada suara nafas teratur yang keluar dari bibir pink Sam.

Dyba menatap Sam, ganteng? Jangan ditanya. Manis? Sam itu punya aura manis tersendiri bagi Dyba. Dyba mengelus rambut hitam kecoklatan milik Sam.

"Aku harap kamu bener-bener mau ngontrol emosi kamu Sam," gumam Dyba, setelah itu ia mengecup sekilas pipi Sam.

***

TBC...
Warning!! Typo bertebaran...
Jangan lupa vote and comment...
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku....

01 Februari 2020

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang