"Aku minta maaf karena aku udah..."
Bola mata Dyba bergerak gelisah, ia takut sesuatu yang akan dikatakan Sam akan membuat ia terluka. "Sam, apa lagi?"
"Karena aku udah mencintai kamu terlalu dalam. Aku bener-bener sayang sama kamu. Mungkin dibilang orang ini lebay, alay, atau apapun aku gak peduli. Tapi, aku beneran sayang sama kamu."
Dyba menghela nafas lega, ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. "Aku udah jantungan, Sam!"
"Maaf sayangku."
Dyba mengangguk. "Aku kira kamu bakalan bilang kalau kamu udah pernah selingkuh, ena-ena sama cewek lain, atau udah ada orang lain di hati kamu."
Sam terkekeh, tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut Dyba. Setelah itu ia menggenggam tangan Dyba disertai senyum manis yang melengkung di bibirnya. "Jangan negative thinking dulu, honey. Hatiku aja cuma ada sama kamu, gimana caranya aku mau cari hati yang lain? Lagi pula gak ada niatku sedikitpun untuk kayak gitu. Aku dah pernah bilang sama kamu, kamu masa depan aku, jadi nggak mungkin aku nyari pengganti kamu."
"Jangan cuma gombalan semata, aku butuh bukti itu semua."
Sam mengangguk mantap. "Siap, komandan!"
Dyba tersenyum manis, ia menatap mata Sam dengan lembut. "Jangan kecewain aku ya, Sam."
***
"Dyba! Dyba!" teriakan serta gedoran pintunya yang membahana itu membuat Dyba menutup telinganya telinganya dengan bantal. Pagi ini rasanya terlalu berisik dengan teriakan Gean itu.
"Dyba, ada calon imam tuh di bawah!"
Teriakan itu akhirnya membuat Dyba membuka bantal yang menutup telinganya. Dengan muka bantalnya Dyba membuka pintu. "Ini jam berapa?"
Dengan muka polosnya Gean menggaruk tengkuknya, dan menatap Dyba dengan mata yang di kedip-kedipkan. "Eh, ini jam berapa?"
"Astaghfirullah, Abang! Pagi udah buat orang emosi aja. Itu ada hp di tangan Abang, ada jam juga, kenapa gak diliat?!"
Gean tersenyum tanpa dosa, ia melihat jam tangan dan ponselnya bergantian. "Oh, iya, Abang lupa." Gean menatap Dyba. "Masih jam 06.00, Dy."
"Astaghfirullah. Tumben bukan Sam yang ngetok kamar? Biasanya dia asal nyelonong aja."
Gean mencubit pipi Dyba. "Kan abang mau bangunin adek Abang yang cantik tapi malesan ini, mana masih ada ilernya pula, untung bukan Sam yang liat."
Dyba membulatkan matanya, ia mengusap sudut bibirnya. Tapi, sedetik kemudian ia menatap tajam Gean. "Abang! Dyba gak ngiler!"
Tawa Gean keluar begitu saja. Melihat wajah memerah Dyba dan bibir yang mengerucut itu membuat Gean mencubit gemas pipi Dyba. "Udah, sana mandi, kasihan dari tadi Sam nungguin di bawah."
"Bilang sama Sam, Dyba mau luluran, maskeran, medicure, pedicure."
Gean mengerjapkan matanya. "Kapan selesainya?"
"Tahun depan!" Setelah itu Dyba masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras.
"Punya adek gini amat, kadang gemesin, kadang judes, kadang pengen di santet."
***
Sesampainya di bawah Dyba langsung menuju ke ruang makan, di sana sudah ada bunda, ayah, abangnya, dan tidak lupa satu lelaki yang duduk membelakanginya itu. Dyba dengan langkah pelannya langsung menepuk punggung itu dengan keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/192984814-288-k603516.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Roman pour Adolescents"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...