45

27.2K 2K 246
                                    

Komen di part sebelumnya yang pada nanya yang nelfon Sam itu siapa, baca ulang lagi ya beb. Di situ aku dah nulis jelas siapa orangnya. Makasih ^^

***

Tubuh Dyba membeku mendengar suara halus milik perempuan itu. Apakah ini tanda mengapa perasaannya sedari tadi tidak enak.

"Baby."

Suara itu lagi menyadarkan Dyba bahwa ini semua nyata. Dyba menghela nafas perlahan, ia mendongakkan kepalanya untuk menahan air mata yang akan menetes.

"Sorry, but I'm Sam's girlfriend. Never contact Sam again. Don't be a bitch in my relationships!"

Dyba secara tidak sadar langsung membanting ponsel Sam begitu saja. Bagaimana pun ia menahan isakannya, tetapi itu tetap terdengar juga. Melihat Sam yang terganggu Dyba langsung berlari keluar dari kamar Sam dan menutup pintu kamar Sam, entahlah Sam terganggu atau tidak.

"Bang, Dy pulang dulu!" teriak Dyba ke Agam yang menatapnya dengan bingung di samping tangga itu. Agam tersentak, ia baru menyadari adanya lelehan air mata di pipi Dyba. Agam dengan cepat berlari keluar dan mencari Dyba. Untung saja Dyba masih berada di depan pintu mansion sambil berjongkok.

Agam mengelus lengan Dyba. "Hey, kenapa?" Dyba menggelengkan kepalanya, tetapi isakan Dyba membuat Agam yakin bahwa gadis ini sedang ada apa-apa.

Agam memposisikan tubuhnya jongkok di depan Dyba. "Nih, nangis aja di sini, abang ada untuk Dyba kok," ucap Agam sambil menepuk-nepuk dadanya.

Dyba menatap Agam dengan mata yang masih berair, ia langsung saja berhambur ke pelukan Agam. Tangannya ia lingkarkan dengan erat di pelukan Agam. "Abang, sakit rasanya."

"Udah, gak usah ngomong dulu. Tenangin diri kamu. Sekarang abang anterin kamu pulang." Dyba mengangguk, tetapi pelukannya di Agam masih erat. Ia masih tidak percaya sama apa yang dikatakan Oline tadi.

"Bentar, Abang ambil kunci mobil dulu." Dyba mengangguk, ia melepas pelukannya. Agam dengan cepat berlari dan mengambil mobil Fortuner miliknya. "Dy, masuk!"

Dyba mengangguk. Ia membuka pintu samping kemudi itu. Tangisannya masih keluar. Agam menyenderkan kepala Dyba ke bahunya. "Nangis aja. Kalau Dyba mau cerita ke abang, cerita, kalau enggak Abang gak maksa Dy untuk cerita kok."

Tangis Dyba semakin kencang, bahkan sekarang ia meninju-ninju lengan Agam. "Anggap aja Abang itu Sam kalau itu emang bisa buat kamu lega." Dyba semakin semangat meninju lengan Agam. Agam sedikit meringis merasakan tinjuan Dyba itu.

Dyba menghentikan tinjuannya, ia meletakkan keningnya di atas lengan Agam yang baru saja ia tinju. "Maafin Dy karena udah ninju-ninju abang. Dy kesel sama Sam. Sakit bang rasanya, kenapa Sam tega ngelakuin itu? Padahal dia ngomong kalau dia cuma milik Dyba!"

Agam mengelus-elus rambut Dyba dengan satunya tangannya, pandangannya tetap ke arah depan. "Kamu omongin baik-baik dulu sama Sam. Abang kayaknya di sini nangkapnya kalau Sam ada selingkuh. Gitu ya?"

Merasakan kepala di lengannya mengangguk Agam mencengkram erat stir. "Tadi ada cewek yang nelfon Sam, ya Dyba angkat, takutnya penting. Ehh ternyata malah ..." Tangis Dyba semakin kencang lagi, bahkan rasanya telinga Agam berdengung.

"Udah, jangan nangis terus. Matanya nanti bengkak loh. Kamu omongin baik-baik sama Sam, kamu kan tau banyak yang mau hubungan kamu sama Sam hancur, jadi jangan langsung percaya gitu aja."

Dyba mengangguk mendengar itu. Agam mengusap puncak kepala Dyba. "Mau es krim dulu untuk nenangin pikiran? Kita drive thru di KFC kalau enggak McD aja deh biar gampang."

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang