"Kita putus!"
Satu kata, satu kata yang membuat hati Dyba tak karuan rasanya, entah senang atau malah sedih. Sebenarnya kata ini yang sedari dulu Dyba sampaikan tetapi tidak pernah diterima Sam, dan sekarang kata itu sendiri muncul dari bibir Sam. Kata yang sebenarnya susah bahkan dibilang hampir mustahil keluar dari mulut Sam tetapi sekarang Sam mengucapkan itu.
Sangking bingung dengan pikirannya sendiri Dyba tidak melihat senyum sinis terpatri di wajah ganteng Sam.
"Itu kan yang mau kamu dengerin dari aku? Aku ngucapin putus, tapi ..." Sam menggantungkan kalimatnya, ia mengelus pipi Dyba.
"Tapi kata itu hanya ada dalam angan kamu aja, jangan berpikir bahwa aku mengucapkannya serius, Adyba!" Runtuh semua pikiran Adyba yang hanya terpusat dengan dua kata yang diucapkan Sam, Dyba menatap mata itu, mata hitam yang menggambarkan kejahilan Samudera.
Sam mengelus rambut Dyba dengan satu tangannya dan tangan yang lain memeluk pinggang Dyba erat. "Jangan kamu pikirin sampe muka kamu kayak gitu dong, sayang. Aku tadi cuma bercanda aja, gak bakalan aku serius ngucapin dua kata keramat itu, gak bakalan aku ngucapin dua kata terlarang itu."
Dyba masih menatap mata hitam Sam, Sam yang melihat itu mengelus pipi Dyba halus. "Dy, aku minta maaf aku gak bisa kontrol emosi lagi, aku minta maaf."
Dyba masih diam membisu. "Sayang, maafin aku. Sebenarnya salah kamu juga sih siapa suruh ngelakuin kesalahan kayak gitu, bukan cuma satu malah empat sekaligus lagi."
Dyba kesal sebenarnya Sam ini berniat minta maaf tidak sih? Adakah orang yang meminta maaf tetapi ujungnya menyalahkan kita lagi? Ada pula spesies manusia macam dia.
"Makannya kalau ceweknya marah itu di kejar bukannya malah diam kayak jadi patung gitu! Udah tau aku marah malah dibiarin ya tambah kesel lah aku." Akhirnya Dyba angkat suara. Sam memeluk Dyba dan meletakkan kepalanya di lekukan leher Dyba.
"Ya kamu sih, aku bilangin ngeyel kayak gitu. Tinggal dua minggu lagi kamu bisa makan McD lagi kok, tadi aku juga udah nyeri kamu kemana-mana tapi kamu malah gak ada." Sam melepaskan mengangkat kepalanya dan menatap Dyba sedangkan Dyba hanya mengangkat sebelah alisnya saja.
"Memangnya kamu tadi kemana? Aku bahkan udah nyari kamu di toko pakaian dalam tapi kamunya malah gak ada, yang ada malah tante-tante genit yang godain aku." Dyba mengulum senyumnya mendengar itu, bukan hanya karena cerita Sam itu tetapi ekspresi wajah Sam saat menceritakan hal itu, imut rasanya pengen dibakar aja.
"Dy, kok gitu sih ekspresinya? Aku nanya serius loh ini."
"Iya, iya maaf lah, kamu juga sih ngapain coba pake masuk ke toko pakaian dalam gitu? Yang ada kamu malah ketemu ibu-ibu lah, Sam."
"Yakan aku bingung mau nyari kamu kemana lagi, udah hampir semua toko aku datangin untung aja aku gak ngumumin lewat speaker." Dyba melotot mendengar itu, dia pikir aku orang hilang gitu?
"Sam, bonekanya mana?" Sam menyentil pelan dahi Dyba.
"Aku lupa beliin, sayang, kan aku tadi sibuk nyari kamu aja jadi gak kepikiran nyari boneka. Kamu mau sekarang? Aku mah ayok-ayok aja." Dyba menggeleng.
"Gak usahlah, besok atau kapan-kapan aja, udah gak pengen lagi yang kepengen sekarang cuma batagor aja." Sam melongo, tadi boneka sekarang batagor, apa dia beneran hamil ya?
"Dy, kamu gak hamil kan?" Satu jitakan mulus di dapatkan di kening Sam.
"Kamu pikir aku hamil sama siapa hah?!Enak aja kalau ngomong!"
"Ya, maaf lah kamu gak biasanya kayak gini, kalau mau dapet biasanya cuma minta es krim aja gak aneh-aneh kayak gini."
"Yakan itu biasanya sekarang aku lagi luar biasa."
"Terserah Dy, terserah."
***
"Bang, batagornya satu, ketopraknya satu sama jus jeruk nya satu." Sam menatap Dyba dari samping.
"Kamu gak pesenin aku sekalian gitu?"
"Lah kan aku gak tau kamu mau apa, pesen aja lah sendiri." Setelah mengucapkan itu Dyba pergi untuk mencari tempat duduk. Mereka berdua memang sedang makan di warung pinggir jalan, tetapi jangan meremehkan warung ini walaupun tempatnya di pinggir jalan seperti ini tetapi rasanya enak tidak kalah dengan restoran mahal.
"Bang samain aja kayak dia tapi jus jeruknya es nya dikit aja."
"Sip, Mas."
Mata elang Sam menatap setiap sudut warung ini untuk mencari gadisnya dan ia menemukan gadisnya sedang memakan kerupuk di pojokan warung. Sam segera menghampiri gadisnya sebelum para lelaki yang berada di samping Dyba mengajak ngobrol Dyba, terlihat dari gelagatnya mereka akan menghampiri Dyba dan disitu Sam cepat-cepat menghampiri gadisnya duluan.
"Sayang." Para lelaki yang hendak menghampiri Dyba itu langkahnya terhenti seketika mendengar suara berat Sam.
"Kenapa?" Omongan Dyba tidak jelas karena masih ada kerupuk di dalam mulutnya.
Sam menggeleng-gelengkan kepalanya melihat itu. "Telen dulu itu yang ada di mulut, nanti kamu keselek loh."
Dyba mengangguk dan mengunyah kerupuk itu dengan cepat. "Dah, kenapa?"
"Kamu ngapain nyari tempat duduk di sini? Udah tau sampingnya cowok semuanya."
"Sam jangan mulai deh, aku nyari disini itu enak gitu, kayak ada adem-ademnya gitu. Lagipula disini deket sama tuh ..." Dyba menunjukkan kerupuk yang ada di samping meja mereka, Sam yang melihat itu menggelengkan kepalanya lagi.
"Ini, Mas, Mbak, pesenannya. Silahkan dimakan."
"Makasih, Mas," jawab Dyba sopan sambil langsung mengambil batagornya itu.
"Ya Allah, Dy, pelan-pelan atuh, gak bakalan ada yang minta juga pun, aku juga udah punya sendiri ini." Sam menunjuk piring dihadapannya itu.
"Laper, Sam, aku tadi gak jadi makan."
"Lah terus kamu tadi kemana?"
"Ah, udah, jangan banyak tanya, nanti aja aku ceritain sekarang aku mau makan dulu, aku laper. Makan nomor satu!"
Mereka makan dalam keheningan, sesekali Sam melihat ke arah gerombolan lelaki di samping tempat duduknya yang tak henti-hentinya menatap gadis disebelahnya ini. Sam membalas salah satu tatapan mata lelaki yang tidak sengaja melihat ke arah Sam dengan tatapan tajam, khas Samudera. Lelaki tadi yang melihat Sam langsung menundukkan pandangannya dan berbisik ke arah teman sampingnya seperti memberi tau.
"Sam, kok belum dimakan sih? Liat aku aja udah habis." Sam yang tadi memandang wajah sangar sekarang menjadi Sam yang cengo karena tidak percaya melihat dua piring dan satu gelas dihadapan Dyba sudah habis bersih tanpa sisa.
Sam beralih menatap Dyba yang sekarang malah melihat ke arah piringnya yang masih banyak karena baru beberapa suapan ia makan dengan tatapan yang mendamba.
"Kamu mau?" Dyba tersentak dan menggelengkan kepalanya sambil menyengir ke arah Sam.
"Kalau mau makan aja, aku gak papa kok, atau kamu mau pesen lagi?"
"Ehh gak usah, udah kamu makan aja aku juga udah kenyang kok." aku masih laper Sam!
"Ya udah, aku makan dulu, ya?" Dyba yang mendengar itu melotot kesal, dasar gak peka!
Tiba-tiba satu sendok berhenti tepat di depan bibirnya, Dyba melihat Sam dengan pandangan bertanya.
"Aku peka kok, nih kamu makan aja."
***
TBC...
Warning!! Typo bertebaran...
Jangan lupa vote and comment...
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku...14 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Dla nastolatków"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...