44

26.4K 1.9K 240
                                    

"Bang Agam!" Sam hanya geleng-geleng kepala saja mendengar teriakan Dyba itu. Kelakuan Dyba dan abangnya memang susah untuk dipersatukan. Kedua orang itu seperti Tom and Jerry saja.

Kemarin Sam dan Dyba benar-benar di rumah Dyba saja, menemani Gean sambil bermain Uno. Dan berujung pada Gean yang ngambek karena ia selalu kalah. Dan hari ini, Sam membawa Dyba ke rumahnya. Nita-- mama Sam saat ini sedang berada di rumah, oleh karena itu Sam membawa Dyba ke rumahnya.

"Sam." Sam menunduk, saat ini ia duduk di atas sofa dan Dyba yang berada di bawahnya. Ia mengerutkan dahinya melihat wajah Dyba yang memelas itu.

"Kenapa sayang?"

Dyba memajukan bibir bawahnya. "Liat bang Agam." Sam menatap abangnya yang berada di sofa sebrang itu. Abangnya dengan santai memakan chitato

Sam mengusap rambut Dyba. "Terus kenapa?"

"Itu kan punya aku." Oh iya, Sam baru sadar akan itu semua.

"Bang, ambil lagi kek di lemari masih banyak. Jangan ambil punya Dy, nangis dia nanti."

Agam dengan santainya tetap memakan chitato itu. "Kenapa gak Dy aja yang disuruh ambil?"

Baru aja akan membuka mulut, tetapi teriakan Dyba membuatnya langsung menutup mulut lagi. "Bang Agam nyebelin! Gak punya cewek baru tau rasa!"

Setelah itu Dyba pergi ke belakang untuk mengambil chitato lagi. Sam hanya menghembuskan nafas kasar melihat itu. Ia melempar Agam dengan kulit kacang yang ada di atas meja. "Suka banget sih lo gangguin Dyba."

"Enak gitu lihat dia ngamuk-ngamuk gak jelas gitu. Pengen gue gigit rasanya."

Sam menatap Agam tajam. "Jangan bilang lo suka sama Dyba?"

"Masih waras gue suka sama dia. Ya kali punya adek gue sendiri gue embat. Masih banyak cewek yang ngantri di luar sana. Suka aja gitu gue lihat muka dia waktu merah nahan amarah gitu. Kayak jadi kesenangan tersendiri."

Sam melunakkan pandangannya mendengar jawaban Agam. "Dia emang imut, beruntung gue bisa dapetin dia."

"Iya, harus lo jaga, jangan pernah sakiti dia. Dia mendekati kata sempurna untuk seorang cewek. Memang gak ada cewek yang seratus persen sempurna, tapi Dyba hampir sempurna, Sam. Dyba cantik, manis, imut di waktu yang bersamaan. Dyba bisa masak, sama anak kecil suka, udah cocok jadi istri pokoknya."

Sam tersenyum, ia mengangguk mantap. "Dan dia bakalan jadi istri dan ibu untuk anak-anak gue nantinya."

Dyba menatap kedua orang yang sedang berdiam itu. Agam masih sibuk dengan chitato nya dan Sam yang sibuk melamun. Dyba duduk di samping Sam dan langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Sam. Mulutnya asik memakan chitato itu.

Dyba menyuapi Sam. "Kamu mikirin apa sih sampai tadi senyum-senyum sendiri gitu?"

Sam membuka mulutnya dan menerima suapan itu. "Mikirin kamu jadi istrinya dia, Dy."

Bukan Sam yang menjawab, tetapi Agam. Dyba menatap Sam lagi. "Beneran?"

"Iya. Kenapa? Gak boleh?"

"Boleh aja kok." Sam meletakkan kepala Dyba di bahunya lagi. Mengusap-usap rambut halus Dyba itu.

"Gue serasa nyamuk di sini." Gerutuan Agam itu membuat kedua remaja itu saling pandang.

"Abang gak punya cewek?"

Agam menunjuk dirinya sendiri. "Abang? Ya pasti punya lah. Masa orang ganteng kayak gini gak punya cewek."

Dyba memutar bola matanya malas mendengar itu. "Masih gantengan Sam daripada Abang."

"Kalau gantengan abang nanti bahaya, Dy. Kamu nanti suka sama abang berabe urusannya."

"Pede banget!"

Agam menaik turunkan alisnya. "Tapi bener kan kalau Abang ganteng?"

"Iyain deh biar abang seneng."

"Ehh, tumben kalian akur?" Dyba berlari ke arah Nita dan langsung memeluk wanita itu. "Mama kemana aja? Dy kangen sama mama."

Nita mengusap rambut Dyba dengan sayang. "Salahin tuh cowok kamu, mama dah di sini dari dua hari yang lalu tapi dia yang gak mau bawa kamu ke rumah."

Dyba mendelik ke arah Sam yang saat ini sedang duduk tenang di sofa sambil menonton kartun Spongebob itu. Dyba tersenyum dan mendongak saat merasakan usapan halus di rambutnya. "Tumben gak berantem sama Agam? Biasanya dah teriak-teriak."

"Mama aja yang gak tau. Barusan aja padahal siap orang dua ini konser," jawab Sam, tetapi matanya fokus ke kartun kotak berwarna kuning itu.

Nita mencubit gemas hidung Dyba. "Dasar kalian berdua kayak Tom and Jerry." Dyba hanya menyengir menjawab itu.

Dyba dan Nita duduk di sofa, Dyba masih menempel kepada Nita. Dyba menganggap Nita sudah seperti ibu kedua untuknya.

"Dy." Dyba menatap Agam dengan alis yang dinaikkan.

"Itu mamanya abang masa kamu pelukin terus."

Dyba menjulurkan lidahnya ke arah Agam. "Ini mamanya Dyba juga."

"Ihh, dasar Dyba!"

Baru saja akan membuka mulut, tapi perkataan buta membuat Dyba terdiam. "Tom and Jerry mulai nih." Dyba meringis dan hanya bisa menampilkan gigi putihnya.

"Dy."

Dyba menatap Sam dengan malas. "Apa, Sam? Dy mau sama mama dulu, jangan diganggu."

Sam menunjukkan wajah memelasnya. "Aku ngantuk, mau tidur."

"Lah, terus hubungannya sama Dyba apaan anjir?!"

"Dy gue suruh elusin rambut gue, Bang," jawaban Sam itu dibalas lemparan bantal sofa oleh Agam. "Manja lo!"

"Ma, Dy Sam bawa ke kamar dulu ya, cuma elusin rambut Sam aja kok bukan buat cucu."

"Bibir kamu minta mama jahit kayaknya, frontal banget kalau ngomong." Sam hanya menampilkan senyum tanpa dosanya. Ia berdiri dan menarik Dyba ke arah kamarnya.

"Dy, kalau Sam macem-macem langsung tendang aja 'anu' nya."

"Gak usah mama suruh langsung Dy tendang kok." Nita mengangkat kedua jempolnya mendengar itu.

"Sam, kamu manja banget sih. Gak enak sama mama." Sam menutup pintu kamarnya. Ia melepas kaosnya hingga dada bidangnya terlihat.

Sam sudah berbaring di ranjang, sedangkan Dyba duduk di pinggir ranjang. Tangan Dyba sudah mengelus-elus rambut Sam. "Cepet bobok, habis itu aku mau ke bawah, mau kangen-kangenan sama mama."

Sam menunjukkan pipi dan bibirnya. "Kiss dulu."

"Ha? Kiss? Kan tadi janjinya cuma ngelus-ngelus aja."

"Dua kali aja, Bae, satu di sini satunya di sini." Sam bergantian menunjuk pipi kiri dan bibirnya.

Dyba menghela nafas kasarnya. Dengan cepat ia mengecup kedua tempat yang di tunjuk Sam tadi. "Dah, tidur!"

Sam mengangguk. Ia mulai memejamkan matanya. Elusan Dyba di rambutnya membuatnya nyaman. Hembusan nafas teratur Sam itu membuat Dyba menghentikan elusannya. Dyba mengusap-usap pelipis Sam. "Perasaan aku gak enak. Aku takut terjadi sesuatu di dalam hubungan kita. Selamat tidur, aku ke bawah dulu."

Baru saja akan berdiri dari ranjang, tetapi suara dering ponsel Sam membuat Dyba mengurungkan niatnya. Dyba menatap ponsel Sam yang berdering di atas nakas itu. Layarnya menyala menampilkan nama Oline. Dyba mengangkat panggilan itu, tetapi kemudian hatinya mencelos seketika, tatapannya nanar.

"Hallo, Baby. How are you? I miss you so much. I miss your hug, your kisses, your touches, and my nights with you."

***

Tbc....
Warning!! Typo berterbaran....
Jangan lupa vote and comment....
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku.

18 Juni 2020

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang