"Adyba," panggil Reynold ke Dyba yang ada dalam rangkulan Sam. Dyba mendongak dan menatap Reynold dengan alis yang dinaikkan.
"Kapan kita mau ngerjain kimia lagi?" tanya Reynold dengan polosnya.
"Heh! Pelajaran kimia masih nanti habis istirahat kenapa lo nanyanya sekarang?" tanya Sam kesal, bahkan sekarang masih masuk pelajaran pertama. Karena guru bahasa Indonesia sedang tidak masuk makannya kelas mereka free.
"Lah gue nanyanya sama Dyba bukan sama lo," jawab Reynold santai.
'Reynold bego! Mau nyari masalah aja dia sama Sam,' batin Dyba.
"Rey, itu nantilah kita bicarain, sekarang kan masih pelajaran pertama," ucap Dyba lembut, Reynold yang mendengar ucapan lembut Dyba itu tersenyum manis.
"Ok, Dyba, gue pergi dulu, bye!" pamit Reynold sambil berlalu dari hadapan Dyba dan Sam.
"Kenapa kamu ngomong lembut sama dia?" tanya Sam ketus, Dyba menghembuskan nafasnya jengah.
"Sam, please deh jangan buat masalah lagi, kita baru baikan semalam jangan buat kita marahan lagi," jawab Dyba jengah.
"Sam jangan terlalu possessive deh sama sahabat gue, pencemburu boleh tapi jangan keterlaluan. Jadi kaya Zian kenapa sih? kesel juga gue lama-lama," ucap Chelsea yang mendengar perdebatan Dyba dan Sam itu. Zian yang merasa namanya disebut-sebut langsung menatap Chelsea bingung.
"Kenapa kamu bawa-bawa nama aku sih, yang?" tanya Zian kesal.
"Udah lah sana kamu main aja, gak usah peduliin terus pacarmu yang disamping ini," ketus Chelsea.
Mendengar nada Chelsea itu mau tidak mau Zian mengeluarkan gamenya dan menaruh hp nya diatas meja, bodo amat gue turun yang penting pacar gue gak marah.
"Ya udah maafin aku Chelsea sayang, dah aku keluarin gamenya," bujuk Zian. Chelsea yang mendengar itu menatap sekilas hp Zian yang ada diatasnya meja yang hanya menampilkan layar hitam saja. Chelsea tersenyum tipis.
"Sam," panggil Zian ke arah Sam yang sedang memeluk Dyba itu. Sam melepas kepalanya dari leher Dyba, ia menatap kesal temannya itu.
"Kenapa?" ketus Sam.
"Lo gak mau bolos? Kemaren anak SMA sebelah ngajak kita tawuran, lo gak mau gitu ngumpulin anggota untuk nyusun strategi? Katanya sih besok mereka ngajak di tempat biasa. Katanya juga kalau kita gak ngikutin tawuran itu, lo di anggap kalah sama dia." Sam yang mendengar itu melepaskan pelukannya dari Dyba. Ia menatap tajam Zian.
"Bangsat! Kenapa lo gak ngomong dari kemaren kampret?" tanya Sam sebal. Mendengar kekesalan Sam Dyba mengelus lengan cowok itu halus.
"Dy, aku bolos dulu," ucap Sam sambil mengecup sekilas kening Dyba. Dyba hanya mengangguk saja.
"Zian chat grup, kita ngumpul di markas, semuanya harus ngumpul. Kalau ada yang gak ikut ngumpul nama dia tercoret dari Terrell!" tegas Sam lalu ia pergi dari kelas meninggalkan Zian yang melongo melihatnya.
"Chels, aku pergi dulu ya," ucap Zian sambil mengecup kening Chelsea. Chelsea mengangguk. Setelah Zian dan Sam pergi Chelsea berubah tempat duduknya menjadi disamping Dyba.
"Dy, Sam kalau marah serem ya," ucap Chelsea menatap Dyba, Dyba menatap bingung sahabatnya ini.
"Emang, selama ini lo baru liat marahnya Sam?" tanya Dyba, Chelsea berpikir kemudian menggeleng.
"Hehehe, enggak sih udah sering." Chelsea cengengesan sendiri karena menyadari sudah beberapa kali ia melihat Sam dalam kondisi marah. Dyba menggeleng melihat kelakuan sahabatnya satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...