52

25.1K 1.9K 142
                                    

Dyba tersenyum menatap selembar kertas di tangannya. Kertas yang akan membawanya ke pujaan hatinya yang berada di benua lain.

"Dek, udah siap semua? Besok jangan sampai ada yang ketinggalan loh."

Dyba membalikkan badannya dan mengangguk ke arah Gean. Dyba berlari dan memeluk Gean yang tengah bersandar di pintu kamarnya itu. "Makasih abang udah bantu ngomong sama bunda. Kalau abang gak ada ngomong, mungkin Dy gak bakalan bisa ketemu Sam."

Yahh, besok rencananya Dy akan terbang ke Amerika untuk memberi suprise kepada lelaki itu. Dyba sudah membujuk bundanya untuk mengunjungi Sam, tetapi bundanya tidak memperbolehkannya. Dan tiga hari lalu, Dyba meminta bantuan kepada Gean untuk membujuk sang ibunda ratu, dan berakhir Dyba dibolehkan. Entah apa yang abangnya itu katakan kepada bundanya. 

Gean terkekeh, ia mengelus rambut Dyba. "Santai, abang bakalan lakuin apapun kalau buat Dy seneng. Tapi, Dy udah mastiin kalau itu alamat Sam kan? Nanti kamu dah sampai sana ternyata bukan dia. Itu negara orang, kamu kesasar malah bahaya."

"Iya abang, tenang aja. Semalam Dy juga minta alamat apartemen Sam yang ada di sana kok."

Gean mengecupi puncak kepala Dyba. "Beneran gak mau dijemput Sam aja? Abang takut kamu kesasar Dy."

"Kalau dijemput Sam namanya bukan suprise, Bang. Abang tenang aja."

"Ya udah sana tidur, mau abang temenin dulu?" Gean melepas pelukannya dan menatap netra coklat milik Dyba itu.

"Boleh kalau abang mau nemenin Dy."

"Apa sih yang enggak untuk kamu."

***

Dyba tersenyum sambil menghirup udara di kota ini. Ia sudah turun dari pesawat dan sekarang sedang menunggu taxi di bandar udara internasional Logan ini. Dyba mengeratkan jaket yang dipakainya. Bulan ini sudah mulai memasuki musim dingin.

Dyba menyetop taxi yang baru akan melintas itu. Ia menyebutkan alamat apartemen Sam kepada supir itu dan supir itu langsung mengangguk. Dyba tersenyum menatap fotonya dan Sam yang ada di belakang casing ponselnya itu. Tidak terasa ini sudah tahun ketiga Dyba dan Sam menjalani hubungan jarak jauh. Semuanya berjalan dengan baik, hanya beberapa pertengkaran kecil saja yang membuat keduanya malah semakin dekat. Tiga tahun ini Sam belum ada kembali ke Indonesia. Maka dari itu, hari ini Dyba ingin memberikan suprise kepada lelaki itu.

Dyba baru saja ingat, ia harus menghubungi ibunda ratu kalau enggak Dyba yakin ia tidak akan pernah diperbolehkan pergi jauh lagi.

"Dy, kamu udah di sana? Gimana perjalanannya lancar kan? Kamu gak diapa-apain kan? Alamat Sam bener gak? Kenapa baru ngehubungin bunda? Bunda khawatir sama kamu."

Dyba menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari sang bunda itu. "Assalamualaikum, Bunda." Dyba terkekeh, ia membayangkan wajah sang bunda yang khawatir itu. "Pertanyaannya banyak amat. Dy bingung jawabnya gimana."

"Waalaikumsalam, kamu ini, bundanya khawatir malah ketawa."

"Maaf, Nda. Bunda ngasih pertanyaan satu-satu dulu kek, jangan langsung kayak kereta api, wusss gitu."

"Ya udah bunda ulangin. Gimana tadi lancar gak perjalannya?"

"Alhamdulillah lancar, Nda. Di sini banyak yang ganteng, rasanya pengen Dy karungin satu-satu terus bawa pulang."

Bundanya di ujung sana terkekeh. "Kamu ini ada-ada aja. Inget masih ada Sam loh. Terus alamatnya Sam ini bener ada gak?"

"Tenang, Nda, bulenya di kantong, kalau Sam di hati. Dy belum sampe ke alamatnya sih, tapi emang ada kok alamat itu."

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang