"Sayang, bangun atuh." Dyba nenggeliatkan tubuhnya. Ia malah semakin merapatkan pelukannya di tubuh Sam.
Sam menepuk-nepuk pipi Dyba dengan lembut. "Hey, ayo mandi, habis itu shalat subuh."
"Masih ngantuk, nanti aja."
"Kamu aneh-aneh, shalat jangan nanti-nanti."
Dyba akhirnya membuka matanya, ia mengerjapkan matanya saat lampu kamar sudah menyala dengan terang. "Hari ini emang mau ke mana?"
Sam menatap geli istrinya itu. "Bangun dulu makannya. Masa kamu lupa hari ini resepsi nikah kita?"
"Ha?" Dyba masih cengo, ia belum sadar sepenuhnya. Tetapi, kemudian ia mengingat-ingat lagi dan matanya langsung membulat. "Iya! Hari ini kita resepsi, Sam!"
"Astaghfirullah Dy, ini masih pagi, jangan teriak-teriak."
Dyba mendudukkan tubuhnya, langsung mencepol asal rambutnya dan turun dari ranjang. Tapi, baru saja akan berjalan, ia merasakan sakit di pangkal pahanya.
Sam yang melihat itu berdecak, ia turun dari ranjang dan berlutut di depan Dyba yang sekarang meringis sambil duduk di tepi ranjang itu. "Masih sakit ya?"
Dyba memajukan bibir bawahnya. "Iya, tapi gak sesakit kemarin."
Sam mengusap-usap paha Dyba menggunakan tangan kanannya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menarik tubuh Dyba agar ke pelukannya. "Maaf ya, kayaknya kamu kesakitan banget."
Dyba mengangguk. Ia menghirup wangi tubuh Sam. "Katanya disuruh mandi, terus kalau aku gini gimana dong?"
Sam melepas pelukannya. Ia menatap Dyba. Ia menunjuk bibirnya. "Morning kiss dulu dong."
Dyba mendengus, tetapi tetap melakukan itu juga. Sam tersenyum lebar mendapat perlakuan itu. Ia berdiri dan langsung mengangkat tubuh Dyba ala bridal style. Dyba memekik, tangannya ia lingkaran dengan erat di leher Sam.
"Kalau mau gendong itu ngomong dulu lah!" Sam terkekeh, ia mengecup pipi Dyba.
Sam menurunkan Dyba di bathtub. Ia menatap Dyba dengan senyum jahilnya. "Bisa mandi sendiri kan?"
Dyba memicing. "Ya bisalah! Sana keluar aku mau mandi, jangan ngintip!"
"Aku gak usah ngintip lagi, kalau mau lihat kan bisa langsung."
Dyba melemparkan botol sampo yang ada di dekatnya. "Kampret! Keluar sana!"
***
Orang-orang di dalam kamar Dyba itu sibuk berlalu lalang. Mereka sibuk mendandani Dyba yang akan mengadakan resepsi.
"Aku gak mau tebal-tebal ya mbak bedaknya." Perias di depannya hanya mengangguk. Ia sibuk memoles blush on di pipi Dyba.
"Selesai." Dyba membuka matanya, ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Ah, Dyba hampir tidak percaya bahwa pantulan di cermin itu dirinya.
"Cantik banget. Suka banget sama make up-nya."
Perias itu terkekeh. "Harus cantik, apalagi ini untuk sekali seumur hidup, jadi harus perfect. Mau dibantu pakai gaunnya gak?"
Dyba menggeleng. "Gak usah, aku bisa pakai sendiri kok, Mbak."
"Ya udah silahkan, jangan sampai make up-nya luntur, itu juga rambutnya jangan berantakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...