Dyba menghela nafas kasar. Dua hari yang lalu Sam sudah kembali lagi ke Amerika untuk melanjutkan kuliahnya. Hari ini Dyba tidak ada jadwal kuliah, dan berakhir dengan Dyba yang rebahan saja. Punya pacar posesif, kasur pun ikut posesif juga.
Mata Dyba berbinar mendengar nada dering ponselnya dan langsung menampilkan panggilan video dari Sam. Dyba merapikan sedikit rambutnya yang sudah seperti singa dan langsung mengangkat panggilan itu dengan riang.
Wajah Dyba memanas saat melihat Sam di sana dalam keadaan shirtless. Wajah Sam juga terlihat seperti orang bangun tidur.
"Morning, baby."
Dyba terkekeh. "Di sini udah magrib, beb."
Sam di sana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Perbedaan waktu 11 jam antara Cambridge, Amerika Serikat dengan Indonesia membuat Sam kadang lupa akan hal itu. "Oh iya, aku lupa, by. Kamu ngapain?"
"Rebahan aja, gak ada kuliah ya udah mending aku tidur."
Sam menelungkupkan tubuhnya, ia menempatkan ponselnya tepat di depan wajahnya yang miring. "Gak main sama Chelsea?"
Dyba menggeleng, rasanya ia ingin mencubiti pipi Sam. Wajah bantal Sam dan suara Sam yang masih serak itu membuat Dyba tidak kuat. Tanpa sadar Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya menghalau pemikiran-pemikiran kotor yang hinggap di kepalanya.
"Baby, what's wrong? Kamu sakit kepala? Atau lagi pengen dugem makannya geleng-geleng kepala gitu?"
Dyba baru tersadar, ia menatap Sam dengan menyengir. "Gak papa, tadi lagi ada pikiran gitu."
"Kamu mikirin apa?" Sam menyeringai di seberang sana. Ia mengarahkan kameranya ke dada dan perutnya yang berotot.
Melihat itu pipi Dyba tambah memanas. "Sam, apasih? Ihh, kamu itu."
Tawa Sam terdengar nyaring. "Jangan bilang kamu daritadi mikir jorok tentang aku, ya?"
"Gak lah, enak aja kalau ngomong." Dyba memalingkan wajahnya ke samping.
"Bibir kamu yang manis itu bisa bohong, tapi pipi kamu tuh, udah merah kayak tomat."
Dyba tanpa sadar meraba pipinya dan membuat Sam tertawa lagi. Dyba mendelik. "Dasar Sam kampret!"
"Dy, jangan sampai tawa kamu itu disukain sama cowok lain ya. Aku yakin, cowok yang liat tawa kamu langsung jatuh hati sama kamu."
Dyba mencibir. "Sifat posesifnya muncul nih."
"Terserah aku dong. Dy, aku ngebayangin guling ini kamu. Pengen aku cepet-cepet halalin kamu supaya kita bisa tidur berdua, pelukan, ciuman, nganu." Sam mengeratkan pelukannya kepada guling itu.
Dyba mengerutkan keningnya, satu kata yang tidak ia mengerti. "Maksudnya nganu itu apa, Sam?"
"Ituloh, kamu masa gak ngerti sih? Nganu-nganu."
Otak Dyba baru bisa mencerna maksud Sam. "Sam mesum! Omes! Emang gak ada akhlak kamu itu!"
"Hahaha, wajah kamu imut kalau marah-marah gitu. Perpaduan wajah marah, malu, tapi mau. Hayoo, iya gak?"
"Auk ah."
"Yahh, Princess-nya Sam jangan marah dong. Sam cuma bercanda aja. Yang, jangan marah dong."
"Iya."
"Yahh, satu kata. Kamu marah beneran ya?"
"Enggak kok. Kamu gak berangkat kuliah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...