Sam masuk ke kamar Agam tanpa mengetuk pintu. Ia bertepuk tangan sambil tersenyum sinis melihat Agam yang sedang berada di depan laptopnya itu.
"Bagus."
"Sejak kapan lo masuk? Iyalah bagus kan gue rajin gak kayak lo." Agam hanya bermaksud untuk bercanda, tetapi tidak adanya respon dari Sam membuatnya mendongakkan kepalanya. Ia melihat Sam tepat di belakang pintu kamarnya dengan senyum sinis.
"Kenapa lo?"
"Setelah lo selingkuh sama Dyba lo gak ngaku salah?"
Agam mengerutkan keningnya, Agam mengurut pelipisnya."Selingkuh? Gue gak pernah selingkuh sama Dyba, Sam."
Sam mendekat ke arah Agam, ia menatap Agam dengan sengit. "Terus maksud lo pelukan tadi apa?"
Agam mengangguk-anggukkan kepalanya, ia baru mengerti titik permasalahannya. Agam menutup laptopnya, ia menatap Sam. "Jangan nuduh orang selingkuh, ngaca dulu lo!"
"Apa? Jelas-jelas gue liat lo pelukan sama Dyba di depan pintu. Itu apa masih kurang jelas kalau ngebuktiin kalian berdua selingkuh?"
Agam mengetatkan rahangnya. "Gue udah pernah bilang sama lo, gue punya cewek, jadi gak mungkin gue bisa suka sama Dyba! Dyba gue anggap adek, sama kayak lo! Dan inget, jangan pernah sia-siain mutiara demi batu kerikil."
"Lo ngomong apa sih, Bang? Di sini yang gue tanya, kenapa lo bisa pelukan sama Dyba?!"
"Lo sadar diri dulu harusnya kenapa Dyba kayak gitu. Pikir, apa yang salah dari diri lo!"
"Gak ada yang salah dari gue. Yang salah itu lo, kenapa lo meluk Dyba di depan mata gue!"
Agam menetralkan emosinya. Berbicara dengan Sam menggunakan emosi tidak akan pernah selesai. Agam menghembuskan nafas perlahan, ia berkata, "Gue minta sekali lagi, lo tanya sama diri lo sendiri apa yang salah dari diri lo. Kalau emang lo cowok, buktiin ke gue omongan lo tadi siang bukan cuma bualan semata. Dyba gadis baik, Sam, gak seharusnya lo kayak gituin."
Sam mengerutkan keningnya, mengapa sekarang ia yang merasa tersudut? Ia salah apa sebenarnya sampai Agam ngomong kayak gini?
Agam menepuk bahu Sam. "Keluar, gue mau istirahat. Jangan lupa pikirin kesalahan lo. Dyba gak patut lo kayak giniin. Kalau emang udah gak sayang, silahkan lepaskan, jangan menyakiti dari belakang."
Melihat Sam yang merenung membuat Agam mendorong pelan tubuh Sam keluar kamarnya. "Jangan lo sia-siain bunga mekar demi bunga layu yang lo dapat di jalanan." Setelah itu Agam menutup pintu kamarnya meninggalkan Sam yang masih merenung diam menatap pintu kamar Agam.
***
Sam mengacak-acak rambutnya, ini sudah jam 3 subuh dan ia belum bisa tidur. Ia masih bingung perkataan Agam tadi, ditambah Dyba yang tidak membalas chatnya padahal sudah centang biru.
"Gue salah apa sih sebenernya?" gumam Sam di keheningan. Ia mengecek galerinya, sudah tidak ada apa-apa, hanya ada foto Dyba, dirinya, dan juga bola basket. Ia mengecek wa, tidak ada obrolan bersama cewek lain, ia mengecek line, tidak ada juga yang aneh. Sam mengacak-acak rambutnya bingung. "Kenapa seakan-akan bang Agam bilang kalau gue selingkuh?"
"Oh iya!" Sam mengecek log panggilan, dan di sana ada jelas panggilan Oline sekitar jam 12.45. Dan Sam baru ingat, ia bangun karena mendengar suara pintu kamarnya tertutup dan ia menemukan ponselnya tergeletak di atas karpet. Setelah itu Sam bangun dan turun ke bawah untuk mencari Dyba, tetapi yang ia dapatkan malah abangnya yang berpelukan dengan Dyba.
"Pasti ulah Oline. Kenapa gue gak ngecek loh panggilan dari tadi sih?!"
Sam menelfon nomer yang ia yakini membuat perkara ini.
"Baby, why was it turned off? I'm not even done talking yet."
"Don't bother me! I already have a girlfriend!"
"I know, Sam. But, i love you."
"Fuck up your mouth. I don't care about it! I love my girlfriend! Never bother me again!"
Setelah itu Sam membanting ponselnya dengan kasar. Ia tidak ada hubungan apa-apa sama Oline. Ia tidak mungkin meninggalkan Dyba untuk jalang kampus seperti Oline. Nama Oline di kampusnya sudah sangat terkenal, bukan prestasi, tapi kenakalan yang perempuan itu lakukan. Bahkan, mungkin tidak ada lelaki yang tidak mengenal yang namanya Caroline Angela Merkel.
Sam menghembuskan nafas kasar. Ia tau apa yang membuat Dyba hanya membaca chat-nya. Besok pagi ia bertekad akan menemui Dyba. Ia harus mendapatkan maaf dari gadis itu. Dyba pasti sudah salah paham.
***
Sam menatap Gean yang tengah berdiri di tengah pintu rumah Dyba. "Bang, Dy mana?"
"Dah berangkat."
Sam mengerutkan keningnya, ia menatap jam di pergelangan tangannya. "Tumben banget jam segini dah berangkat?"
"Gak tau." Jawaban singkat dari Gean membuat Sam menatap Gean lekat. "Abang kenapa? Sariawan? Kok ngomongnya singkat amat."
"Lo masih bisa ngomong kayak gitu setelah semalam adek gue lo buat nangis." Bukan nada tinggi yang Gean berikan, tetapi nada datar dan dingin yang belum pernah Sam dapatkan dadi seorang Gean.
"Bang, gue minta maaf. Itu semua salah paham. Di sini gue mau ngejelasin sama Dy, gue bener-bener gak ada niatan sama sekali untuk nyakitin Dyba." Sam menatap Gean dengan tatapan memohon. "Gue sayang Dyba, bang. Gak mungkin gue sia-siain dia gitu aja."
"Lo ngejelasin jangan sama gue, jelasin sama Dyba sejelas-jelasnya. Gue gak mau adek gue nangis gara-gara lo. Dan gue harap, lo sebagai cowok tepati kata-kata lo bukan cuma omongan doang. Kita gak tau pergaulan lo di luar sana gimana jadi gue harap lo bener-bener nepatin kata-kata lo ini."
"Dyba beneran dah pergi, Bang?"
Gean menaikkan satu alisnya. "Lo gak percaya sama gue?"
"Percaya kok, Bang, gue cuma mau mastiin aja, siapa tau Dyba ngumpet, Dyba kan suka ngumpet."
"Ya udah kalau gitu gue mau ke kampus Dyba aja, Bang." Gean mengangguk dan Sam langsung berbalik dari hadapan Gean.
"Jangan pernah lo buat adek gue yang paling gue sayang itu nangis atau kecewa. Lo ngelakuin itu lagi jangan harap lo bisa deket lagi sama Dyba."
***
Tbc...
Warning!! Typo berterbaran....
Jangan lupa vote and comment....
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku...23 Juni 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/192984814-288-k603516.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Novela Juvenil"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...