"Dyba!" Sam memanggil dengan nada tinggi. Sam menatap mata Dyba yang saat ini tengah mendongakkan kepalanya. Dyba menatap Sam dengan tatapan tajam dan sinisnya.
"Apa? Mau marah? Marah aja, gak peduli lagi aku! Kalau kamu mau ngucapin putus silahkan, silahkan banget, karena aku tau kalau aku yang bilang putus itu gak bakalan bisa!" teriak Dyba sambil menatap tajam Sam. Sam terkekeh pelan.
"Aku mutusin kamu?" Sam menatap remeh ke arah Dyba, ia lalu mencengkram dagu Dyba dan mendekatkan wajahnya dengan Dyba.
"Gak akan pernah!" desis Sam sambil melepaskan cengkeramannya dari dagu Dyba.
"Terus untuk apa aku jadi pacar kamu kalau kamu ngekang aku terus? Untuk apa? Bahkan ayah, bunda, bang Gean aja gak pernah ngekang aku sampai segininya. Kamu itu cuma pacar, pacar Sam bukan suami aku!" lantang Dyba sambil menekan dada Sam. Sam menangkap jari Dyba yang menekan dadanya itu.
"Tapi aku bakalan jadi suami kamu!" tegas Sam.
"Tapi aku harap itu gak bakalan terjadi!"
Setelah mengucapkan itu Dyba langsung mendorong Sam keras dan keluar dari kamar pria itu dengan tutupan pintu yang keras. Dyba berlari dari kamar Sam menuju ke pintu utama mansion ini, ia mengusap air matanya dengan kasar yang entah kapan terjatuh.
Dyba lelah, ia terlalu lelah dikekang Sam, ia tidak tahan dengan sikap possessive Sam, ia tidak tahan dengan sikap Sam yang egois dan tempramen. Tanpa sadar ia sudah ada dalam pelukan seseorang, seseorang yang sudah lama tidak ia lihat keberadaannya karena sibuk urusan bisnis.
"Mama," lirih Dyba di pelukan Nita, mama Sam. Bagaimana Dyba tau bahwa itu Nita? Karena saat Dyba dibawa secara kasar ke dalam kamar Sam, Nita sudah menghalangi langkah kedua orang itu tetapi malah diabaikan saja oleh Sam. Nita baru saja pulang dari Jerman sendirian karena Andrew-papa Sam yang masih ada kerjaan di sana. Nita syok karena baru saja ia berganti baju dari kamarnya ia melihat Sam dengan rahang yang mengeras tengah menarik Dyba dengan kasar ke arah kamar Sam.
"Kamu diapain Sam, sayang?" tanya Nita lembut sambil mengelus lembut rambut Dyba, ia sudah menganggap Dyba sebagai anaknya bahkan lebih tepatnya menantunya. Ia benar-benar sudah setuju Dyba sebagai menantunya karena Dyba itu anaknya cantik, periang, ceria, bisa masak, ahh pokoknya udah jadi kriteria menantu idaman.
"Sam terlalu possessive, Ma, Dyba gak tahan dengan sikap Sam," jelas Dyba sambil sesenggukan karena tangisnya. Nita mengecup puncak kepala Dyba berulang-ulang dengan sayang.
"Maafin sikap Sam, sayang," gumam Nita lalu mengecup dahi Dyba lama. Nita merasa tidak enak dengan perlakuan putranya itu. Dyba menatap mata Nita dan Nita tersenyum manis.
"Mama antar pulang mau?" tanya Nita sambil mengusap pipi Dyba lembut, Dyba menampilkan senyum tipisnya.
"Gak usah, Ma, nanti malah ngerepotin mama, Dyba naik taxi aja," tolak Dyba halus.
"Gak papa, sayang, mama antar ya, ini juga udah mau magrib gak baik kamu pulang naik taxi," paksa Nita, mau tidak mau pun Dyba mengangguk. Nita melepaskan tangannya dari pipi Dyba.
"Mama ambil kunci dulu, kamu tunggu di luar aja." Dyba hanya mengangguk menjawab ucapan Nita itu.
***
"Sam," panggil Nita sambil mengetuk pintu kamar Sam. Nita langsung mengetuk pintu putranya ini setelah mengantar Dyba pulang ke rumahnya.
"Masuk aja, Ma, gak dikunci kok," jawab Sam pelan dan suaranya terdengar serak. Nita yang mendengar sahutan putranya itu langsung membuka pintu kamar anaknya dan langsung membulatkan matanya.
Kaget, satu kata yang menggambarkan Nita saat ini. Bagaimana tidak? Kamar Sam yang biasanya selalu rapi ini seperti kapal pecah, bantal dimana, guling dimana, selimut juga entah dimana, seprei kasur sudah terlepas dari tempatnya, kaca yang retak, ahh sudahlah kamar Sam benar-benar seperti kapal pecah. Nita menghampiri Sam yang terduduk lemas di pinggir kasurnya.
"Sam," panggil Nita berdiri di depan putranya ini, Sam mendongak dengan mata merahnya. Nita yang melihat itu langsung mengelus rahang anaknya.
"Dyba kamu apain, sayang?" tanya Nita lembut sambil menatap dalam mata putra bungsunya itu.
"Sam salah ya, Ma, kalau Sam terlalu possessive sama Dyba? Sam cuma gak mau kehilangan Dyba, Ma. Sam cuma mau Dyba sama Sam terus, Sam cuma mau Dyba yang selalu ada di samping Sam," jelas Sam pelan sambil menatap Nita. Nita mengelus rambut putranya.
"Kamu salah, Sam." Sam menyinyitkan dahinya, dimana salahnya gue?
"Sam salah dimana, Ma?" tanya Sam serak, Nita tetap mengelus rambut putranya.
"Kamu jangan terlalu possessive sama Dyba, sayang. Dyba juga manusia dia perlu teman, dia butuh teman bukan cuma teman cewek aja, walaupun dia gak berteman sama cowok setidaknya dia bisa cuma sekedar ngobrol sama cowok, sayang. Percaya sama mama, aslinya cewek itu gak suka sama cowok yang possessive, cewek itu sukanya sama cowok yang menjaga dia tetapi tidak mengekang dia, cowok yang menepati perkataan dan janjinya bukan cuma omongan semata, cowok yang selalu ngertiin dia bukan dia yang harus ngertiin cowok itu, cowok yang berhati sabar bukan cowok yang egois dan tempramen," jelas Nita mengelus pipi Sam. Sam yang mendengar itu langsung memeluk perut mamanya yang ada di hadapannya.
"Tapi sikap yang mama sebutin tadi gak ada semua dalam diri Sam. Apa Dyba udah gak suka atau sayang lagi sama Sam?" gumam Sam. Nita tersenyum tipis, ia mengangkat kepala Sam dari perutnya dan menatap mata itu lagi.
"Kamu bisa, kamu aslinya bisa nunjukin sikap yang kayak mama sebutin. Kamu itu bukannya gak bisa tapi kamu belum mencoba aja, coba dulu kalau memang gak bisa itu berarti kamu harus lepasin Dyba dan kejar Dyba lagi saat sikapmu udah kayak yang mama bilang. Untuk sekarang biarin Dyba sendiri dulu ya sayang," nasihat Nita.
"Sam gak bakalan lepasin Dyba, Ma. Dyba selalu punya Sam, Sam gak mau Dyba punya orang lain. Bisa gak bisa, mau gak mau, Sam harus coba ngerubah Sikap Sam. Sam bakal biarin Dyba punya waktu sendiri sama kayak yang mama bilangin," tekad Sam sambil tersenyum tipis, Nita langsung tersenyum senang mendengar itu.
"Nah baru ini anak mama, gini dong jangan kayak orang yang ditinggalin untuk selamanya padahal Dyba cuma pulang kerumahnya. Udah sana mandi habis itu kita makan biar kamar kamu diurusin bibi aja." Sam tersenyum malu dan langsung mengangguk. Sam berdiri dan langsung mengecup pipi Nita.
"Makasih mama, mama selalu bisa ngertiin Sam. Papa mana?" tanya Sam heran.
"Lah mama lupa gak ngomong sama kamu, mama pulang sendiri papa masih ada kerjaan disana. Ribet urusannya di sana makannya lama," jelas Nita sambil mengecup pipi putranya yang tingginya melebihi dirinya. Sam tersenyum manis, setelah itu ia langsung berlari ke arah kamar mandi.
"Dasar, udah tua juga tapi kelakuan masih kayak bocah," gumam Nita sambil geleng-geleng kepala. Ia keluar dari kamar putra bungsunya untuk memanggil Bi Inah supaya membereskan kamar anaknya yang kalau bisa dibilang seperti kandang babi.
***
TBC..
Warning!! Typo bertebaran...
Jangan lupa vote and comment....
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku...04 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Novela Juvenil"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...