Saat ini sedang pelajaran kimia, pelajaran yang benar-benar menguras otak untuk menyelesaikan rumus-rumus itu.
Sam meletakkan kepalanya ke atas meja sambil memandang perempuan yang di sebelahnya ini. Wajahnya lucu, kadang-kadang dahinya berkerut, kadang-kadang mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti, dan tersenyum menatap soal yang di depan itu ternyata mudah diselesaikan. Saat ini Sam benar-benar ingin mengecup bibir perempuan itu karena sedari tadi terbuka tanda ia terlalu bingung dengan penjelasan salah satu materi itu.
"Dy." Dyba hanya bergumam menjawab Sam. Saat ini ia sedang ingin benar-benar belajar kimia, hanya ingin fokus ke kimia saja.
"Dyba aku ngantuk," keluh Sam.
"Tidur," jawab Dyba tetap melihat ke arah papan tulis itu.
"Dyba aku haus."
"Minum."
"Dyba aku laper."
"Makan."
"Dyba aku bosen di sini."
"Bolos."
"Dyba aku pengen cium kamu."
"Ci-" ucapan ini langsung membuat Dyba menoleh ke arah Sam. Ia baru sadar dengan ucapan Sam itu.
"Nah akhirnya kamu liat ke aku juga kan." Sam menyeringai karena berhasil mengganggu fokus Dyba.
"Bodo amat, Sam." Dyba memutar bola matanya jengah dan kembali lagi menghadap ke arah papan tulis yang penuh dengan rumus-rumus itu.
"Yah, di kacangin lagi gue," gumam Sam kesal. Sam pun memejamkan matanya karena ia merasa tidak berhasil memecah fokus Dyba. Baru beberapa menit memejamkan matanya Sam tersentak karena teriakan bu Elis-- Guru kimia mereka.
"Ok, saya akan membagi kelompok, satu kelompok dua orang, saya yang memilih bukan kalian yang pilih sendiri," ucap Bu Elis langsung karena sudah mendengar gasrak-gusruk dari murid-muridnya.
"Kelompok pertama Adyba dengan Reynold, kel ..." Tiba-tiba Sam memotong ucapan Bu Elis.
"Bu, gak bisa gitu dong, Dyba harus sama saya!" tegas Sam, Dyba yang di samping Sam memutar bola matanya jengah.
"Sam, apa kamu gak denger yang ibu ucapkan tadi? Tadi sudah bilang ibu yang menentukan kelompoknya bukan kalian sendiri?!" Bu Elis berucap tegas juga.
"Gak bisa, Bu." Sam tetap kekeh dengan ucapannya.
"Terserah kamu, saya tidak peduli kamu setuju atau tidak. Kalau kamu memang tidak bisa menerima kelompok ini kamu bisa keluar dari pelajaran saya selamanya." Sam mendesah pasrah, lebih baik ia menerima itu dari pada tidak mengikuti pelajaran bu Elis selamanya dan tidak bisa mengawasi serta menganggu Dyba. Bukan apa-apa masalahnya yang bernama Reynold itu anak bad sekaligus pentolan sekolah setelah Samudera. Apalagi Sam tau bahwa Reynold itu sering mengganggu murid-murid perempuan dan kemungkinan besar akan mengganggu Dyba juga, Reynold itu anaknya tidak takut sama sekali dengan Sam.
"Dy, kamu jangan aneh-aneh sama Reynold. Sempat aku liat kamu deket sama dia, kamu tau apa yang bakalan aku perbuat," ancam Sam, Dyba hanya mengangguk mendengar itu.
'Let's play Adyba!' batin Reynold.
***
Dyba menahan kekesalannya dengan pemuda jangkung di sampingnya ini. Pemuda di sebelahnya ini malah meletakkan kepala di meja sambil menatapnya dan tidak ada membantu Dyba dalam tugas kelompok ini.
"Rey, bantu kek," omel Dyba. Reynold tidak menanggapi itu, saat ini ia sedang senang karena akhirnya ia bisa melihat wajah cantik Adyba dari jarak yang sedekat ini. Tiba-tiba ponsel Dyba berbunyi tanda notifikasi dari seseorang tanpa menebak Dyba sudah tau pelakunya, siapa lagi kalau bukan Sam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...