Sam mengeratkan pelukannya pada gulingnya. Kening Sam berkerut, mengapa di lehernya terasa nafas? Gulingnya pun seperti bukan guling biasanya. Sam membuka matanya dengan perlahan. Setelah matanya terbuka sempurna Sam melengkungkan bibirnya, matanya bahkan sampai menyipit. Ahh, ia kira yang tadi hanya mimpi saat Dyba datang ke sini.
Sam mengelus-elus pipi Dyba. Tidak ada yang berubah dari wajah Dyba sejak pertama kali Sam tertarik kepada gadisnya ini. Sam tersenyum saat ia mengingat momen dirinya dan Dyba berpacaran.
Flashback on....
Sam dan Zian berdiri di tengah lapangan itu. Gadis yang sedari tadi ditunggunya belum datang juga, bahkan sudah lima menit Sam menunggu dan semakin banyak pula siswa yang penasaran dengan apa yang dilakukannya.
"Dia kemana sih, Zi?"
Zian menggeleng. Ia sudah menyuruh Chelsea untuk membawa Dyba ke tengah lapangan. Tetapi, entah kemana pacarnya itu.
Senyum Zian mengembang. Ia menepuk-nepuk bahu Sam. "Sam, itu!"
Senyum Sam juga mengembang membuat siswi-siswi bersorak gembira. Sam merapikan rambutnya. "Zi, gue udah ganteng?" Zian memberikan kedua jempolnya kedua Sam.
Sedangkan di ujung sana Dyba menggerutu. "Chels, ini ngapain sih? Males gue, rame banget ini tuh."
Chelsea tetap menarik Dyba sampai di hadapan Sam. Dyba bertanya kepada Chelsea dengan tatapannya yang dijawab Chelsea dengan gidikan bahu saja. Zian menarik Chelsea ke pinggir lapangan.
"Adyba." Dyba menatap pemuda depannya ini. Ia tau, dia Samudera anak IPA 2. Wajahnya yang ganteng dan pernah memukul kakak kelas gara-gara menghinanya membuat Sam semakin terkenal.
"Iya."
Sam menekuk lututnya yang langsung membuat mata Dyba membulat. Dyba menarik bahu Sam, berusaha agar pemuda itu tidak berlutut di depannya lagi."Ehh, mau ngapain?"
Sam melengkungkan bibirnya, ia menggeleng. "Emm, aku tau aku bukan anak baik. Tapi, dari awal aku lihat kamu, aku udah langsung jatuh cinta sama kamu."
Sam menepuk dahinya, ia bergumam pelan tetapi Dyba masih bisa mendengar itu. "Seketika gue blank. Tapi, apa lagi anjir!"
Dyba menahan tawanya mendengar gumaman Sam. Tetapi, tawanya langsung menghilang saat melihat wajah serius Sam. Sam menatapnya dengan serius, tetapi terselip kelembutan di dalamnya.
Sam memegang tangan Dyba, ia tersenyum dengan manis. "Dy, aku bukan cowok romantis, aku juga gak bisa jadi romantis. Aku gak tau kata-kata apa yang tepat untuk situasi kayak gini karena ini baru pertama untuk aku. Kamu sendiri bahkan denger aku lupa sama kata-katanya, padahal itu udah aku hafal dari tiga hari yang lalu. Ah, gak banyak bacot lah aku. Adyba mau jadi pacar seorang Samudera? Samudera bukan cowok baik, Dyba tau sendiri tau Sam sering dikejar guru BK. Tapi, Dyba mau gak merubah Sam jadi lebih baik lagi?"
"Sam, kita baru kenal. Aku belum tau kamu, dan kamu belum tau aku. Aku cuma tau kamu sebatas nama doang, dan kamu juga gitu."
"Enggak, aku tau semua tentang kamu. Nama panjang kamu Adyba Bailey Khenzi, umur kamu 15 tahun. Ulang tahun kamu 21 Agustus. Kamu punya satu abang namanya bang Gean. Kamu-"
"Oke, oke, mungkin aku yang belum kenal kamu lebih dalam."
Sam menggoyangkan tangan Dyba. "Jadi, mau gak Dyba jadi pacarnya Sam?"
Dyba menatap Sam dengan dalam. Jujur, Dyba tertarik dengan Sam karena cowok itu benar-benar menggambarkan badboy yang sering Dyba baca di novel. Dyba dengan pelan mengangguk, mungkin ia akan mencoba dulu untuk menerima Sam. Mata Sam mengerjap melihat anggukan Dyba. "Di terima, Dy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Samudera [Selesai]
Teen Fiction"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak mungkin juga itu pak Polisi suka sama aku." "Tapi aku gak suka, kamu cuma milik aku, milik Samudera!"...